Tuesday, March 22, 2016

Keluar dari Krisis Listrik

Oleh Udo Z Karzi

ENTAH kapan Lampung akan mendapatkan pelayanan yang baik dari PT Listrik Listrik Negara (PLN). Dalam tiga tahun terakhir misalnya, entah kapan kondisi listrik Lampung normal dalam arti tidak ada pemadaman.

Entah pula, selalu saja ada alasan PLN untuk menghindar dari tudingan konsumennya. Alasan itu mulai dari gangguan pembangkit, pemelihaaan pembangkit, gangguan lokal karena pohon tumbang misalnya, pasokan kurang daya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, gangguan transmisi, belum idealnya cadangan daya hingga  debit air kurang akibat kemarau.

Wajar jika masyarakat sulit memahami keadaan PLN. Kalau sesekali okelah, tetapi kayaknya ini menjadi penyakit menahun yang tak sembuh-sembuh juga. Harapan masyarakat Lampung jelas adalah bagaimana listrik Lampung sehat.

Karena itu, kita sangat mendukung apa pun upaya untuk memperbaiki keadaan kelistrikan Lampung. Termasuk, upaya Pemprov terbaru yang membebaskan investor asing untuk membuka bisnis listrik di Lampung.

Sebagaimana dikatakan Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri Pemerintah Provinsi Lampung terus berupaya dalam menyelesaikan permasalahan energi listrik. Salah satunya dengan membuka peluang invetasi di bidang energi dengan pihak investor, baik dari dalam maupun luar negeri.

Soalnya jelas, energi di Provinsi Lampung tidak hanya sebatas ketersediaan lahan ataupun pembangkit listrik, tetapi masalah utamanya adalah ketersediaan energi itu sendiri. Sehingga kami sangat membuka peluang bagi para investor yang ingin berinvestasi di bidang energi terutama energi batubara.

Provinsi Lampung memiliki potensi yang sangat besar di bidang tersebut. Tahun ini saja, Pemerintah Provinsi Lampung berencana membangun 5 dermaga di antaranya pembangunan pelabuhan laut di Batu Balai Tanggamus, pelabuhan laut di Pulau Tabuan, Pulau Sebesi, Sebalang, dan Stabas  Krui Kabupaten Pesisir Barat.

Tentu saja, dalam pengembangan listrik di Lampung, sumber daya manusia lokal turut dilibatkan untuk selanjutnya bisa transfer pengetahuan bagi pengembangan kelistrikan Lampung.

Meskipun belum tentu krisis listrik bisa sepenuhnya teratasi dengan upaya ini, paling tidak ada harapan bagi Lampung untuk mengatasi krisis listrik ini. Semoga saja. []


~ Fajar Sumatera, Selasa, 22 Maret 2016

Friday, March 11, 2016

Beras Siger

Oleh Udo Z Karzi


BADAN Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung membentuk asosiasi produsen beras siger. Tujuannya, menyeragamkan hasil produk dan harga pangan yang menjadi ikon daerah ini.  Dengan begitu ada standardisasi produk beras siger.

Apa itu beras siger? Mengutip Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Kusnadi, beras siger berasal dari bahan pokok bukan padi. Beras siger diproduksi sebagai makanan pokok pendamping beras padi bukan sebagai pengganti beras padi.

Kusnadi menegaskan, asosiasi ini dibentuk bukan untuk membatasi hasil produk beras siger tersebut. Selama ada pasarnya diperbolehkan bagi para produsen beras siger untuk  terus memproduksi, seperti beras siger yang berwarna hitam, karena target utamanya adalah untuk mengurangi konsumsi beras padi.
Terkait harga beras siger yang lebih mahal dari beras padi, sebenarnya harga beras siger tidak lebih
mahal. Terlihat lebih tinggi karena beras biasa disubsidi oleh pemerintah, baik dari benih maupun pupuk.

Hingga saat ini tercatat ada sekitar 30 produsen beras siger yang telah menjadi anggota asosiasi beras siger. Beras berbahan dasar singkong itu memiliki keunggulan rasa yang sama dengan beras konvensional. Termasuk kandungan protein yang tinggi, serta rendah karbohidrat.

Sampai di sini, sebenar upaya produksi beras siger sebenar cukup kreatif. Beras nonberas ini bisa jadi alternatif. Apalagi ada jaminan -- meskipun kita meragukan -- beras singkong ini memiliki rasa yang sama dengan beras konvensional. Bahkan memiliki kandungan protein dan rendah karbohindrat.

Namun persoalannya,  harganya lebih mahal dari beras dari padi. Bagaimana bisa beras ini menjadi makanan pokok pendamping. Dari segi kebiasaan dan cita rasa, masyarakat kita tentu akan tetap memilih beras dari padi yang rasanya lebih asli.

