Friday, July 29, 2016

Revolusi Mental. Dan, Mentallah Anies...

Oleh Udo Z Karzi


REVOLUSI mental! Dan... mentallah, terlempar keluar dari Kabinet Kerja, Anies Baswedan dari kursi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Ributlah kita. Ada apa? Kenapa? Kok bisa? Apa salah Anies? Dst.

Jadi, apa sebenarnya makna dari "revolusi mental" yang diusung dan didengungkan selama ini? Entahlah! Barangkali yang paling tahu Puan Maharani yang Menko SDM dan Kebudayaan yang sekali waktu bilang, "Minum jamu itu revolusi mental."

Yuddy Chrisnandi barangkali menteri yang salah mengartikan revormasi mental dengan melarang rapat di hotel dan bikin seragam buat anak baru (bisa siswa, mahasiswa, karyawan baru), sehingga harus mental dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

***

Aselinya, revolusi mental itu bagus kok. "Revolusi Mental adalah gerakan seluruh rakyat Indonesia bersama Pemerintah untuk memperbaiki karakter bangsa menjadi Indonesia yang lebih baik... Namun, perilaku bisa diubah, mental dan karakter bisa dibangun," begitu situs Revolusimental.com bikin definisi.

Tapi, kebanyakan orang salah mengartikan revolusi mental, sehingga nasibnya kepental-pental. Tirulah Puan Maharani. Ia sangat pintar membuat pengertian revolusi mental untuk segala hal semacam minum jamu sebagai revolusi mental itu.

***

Revolusi mental itu bukan mengungkap borok pejabat seperti yang dilakukan Sudirman Said, bukan hobi bikin rusuh kayak Rizal Ramli, bukan seperti Marwan Djafar yang buat ribet penyaluran dana desa, bukan seperti Ignatius Jonan yang 'jadi penyebab' kemacetan panjang di tol Brebes saat musim mudik.

Ah, banyak yang gak ngerti revolusi mental. Revolusi bukan kayak Slank yang  bikin lagu "Salam Dua Jari" untuk mendukung gerakan ini. Bukan kayak pelajar yang suka masuk ke sekolah, pegawai yang suka tambah-tambah jadwal libur, bukan petani yang pusing karena harga tanamannya gak kunjung memberinya kesejahteraan.

Bukan pokok. Bukan...

***

Apa dong revolusi mental? Aha... mestilah orang-orang partai yang tahu persis apa itu revolusi partai. Orang-orang partai yang bisa bikin segala aturan. Orang-orang partai yang pinter lobi sana lobi sini. Orang-orang partai yang paling ngerti menempatkan orang-orangnya di jabatan-jabatan penting di negeri ini.

Jadi, jelas ya: Revolusi mental itu untuk orang-orang partai! Kalau gak punya partai, ya mentallah... []


~ Fajar Sumatera, Jumat, 29 Juli 2016

Monday, July 25, 2016

Selamat Bertugas, Pak Krishna

Oleh Udo Z Karzi


AKHIR pekan lalu hingga memasuki pekan-pekan ke depan mungkin , tak terhindari perbincangan warga Lampung tak bakal lepas dari sosok Wakapolda Lampung yang baru, Kombes Krishna Murti.

"Wah, Kombes Krisha ke Lampung?" seru Minan Tunja bersemangat.

Seruan Minan Tunja agaknya mewakili histeria ibu-ibu di Bumi Ruwa Jurai. Ya, tak tak hanya ibu-ibu yang geretan dengan Pak Polisi Gagah Berani ini. Komentar pun sambung-menyambung di berbagai tempat dan di berbagai waktu, baik perbincangan langsung tatap muka maupun di berbagai media dan media sosial.

Peristiwa bom di Sarinah, Jakarta, 14 Januari 2016, mencuatkan nama Kombes Krishna Murti, selain AKBP Untung Sangaji dan Kompol Teuku Arsya Khadafi. Krishnalah komandan yang memimpin aksi penyregapan dan pelumpuhan teroris di kawasan Sarinah dan Starbucks Coffe kala itu. Namanya mencuat karena keberhasilan polisi dalam menumpas teroris dalam beberapa menit saja.

Sosok polisi yang satu ini memang terkenal gesit dan cerdas dalam menangani setiap kasus. Krisna yang kelahiran 15 Januari 1970 adalah salah satu perwira menengah (pamen) di lingkungan Polda Metro Jaya. Komandan yang sering disapa dengan Pak Krishna ini lulusan Akpol (Akademi Kepolisian) tahun 1991. Sebelum menjabat di Direskrimum Polda Metro Jaya, ia menjabat sebagai Divhubinter Polri.

