Saturday, October 30, 2010

Bertemu Socrates

Oleh Udo Z. Karzi


MAT Puhit memang beruntung. Tidak seperti anggota Dewan yang jauh jalan-jalan ke Yunani, dia bisa bertemu Socrates. Padahal Socrates hidup 470 SM-399 SM.

Orang tua yang sama sekali tidak menarik. Tubuhnya gempal. Kesenangannya keleleran di pasar-pasar kayak gelandangan, berpikir aneh-aneh, dan suka berdebat, terutama kepada anak-anak muda. Ada saja bahan perdebatan.

Socrates disebut dia sebagai Sang Penanya dari Yunani kuno. Karena usilnya dia dijuluki Lalat Pengganggu Athena (Gadfly of Athena). Filsuf ini memang kayak lalat: hinggap, menggelitik, lalu terbang ke mana suka. Nulis juga enggak pernah tuh. Kisahnya yang nyentrik dapat dibaca dari karya-karya Plato yang banyak merekam gurunya yang aneh ini. Meskipun tak meninggalkan buku, Socrates dianggap "bidan" filsafat.

Filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sendiri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Yang paling terkenal, di antaranya Socrates dalam dialog Plato. Plato selalu menggunakan nama gurunya itu sebagai tokoh utama karyanya sehingga sangat sulit memisahkan mana gagasan Socrates yang sesungguhnya dan mana gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Socrates. Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri, yaitu dua kali dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus.

Socrates diadili karena tiga dakwaan: meracuni pikiran kaum muda, tidak memercayai dewa-dewa, dan membuat agama baru. Ya, keruan aja, Yunani kuno kan negeri para dewa; Zeus, Hera, Apollo, Poseidon dan sebagainya itu. Matilah Socrates karena dipaksa minum racun oleh penguasa. Socrates memilih mati, walaupun rekan-rekannya memaksanya untuk menyetujui tawaran keluar dari Athena.

Di akhir pembelaannya, dia berucap: "The hour of departure has arrived, and we go our ways�I to die, and you to live. Which is better, only God knows."

Socrates melahirkan murid yang cerdas seperti Plato. Plato melahirkan Aristoteles. Dan Aristoteles, kita tahu, adalah guru dari Iskandar Zulqarnain. Yang terakhir ini, seorang suci yang bisa kita baca kisahnya di Alquran.

Mat Puhit memang beruntung bertemu Socrates. Tapi, filsuf ini menyebalkan. Dia kan enggak suka demokrasi?


Lampung Post, Sabtu, 30 Oktober 2010

No comments:

Post a Comment