Kalau beras siger ini hendak dikembangkan dan menjadi kegemaran masyarakat, maka tidak bisa tidak harusnya harga beras ini lebih murah ketimbang beras beras.

Satu hal lagi, produsen beras siger itu tidak boleh berhenti pada produksi beras siger saja. Harus ada produk olahan dari beras siger itu, yang kemudian benar-benar bisa pengenanan khas menjadi ikon Bumilada.

Pertanyaannya, beras siger itu selain dimasak biasa seperti beras padi bisa dibikin apa saja? Dibuat kue apa saja? Bisa tidak dibuat mie sebagai alternatif mie yang biasa kita makan selama ini? Misalnya, mie khas Lampung yang terbuat dari beras singkong? Tentu dengan embel-embel harga lebih murah. Kalau lebih mahal, percuma mengembangkan beras siger!

Jadi, kreativitas tak berhenti pada bisa bikin beras siger, tetapi harus berlanjut pada beras siger mau diapakan? Tabik. []


~ Fajar Sumatera, Jumat, 11 Maret 2016

Wednesday, March 2, 2016

Stadion Pahoman

Oleh Udo Z Karzi


INILAH stadion legenda yang dimiliki Provinsi Lampung. Tanpa hendak memihak kepada salah satu pihak: Pemerintah Provinsi Lampung yang hendak menjadikan Stadion Pahoman sebagai jalur hijau atau Pemerintah Kota Bandarlampung yang berupaya mempertahankan keberadaan stadion ini; ada baiknya kita memikirkan kembali salah satu tempat bersejarah ini.

Okelah, sekarang sudah ada Pusat Kebudayaan dan Olahraga (PKOR) Way Halim. Namun, harus diakui jumlah lapangan sepak bola di Kota Tapis berseri sangatlah kurang. Kenyataaan ini yang harus disadari oleh semua pemangku kepentingan.

Harus diakui, prestasi olahraga Lampung tidak lepas dari peran stadion ini. Lampung yang pernah menjadi lima besar dan terbanyak perolehan medalinya di luar dalam beberapa kali ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) tidak lepas dari fungsi stadion ini.

Di bidang persepakbolaan, stadion ini pula yang mengantarkan Persatuan Sepak Bola Bandar Lampung (PSBL) berjuang dalam pertandingan Divisi Utama Liga Indonesa 1996, 1997, 1998, dan 2000.

Sebutlah Jaka Utama. Walaupun Jaka Utama tidak mampu meraih prestasi juara di Galatama, punggawa kesebelasan besutan pengusaha Lampung Marzoeli Warganegara ini, mampu membawa Lampung meraih juara 1 PON X 1981 dengan mengalahkan Sumut lewat adu pinalti. Lampung mendobrak tradisi juara sepak bola PON (sumut - dan pulau jawa) saat itu. Bisa dikatakan inilah era emas dan pretasi sepak bola Lampung. Tapi, sayang akibat kasus suap Jaka Utama justru menjadi bangkrut dan akhirnya dijual ke pengusaha Bogor.

Meskipun Jaka Utama tidak menjadikan Stadion Pahoman sebagai base camp latihan, tetap saja stadion ini memberi konstribusi bagi sukses pertandingan-pertandingannya.

Sekarang sisa-sisa kejayaan Jaka Utama masih terlihat di cabang renang (karena alm Marzoeli Warganegara adalah pembina aktif di beberapa cabang olahraga selain sepak bola).

Nah betul, sepak bola stadion ini memiliki fasilitas lain untuk cabang renang (Kolam Renang Pahoman di samping stadion) dan lintasan untuk olahraga atletik. Karena itu pada masanya, stadion ini banyak melahirkan atlet tangguh untuk renang dan atletik yang menyumpang medali buat Lampung dari berbagai event olahraga nasional semisal PON.

Bagi warga Lampung, Bandarlampung khususnya, Stadion Pahoman adalah sebuah kebanggaan. Sebab, ia banyak menelurkan prestasi di bidang olahraga.

Kita sangat memahami keinginan Pemkot Bandarlampung yang meminta kepada Pemprov Lampung menyerahkan kepemilikan dan pengelolaan atas Stadion Pahoman kepadanya. Ya, apa salahnya PKOR Way Halim dikelola Pemprov, sedangkan Stadion Pahoman diberikan ke Pemkot.

Di luar olahraga, kawasan Stadion Pahoman juga berkembang menjadi pusat rekreasi dan wisata kuliner yang ramai, yang pada gilirannya memberikan tempat bagi warga untuk mengembangkan perkenomian mereka.

Mengingat itu, sangatlah layak Stadion Pahoman menjadi cagar budaya yang harus dipertahankan dan tentu saja lebih difungsikan lagi. []


~ Fajar Sumatera, Rabu, 2 Maret 2016