Saturday, June 23, 2012

(Jangan) Ogah Meniru Belanda!

Oleh Udo Z. Karzi

KALAH lagi, kalah lagi... Itulah nasib Belanda dalam pergelaran Piala Eropa 2012. Dan, ketika putaran fase grup tuntas, Belanda dan Irlandia pun terpuruk di dasar klasemen tanpa satu pun poin.

Performa Belanda di ajang Piala Eropa kali ini boleh dibilang kacau balau. Penampilan buruk Belanda di Piala Eropa 2012 membuat nasib pelatih Belanda Bert van Marwijk kini di ujung tanduk. Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB) berencana mengevaluasi performanya.

Bubar deh! Padahal, saya pun termasuk orang yang acap menjagokan Tim Oranye ini dalam berbagai event pertandingan sepak bola. Ini tidak ada urusannya dengan nasionalisme; bahwa Belanda pernah menjajah Indonesia; bahwa timbunan kasus korupsi di negeri ini adalah warisan konkret dari Belanda sejak zaman VOC.

Bukan, bukan soal itu. Tapi, karena kesebelasan Belanda memang bagus. Sepak bola Negeri Kincir Angin ini memang mempunyai sejarah gemilang walau tak pernah menjadi juara dunia. Belanda punya legenda sepak bola. Sebut saja antara lain Ruud Gullit, Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Johan Cruijff.

Nama terakhir malah bisa mentransfer konsep total football, taktik khas sepak bola Belanda ke klub tempat ia bermain, Barcelona, hingga kekompakan bermain yang cantik klub tersebut telah menorehkan prestasi yang mengagumkan.

Ah, biarlah Belanda kalah kali ini. Lain kali, entahlah... Tapi, sepak bola Belanda punya tetap asyik kok. "Juara tanpa mahkota” ini selalu diperhitungkan negara-negara yang menjadi lawannya ketika mengikuti turnamen.

Maka, meski mendapat cibiran dari berbagai pihak, saya kok melihat apa yang dikatakan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin akhir Januari 2012 memang sudah selayaknya. PSSI, kata Djohar, sedikit banyak meniru apa yang dilakukan induk sepak bola Belanda, KNVB.

Di sana pembinaan pemain dilakukan berjenjang dari usia bocah sampai senior. Yang paling penting, "Belanda tidak pernah kekurangan stok pemain nasional, padahal jumlah penduduknya sedikit," kata dia.

Sama kok, Indonesia yang begini luas—enggak sebanding dengan Belanda—juga tidak pernah kekurangan stok pemain nasional karena (ini bedanya dengan Belanda!) penduduk kita banyak.

Kita punya penjajah yang hebat sepak bolanya. Tapi, kok sama sekali enggak ada bekas kalau kita pernah dijajah para pemain sepak bola. Aneh juga kita yang mempunyai ikatan emosional karena pernah menjadi jajahannnya kok tidak mengikuti "mbahnya" dalam dunia sepak bola.

Negara Brasil aja sepak bolanya maju dengan "majikannya" Portugal. Begitu juga Argentina, Uruguay, Paraguay, dam Meksiko yang mampu menyamai Spanyol, bapak asuhnya di masa lalu.  Akan halnya kita dan Belanda, masa korupsinya saja yang kita lestarikan dan kita kembangkan sedemikian rupa di negeri ini, tetapi sepak bola kita kok "ogah" meniru Belanda?


Lampung Post, Sabtu, 23 Juni 2012

Saturday, June 16, 2012

'Nonton sih Nonton', Tapi Jangan Tidur di Kantor

Oleh Udo Z. Karzi


EUFORIA Piala Eropa, 8 Juni hingga 1 Juli 2012, merambah ke seluruh dunia. Indonesia tanpa pengecualian. Wajar dan biasa saja, sebab sepak bola memang boleh dibilang olahraga paling populer.

Menonton sepak bola Piala Eropa merupakan hal yang tidak akan dilewatkan masyarakat penggemar sepak bola. Apalagi, momen Piala Eropa ini pemberitaannya begitu gegap gempita, baik siaran langsung melalui salah satu stasiun TV swasta nasional maupun media cetak.

Sayangnya, ada sedikit dampak yang kurang baik terhadap disiplin pegawai, pegawai negeri terutama, akibat begadang menonton pertandingan sampai malam, bahkan dini hari.

***

Konon, kelelahan yang mengakibatkan daya tahan tubuh menurunlah yang menjadi pemicu berbagai penyakit muncul. Karena itu, hati-hatilah, kesenangan untuk terus-menerus mengikuti setiap pertandingan juga harus diantisipasi dampak buruknya bagi kesehatan.

Masalahnya selain tetap berkeinginan nonton sepak bola, kita juga tetap melakukan aktivitas rutin sehari-hari. Karenanya, hobi menonton sepak bola sebaiknya jangan sampai menyebabkan gangguan kesehatan.

