Tuesday, January 20, 2009

Negarabatin

Oleh Udo Z. Karzi

NEGARABATIN masih seperti dahulu. Musim caleg. Rebutan kursi. Naluri berkuasa tetap besar. Cari lokak juga iya. Konflik kepentingan. Sengketa tidak henti. Korupsi masih menghiasi halaman depan koran. Hukum carut-marut. Lingkungan rusak. Masalah sosial....

Ah, semua juga masih kacau. Semua tetap menyimpan sengkarut. Semua masih menyisakan soal. Banyak hal tidak tuntas. Solusi jangka pendek. Sebentar saja, ada lagi pasal yang diutak-atik. Masalah lama diungkit. Masalah baru bertambah-tambah.

Negarabatin masih seperti dahulu. Ramai dengan segala. Move, gerakan, dialog, diskusi, debat, sosialisasi, kampanye, demo, unjuk rasa, ...semua bergerak. Siapa cepat dia dapat. Diam-diam ya tidak dapat. Masih mending tidak kelibas.

Denyut kehidupan tidak pernah berhenti. Mak dawah mak dibingi. Kita selalu saja.... Apa geh?

Negarabatin masih seperti dahulu. Sai batin masih tetap batin. Malah tambah batin kalau tidak beperkara. Sai jereh ya miskin namanya. Masih begitu juga. Hidup memang harus pinter bersiasat. Kalau nggak ya begitu-begitu saja, begini-begini saja.

Negarabatin masih seperti dahulu. Banyak masalah. Tapi, karena itu Negarabatin hidup. Soalnya hidup memang segudang masalah. Tidak ada masalah berarti tidak hidup. Asal hidup tidak jadi masalah. Tapi, jangan hidup hobi cari masalah.

Masalah ya kita atasi. Maunya. Tapi kalau tidak mampu mengatasi ya cukuplah jadi tukang kritik--bahasa aslinya sih tukang recok. Ya mau apa lagi. Kalau tidak direcoki, kebobrokan tambah bobrok. Maka, bicaralah, bilang segala yang jelek-jelek. Yang jelek jangan marah biar tidak tambah jelek.

Negarabatin masih seperti dahulu. Kini, Mamak Kenut si tukang recok kembali pulang. Di Negarabatin!

Kangen teman-teman, Mamak Kenut segera beranjang sana, beranjing sini.

"Weh, belum apa-apa Mamak Kenut sudah beranjing-anjing," kata Minan Tunja.

"Bukan gitu, Nan. Itukan cuma padanan aja. Sana-sini. Putra-putri. Teman-temin. Anjang-anjing...," sahut Mamak Kenut sekenanya.

Suka usil Mamak Kenut memang tidak lekang.

Negarabatin masih seperti dahulu. sudah lama berdiam. Kini, Mamak Kenut hadir lagi. Bersama lagi sekadar jadi tukang recok, membahas yang mungkin (tidak) perlu dibahas, membicarakan yang dianggap (tidak) penting, membincang yang boleh jadi (tidak) perlu dibincang...ya apa saja. Mungkin hanya omong-kosong. Tapi, tidak kosong-kosong amat.

Kita tertawa, mungkin lucu tapi ada hal krusial di balik yang menggelikan. Sekali waktu kita berkerut-kerut. Serius banget sampai kita terbahak. Habis lucu jadinya.

Negarabatin masih seperti dahulu. Mamak Kenut, Mat Puhit, Minan Tunja, Udien, Pinyut, dan Radin Mak Iwoh masih di Negarabatin. Zaman mungkin berubah. Tapi, keadaan tetap saja: Banyak masalah, banyak kasus, banyak hal.... Tetap perlu disentil-sentil.

Ya, kini mereka kembali. Di Negarabatin yang penuh warna.


Lampung Post
, Selasa, 20 Januari 2009