Rekan jejak karier Kombes Krishna Murti ini juga cemerlang. Sebab, ia pernah ditugaskan hingga ke PBB untuk menjadi Staf Perencanaan PBB di New York. Riwayat pendidikan Kombes Krishna Murti pun terbilang bagus. Ia ternyata memiliki gelar Master Sains. Pada 2000 Kombes Krishna dinobatkan sebagai mahasiswa lulusan terbaik PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian). Beberapa kali Kombes Krishna Murti juga diutus ke negara negara konflik untuk membebaskan WNI yang terjebak perang.

Wow keren, kini Direskrimum Polda Metro Jaya ini dipromosikan menjadi Wakapolda Lampung.  Banyak pihak menilai duet Brigjend Ike Edwin-Kombes Krishna Murti adalah pasangan yang ideal. Yang satu merakyat dan penuh gagasan yang bersumber pada kearifan lokal, sedangkan satu muda, gesit, dan cerdas.

Namun, tak kurang juga yang meragukannya. Karakteristik begal dan kriminalitas di Lampung sangat berbeda dengan Jakarta tempat Pak Krishna ditugaskan dan menangguk sukses sebagai aparatur penjaga keamananan dan ketertiban. Makanya, ada julukan “kelompok Lampung” untuk begal di Jabodetabek tempo hari. Pinjam istilah akademisi Muhammad Harya Ramdhoni, "Ini Lampung, Pak Kombes!"

Ya, tentu saja Pak Krisha harus belajar cepat dan segera menyesuaikan sekaligus mempersiapkan diri menghadapi medan "perang" baru di Bumi Ruwa Jurai.

Selamat datang. Selamat bertugas di Lampung, Pak Krishna. Semoga prestasi Pak Krisha di Ibu Kota bisa dimodifikasi menjadi kesuksesan di Negeri Ujung Selatan Pulau Sumatera ini. Tentu sesuai dengan situasi di sini. []


~ Fajar Sumatera, Senin, 25 Juli 2016 

Tuesday, July 12, 2016

Kebawa Hobi Bolos

Oleh Udo Z Karzi


LIBUR dan cuti bersama sepanjang sembilan hari semasa Idulfitri, rupanya tetap saja tak cukup bagi bagian pegawai negeri.Maka, ada 5% dari 2.000-an pegawai Pemerintah Provinsi Lampung tak masuk kerja pada hari pertama kerja selepas Lebaran.

Tingkat kehadiran saat apel di Pemerintah Kota Bandarlampung hanya 90% dari 12.000 amtenar. Untungnya Pak Wali Herman HN baek, sehingga bisa maklum. "Ya, kan macet sana macet sini ya kita harus maklumlah," ujarnya.

Di Lampung Timur, Bupati Chusnunia Chalim harus kecewa saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) karena masih saja ada PNS yang tak nongol ke kantor mereka. “Seharusnya para kepala SKPD bisa memberikan peringatan keras kepada bawahannya yang kurang disiplin dalam bekerja,” tegas Chusnunia.

Tak ada ampun untuk PNS malas. Akibat bolos di hari pertama kerja setelah Idulfitri, belasan pegawai dilingkungan Pemerintah Kabupaten (pemkab) Lampung Selatan (Lamsel) dikenai sanksi berupa surat peringatan pertama (SP1). Pemberian SP1 ini saat Bupati Lampung Selatan Zainudin Hasan melakukan sidak di sejumlah dinas.

***

Apa pun alasannya, sulit menoleransi sikap tidak disiplin aparat pemerintah ini. Bukankah Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) sudah meminta kepada seluruh pimpinan instansi pemerintah, termasuk bagi Panglima TNI dan Kapolri, agar tidak memberikan izin cuti tahunan kepada Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), prajurit TNI, dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), setelah pelaksanaan cuti bersama Hari Raya Idul Fitri 1437H pada 11–15 Juli mendatang.

“Cuti bersama hari raya sudah cukup memadai, yaitu selama sembilan hari kalender (2–10 Juli),” kata Yuddy seperti dilansir Setkab, Senin (27/6/2016).

Jadi, kenapa tetap bolos? Ah, mestilah karena tradisi (buruk). Kebiasaan bolos setelah Lebaran atau di hari-hari kerja lain agaknya sudah menjadi penyakit menahun yang selalu saja berulang.

Jelaslah, disiplin itu sejatinya sudah melekat dalam sikap hidup setiap orang. Akan halnya kedisplinan aparatur pemerintah, agaknya semua sudah mafhum...

Hmm, jangan-jangan amtenar yang suka bolos ini kebawa hobi bolos waktu masih sekolah dulu deh. []


~ Fajar Sumatera, Selasa, 12 Juli 2016