Friday, July 16, 2010

Para Camat Asyik Nonton Video Porno

Oleh Udo Z. Karzi

ORANG-ORANG Negarabatin memang aneh-aneh. Kalau orang kecil yang aneh sih mungkin harap maklum. Tapi, kalau pejabat yang berbuat aneh --lebih tepatnya melakukan hal yang tak terpuji -- ya memalukan sekali.

Saat Bupati Way Kanan Tamanuri sedang membacakan laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPj.) akhir masa jabatan, enam oknum camat asyik menonton video porno yang diperankan artis Indonesia, Senin (12-7).

Keenam oknum camat yang duduk di deretan ruang bawah, di sebelah kanan para anggota Dewan itu, asyik dengan sendirinya menonton adegan porno di telepon genggam mereka masing-masing.

Bagaimana komentar kalian?

"Terlalu. Benar-benar... terlalu!"

"Kelakuan! Nonton video porno kok di tempat umum dan dalam acara formal pula."

"Ya, kalau begitu cara kerja mereka, ya gimana urusan bisa diselesaikan. La, yang ngomong di depan orang nomor satu, atasan langsung mereka, kok ya bukannya memperhatikan, malah asyik mengerjakan hal tidak senonoh kayak gitu."

"Masak mereka enggak melihat keadaan..."

"Mereka kan cuma korban saja..."

"Korban gundulmu!"

"Mereka kan cuma menonton. Yang salah kan pelaku dan pengedar video porno itu."

"Enak aja. Mereka ya tetap salah. Nonton pornografi sudah salah. Lebih salah lagi, mereka nonton di tempat yang rame. Lebih salah lagi, nontonnya di gedung lembaga negara. Dan yang lebih parah, mereka nonton selagi pimpinan mereka sedang menyampaikan LKPj. Bukannya mendengar dan menyimak, mereka malah asyik sendiri dengan kegiatan yang jauh dari nilai-nilai kepantasan. Bukankah yang dipertanggungjawabkan itu termasuk kinerja para camat itu?"

"Kasian juga tuh."

"Apanya yang kasian?"

"Ya, salah sendiri."

"Bukan salah mereka sendiri. Banyak yang salah..."

"Terus?"

Entahlah... Capek mengomentari kelakuan orang-orang di Negarabatin. Mak ngenah-ngenah juga.


Lampung Post, Jumat, 16 Juli 2010

Wednesday, July 14, 2010

Aidil Mau Jadi Juara

Oleh Udo Z Karzi


"AIDIL duduk di depan atau di belakang?"

"Di di depan," kata Aidil.

"Ah, masa di depan. Kalau di depan, menghalangi yang lain melihat."

"Ah, nggaklah. Ibu Gurunya menyuruh dia di belakang," ujar Mamanya.

Siapa namanya? Muhammad Aidil Affandy Liwa. Umor emopat tahun kurang tiga bulan. Kata Bu Guru, sebenarnya Aidil masuk play group saja. Tapi kasian. Umurnya memang belum empat tahun. Tapi badannya yang paling besar di kelompok A Kelas 0 kecil Taman Kanak-Kanak Putri Azizah.

Jumat, 9 Juli lalu kami tiga anak-beranak ke sekolahnya hendak mengambil baju seragam. Tapi baju Aidil -- ukuran XL -- belum jadi. Menurut pihak TK, nanti diantar ke rumah. Tapi, ditunggu-tunggu, baju tak diantar juga. Hari, 12 Juli hari pertama Aidil memakai baju dari rumah. Pulangnya saya lihat Aidil sudah memakai seragam.

Tadi, Rabu, 14 Juli, Aidil memakai baju bebas lagi dari rumah. Kabarnya teman-temannya yang lain, sudah mendapatkan seragam olahraga (dipakai setiap hari Sabtu). Aidil belum. Ukuran XL-nya belum ada.

Sabar ya Dil. Yang penting rajin belajar. Semangat!

"Aidil mau jadi juara!" kata Aidil.

Hahaa... iya begitu dong Dil.


Rabu, 14 Juli 2010

Thursday, July 1, 2010

Pilkada! Dan, Piala Dunia pun Ditunda

Oleh Udo Z. Karzi

JANGAN bilang pemilihan kepala daerah (pilkada) tidak menarik. Buktinya begitu enam kabupaten/kota di Lampung: Bandar Lampung, Metro, Lampung Selatan, Lampung Timur, Pesawaran, dan Way Kanan menyelenggarakan pemungutan suara serentak, Rabu, 30 Juni 2010; panitia Piala Dunia langsung "istirahat" menunda jadwal pertandingan delapan besarnya dua hari.

"Negara-negara peserta Piala Dunia sangat menghormati pesta demokrasi di daerah ini. Mereka memberi kesempatan kepada penonton sepak bola untuk 'menonton' pilkada," kata Mat Puhit dengan ngawurnya.

"Hahaa... Ngaco. Pilkada itu bukan tontonan. Sebagai warga negara yang baik seharusnya kan ikut memilih," serobot Mat Puhit.

"Tidak sekadar menonton, mereka berbondong-bondong ke TPS untuk memberikan suara. Golongan putih (golput) memang ada, tetapi yang ikut memilih cukup tinggi kok," celetuk Pithagiras sok tahu.

Kondisi ini kan menjadi paling tidak menunjukkan Piala Dunia dan pilkada sama-sama menarik. Bahkan, lebih menarik pilkada," Minan Tunja.

Pengamat boleh saja membanding-bandingkan Piala Dunia dan pilkada. Nyatanya pilkada memang sangat menarik. Minimal sama menariknya dengan Piala Dunia. Sama-sama penuh kejutan. Hasilnya sungguh tidak disangka-sangka.

Udien yang baru saja datang dari liputan datang dengan ngos-ngosan.

"Gimana hasil quick qount?" tanya Minan Tunja.

"Nggak nyangka kok dia yang bisa menang."

"Masa petahana bisa kalah? Tadi kan banyak orang yang yakin petahana pasti memang karena sudah punya 'modal' untuk memenangkan pertarungan."

"Ini kan menarik."

"Iya menarik. Pilkada pun ternyata penuh kejutan. Kandidat unggulan malah keok. Gimana tuh?"

"Calon gua dukung menang..."

"Jago lu kalah..."

Mamak Kenut yang tidak ikut pilkada karena menganggap tidak ada calon yang menarik hatinya, nggak mau kalah langsung berdiri, "Saya menang. Sebab, semua calon saya dukung. Dengan begitu, siapa pun yang menang saya ikut merasakan kemenangannya."

Mengejutkan! Ternyata pilkada itu menarik juga.


Lampung Post
, Kamis, 1 Juli 2010