Oleh Udo Z. Karzi
DIBERITAKEN...(sengaja meniru dalang Parto dalam Opera van Java/OvJ), sebentar lagi akan dibangun patung pengantin pepadun dan pengantin sai batin. Entahlah, ini kabar gembira atau bukan bagi warga Negarabatin yang sebenarnya memiliki persoalan yang lebih kompleks ketimbang sebuah atau banyak buah patung.
Yang jelas, kata Mat Puhit, jika dua patung ini berdiri kelak, lengkaplah sudah Negarabatin memiliki beberapa patung kembar. Dua patung pengantin pepadun, dua patung pengantin sai batin, dua patung Radin Inten II, dan— sebetulnya ada dua sebelum dirobohkan yang di Kalianda, Lampung Selatan—Patung Zainal Abidin Pagaralam.
"Denger-dengar pemda memang punya program patungisasi kota. Setiap jalan, setiap perempatan harus ada patung sesuai dengan nama jalannya. Yang sudah nyata, di perempatan Jalan Zainal Abidin Pagaralam ada patung Zainal Abidin, di Jalan Radin Inten ada patung Radin Inten," kata Udien.
"Waw, fantastik!" seru Minan Tunja.
"Dan julukan kota pun berganti menjadi Kota Berhala," sungut Pithagiras.
"Masa sih tidak mau belajar dari pengalaman," sambung Pinyut.
"Iya, pemerintah enggak pernah baca sastra sih," kata Mamak Kenut.
"Lo, apa hubungannya?" sahut Radin Mak Iwoh.
"Dengar dulu kisah ini. Pernah baca cerpen Pangeran Bahagia karya Oscar Wilde?"
DICERITAKEN... (kalau ini teringat gaya bahasa Pak Harto di zaman Orde Baru!), tentang sebuah patung emas yang menghiasi sebuah kota. Patung Emas tersebut diberi nama Pangeran Bahagia. Pangeran Bahagia adalah patung yang disayangi oleh seluruh warga. Suatu waktu seekor burung pipit hinggap di pundak Pangeran Bahagia. Burung pipit tersebut terkejut karena melihat pangeran bahagia sedang menangis. Ternyata Pangeran Bahagia sebenarnya sama sekali tidak bahagia. Dia bisa melihat penderitaan warga kotanya di mana-mana. Pangeran Bahagia dan Burung pipit kemudian bekerja sama untuk meringankan penderitaan rakyat miskin yang ada di kota tersebut.
Yah, pengorbanan. Burung pipit yang kelewat capai mengopel sebongkah demi sebongkah lapisan emas Pangeran Bahagia untuk dibagikan kepada satu per satu kaum duafa, akhirnya jatuh dan mati di kaki sang patung. Lalu, Patung Pangeran Bahagia pun dirobohkan beramai-ramai oleh warga dan pemimpin kota karena tak lagi indah dan bau bangkai.
BAGAIMANAKAH kisah selanjutnya? Ibarat nonton OvJ, sang dalang Parto pun berkata, "Kita lihat di TKP..."
Lampung Post, Jumat 1 Juni 2012
DIBERITAKEN...(sengaja meniru dalang Parto dalam Opera van Java/OvJ), sebentar lagi akan dibangun patung pengantin pepadun dan pengantin sai batin. Entahlah, ini kabar gembira atau bukan bagi warga Negarabatin yang sebenarnya memiliki persoalan yang lebih kompleks ketimbang sebuah atau banyak buah patung.
Yang jelas, kata Mat Puhit, jika dua patung ini berdiri kelak, lengkaplah sudah Negarabatin memiliki beberapa patung kembar. Dua patung pengantin pepadun, dua patung pengantin sai batin, dua patung Radin Inten II, dan— sebetulnya ada dua sebelum dirobohkan yang di Kalianda, Lampung Selatan—Patung Zainal Abidin Pagaralam.
"Denger-dengar pemda memang punya program patungisasi kota. Setiap jalan, setiap perempatan harus ada patung sesuai dengan nama jalannya. Yang sudah nyata, di perempatan Jalan Zainal Abidin Pagaralam ada patung Zainal Abidin, di Jalan Radin Inten ada patung Radin Inten," kata Udien.
"Waw, fantastik!" seru Minan Tunja.
"Dan julukan kota pun berganti menjadi Kota Berhala," sungut Pithagiras.
"Masa sih tidak mau belajar dari pengalaman," sambung Pinyut.
"Iya, pemerintah enggak pernah baca sastra sih," kata Mamak Kenut.
"Lo, apa hubungannya?" sahut Radin Mak Iwoh.
"Dengar dulu kisah ini. Pernah baca cerpen Pangeran Bahagia karya Oscar Wilde?"
DICERITAKEN... (kalau ini teringat gaya bahasa Pak Harto di zaman Orde Baru!), tentang sebuah patung emas yang menghiasi sebuah kota. Patung Emas tersebut diberi nama Pangeran Bahagia. Pangeran Bahagia adalah patung yang disayangi oleh seluruh warga. Suatu waktu seekor burung pipit hinggap di pundak Pangeran Bahagia. Burung pipit tersebut terkejut karena melihat pangeran bahagia sedang menangis. Ternyata Pangeran Bahagia sebenarnya sama sekali tidak bahagia. Dia bisa melihat penderitaan warga kotanya di mana-mana. Pangeran Bahagia dan Burung pipit kemudian bekerja sama untuk meringankan penderitaan rakyat miskin yang ada di kota tersebut.
Yah, pengorbanan. Burung pipit yang kelewat capai mengopel sebongkah demi sebongkah lapisan emas Pangeran Bahagia untuk dibagikan kepada satu per satu kaum duafa, akhirnya jatuh dan mati di kaki sang patung. Lalu, Patung Pangeran Bahagia pun dirobohkan beramai-ramai oleh warga dan pemimpin kota karena tak lagi indah dan bau bangkai.
BAGAIMANAKAH kisah selanjutnya? Ibarat nonton OvJ, sang dalang Parto pun berkata, "Kita lihat di TKP..."
Lampung Post, Jumat 1 Juni 2012
No comments:
Post a Comment