Saat menonton pertandingan sepak bola, kita biasanya tidak hanya duduk tenang, tetapi kadang kala berteriak dan juga banyak bergerak lantaran terbawa emosi suasana pertandingan yang sedang berlangsung. Bila kondisi ini terus-menerus terjadi setiap malam, akan menyebabkan kelelahan bagi yang menjalaninya.

Dampak kelelahan bagi kesehatan adalah gangguan kesehatan secara umum, kambuhnya berbagai penyakit kronis, dan menurunnya daya tahan tubuh seseorang.

***

Pada kondisi lain, kantor bisa saja berubah menjadi kamar pribadi karena para pegawai berlaku tidak sopan. Coba bagaimana mana sih orang berlaku sopan dalam keadaan terkantuk-kantuk atau malah tidur ngorok di kantor?

Bisa jadi pada rapat kabinet menteri-menteri pada tidur. Ini benar terjadi kok, waktu Piala Dunia kemarin itu. Melalui tayangan televisi, semua terlihat tertidur ketika rapat bersama Presiden.

Wah, kalau peserta rapat pada ngantuk, bahkan tidur, apa yang bisa dirapatkan. Kalau ada yang ngomong apa ada yang dengar. Benar deh. Piala Eropa menurunkan kinerja aparat pemerintah. Untung event ini tidak sepanjang tahun ya. Kalau iya, bisa kacau juga.

***

Ini bukan larangan menonton pertandingan sepak bola Piala Eropa. Cuma sekadar mengingatkan, agar kita bisa menjaga keseimbangan antara nonton sepak bola, tidur, dan beraktivitas.

Nonton ya nonton, cuma jangan tidur (karena ngantuk) di kantor. Begitu saja.


Lampung Post, Sabtu, 16 Juni 2012

Friday, June 1, 2012

Kota Berhala

Oleh Udo Z. Karzi


DIBERITAKEN...(sengaja meniru dalang Parto dalam Opera van Java/OvJ), sebentar lagi akan dibangun patung pengantin pepadun dan pengantin sai batin. Entahlah, ini kabar gembira atau bukan bagi warga Negarabatin yang sebenarnya memiliki persoalan yang lebih kompleks ketimbang sebuah atau banyak buah patung.

Yang jelas, kata Mat Puhit, jika dua patung ini berdiri kelak, lengkaplah sudah Negarabatin memiliki beberapa patung kembar. Dua patung pengantin pepadun, dua patung pengantin sai batin, dua patung Radin Inten II, dan— sebetulnya ada dua sebelum dirobohkan yang di Kalianda, Lampung Selatan—Patung Zainal Abidin Pagaralam.

"Denger-dengar pemda memang punya program patungisasi kota. Setiap jalan, setiap perempatan harus ada patung sesuai dengan nama jalannya. Yang sudah nyata, di perempatan Jalan Zainal Abidin Pagaralam ada patung Zainal Abidin, di Jalan Radin Inten ada patung Radin Inten," kata Udien.

"Waw, fantastik!" seru Minan Tunja.

"Dan julukan kota pun berganti menjadi Kota Berhala," sungut Pithagiras.

"Masa sih tidak mau belajar dari pengalaman," sambung Pinyut.

"Iya, pemerintah enggak pernah baca sastra sih," kata Mamak Kenut.

"Lo, apa hubungannya?" sahut Radin Mak Iwoh.

"Dengar dulu kisah ini. Pernah baca cerpen Pangeran Bahagia karya Oscar Wilde?"

DICERITAKEN... (kalau ini teringat gaya bahasa Pak Harto di zaman Orde Baru!), tentang sebuah patung emas yang menghiasi sebuah kota. Patung Emas tersebut diberi nama Pangeran Bahagia. Pangeran Bahagia adalah patung yang disayangi oleh seluruh warga. Suatu waktu seekor burung pipit hinggap di pundak Pangeran Bahagia. Burung pipit tersebut terkejut karena melihat pangeran bahagia sedang menangis. Ternyata Pangeran Bahagia sebenarnya sama sekali tidak bahagia. Dia bisa melihat penderitaan warga kotanya di mana-mana. Pangeran Bahagia dan Burung pipit kemudian bekerja sama untuk meringankan penderitaan rakyat miskin yang ada di kota tersebut.

Yah, pengorbanan. Burung pipit yang kelewat capai mengopel sebongkah demi sebongkah lapisan emas Pangeran Bahagia untuk dibagikan kepada satu per satu kaum duafa, akhirnya jatuh dan mati di kaki sang patung. Lalu, Patung Pangeran Bahagia pun dirobohkan beramai-ramai oleh warga dan pemimpin kota karena tak lagi indah dan bau bangkai.

BAGAIMANAKAH kisah selanjutnya? Ibarat nonton OvJ, sang dalang Parto pun berkata, "Kita lihat di TKP..."


Lampung Post, Jumat 1 Juni 2012