Oleh Udo Z. Karzi
PEMIMPIN dan kekuasaan ibarat gula dengan manisnya, ibarat garam dengan asinnya. Tak terpisahkan. Kepemimpinan yang efektif (effective leadership) terealisasi pada saat seorang pemimpin dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Ketika kekuasaan ternyata bisa timbul tidak hanya dari satu sumber, kepemimpinan yang efektif bisa dianalogikan sebagai movement untuk memanfaatkan genesis (asal usul) kekuasaan, dan menerapkannya pada tim yang tepat.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang memiliki pengikut. Pemimpin efektif tidak bertanya: "Apa yang ingin saya lakukan?" Sebagai gantinya, mereka bertanya, "Apa yang perlu dilakukan?" Lantas, mereka bertanya, "Dari semua hal yang akan membuat perbedaan itu, mana yang tepat untuk saya?" Pemimpin efektif tidak mengerjakan hal-hal yang tidak mereka kuasai. Pemimpin efektif memastikan hal-hal penting lainnya dikerjakan dengan tuntas, tetapi bukan oleh mereka.
Kepemimpinan bukan sekadar kepribadian yang memikat, bukan pula kemampuan berteman atau memengaruhi orang. Karena hal-hal itu adalah hal-hal yang dimiliki penjual, bukan pemimpin. Kepemimpinan adalah mengangkat visi seseorang menjadi lebih tinggi, meningkatkan standar kinerja seseorang, dan membangun kepribadian seseorang melebihi batasan normalnya.
Para pemimpin yang benar-benar efektif lebih tertarik pada apa yang benar ketimbang siapa yang benar. Manajemen adalah mengerjakan hal-hal dengan benar. Kepemimpinan adalah melakukan hal-hal yang benar, dan itu diikuti oleh banyak faktor.
Refleksi dari kepemimpinan yang efektif, bertanggung jawab, dan terbalutnya hubungan sinergis antara pemimpin dan yang dipimpin, adalah makna filosofis dari nasihat Rasulullah: "Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggung jawab terhadap pimpinannya, seorang Amir (kepala negara) adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab terhadap rakyatnya..." (H.R. Bukhari & Muslim)
Genesis kekuasaan pada hakikatnya teridentifikasi dari lima kekuasaan sah (legitimate power), kekuasaan paksa (coercive power), kekuasaan penghargaan (reward power), kekuasaan kepakaran (expert power), dan kekuasaan referensi (referent power).
Seorang pemimpin yang memiliki jiwa leadership adalah pemimpin yang dengan terampil mampu melakukan kombi dan improvisasi dalam menggunakan genesis kekuasaan yang berbeda untuk memengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi. Inilah kepemimpinan yang efektif (effective leadership). Implementasinya adalah dengan "memanfaatkan genesis kekuasaan, dan menerapkannya pada tempat yang tepat".
Kita merindukan pemimpin republik yang tidak hanya pandai menggunakan coercive power dan legitimate power dalam memimpin republik. Tapi juga dengan bijak dan cerdik menggunakan expert power, referent power, ataupun reward power dalam mempersatukan seluruh anak negeri dan mengangkat republik dari keterpurukan.
Lampung Post, Sabtu, 10 September 2011
No comments:
Post a Comment