Oleh Udo Z. Karzi
SEJAK Indonesia merdeka 69 tahun lampau, hanya anggota elite politik dan militer yang terpilih sebagai presiden. Joko Widodo (Jokowi) adalah pemimpin pertama dari luar dua golongan tersebut yang terpilih sebagai orang nomor satu di Indonesia. Kemenangannya dalam Pilpres 9 Juli pun telah dikukuhkan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak seluruh gugatan Prabowo-Hatta, 21 Agustus lalu.
Jokowi berangkat dari keluarga kelas bawah, tumbuh di bantaran kali, dan hidup dengan serbakurangan. Lahir di Solo, 21 Juni 1961, sebagai anak sulung dari empat bersaudara keluarga Noto Miharjo-Sujiatmi, Jokowi sempat kuliah di Jurusan Teknologi Kayu Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dan lulus tahun 1985.
Bekerja di sebuah BUMN lalu mengembangkan usaha mebel, kemudian terpilih menjadi wali kota Solo, gubernur DKI Jakarta, dan kini tinggal menunggu pelantikan menjadi presiden RI pada 20 Oktober nanti.
"Inilah jalan hidup Jokowi," kata Mat Puhit.
"Kalau begitu, jalan hidup pula yang menyebabkan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa belum bisa melangkah ke kursi kepresidenan," celetuk Pithagiras.
"Ya, begitulah," sahut Mat Puhit.
Udien membaca profil 50 sosok dalam buku Inspirasi: Merajut Lampung Bermartabat yang diterbitkan Lampung Post, 2014. Bisa disimak kisah-kisah: Abdul Roni yang tunanetra berkali-kali menjadi juaran Musabaqah Tilawatil Quran, Ari Pahala Hutabarat yang "bengal" menjadi penyair dan sutradara andal, Budi Kadaryanto yang buruh tani kemudian menjadi pakar linguistik, Emed yang orang biasa saja yang berhasil menerangi Suoh, dan Fitri Yani yang bingung membalas pantun dari seorang meranai dalam nyambai kemudian bisa meraih Hadiah Sastra Rancage 2014.
Lalu, ada I Wayan Sumerta Dana Arya yang orang Bali tetapi begitu mencintai Lampung dan mengembangkan musik tradisionalnya, ada Syapril Yamin yang mendedikasikan hidupnya untuk musik tradional seperti gamolan, ada Najiha Julia Arifin yang hanya dari TKI kemudian mampu membangun usaha mandiri.
Ada nama-nama pengusaha, politikus, bupati, akademisi, dan artis. Termasuk, M. Ridho Ficardo yang muda, bahkan kemudian menjadi gubernur termuda di Asia. Satu lagi, Heri Wardoyo, yang wartawan Lampung Post kini menjadi wakil bupati Tulangbawang.
"Apakah nama-nama itu menginspirasi?" gugat Minan Tunja.
"Setiap orang punya kisah hidup. Sekecil apa pun cerita bisa menjadi bahan renungan, bisa untuk ditiru, atau bisa juga untuk jangan dicontoh," jawab Mamak Kenut.
Tiba-tiba ada yang telepon Mamak Kenut menanyakan, "Anak saya pengen masuk SMK. Tapi, saya khawatir tentang masa depannya. Bagaimana prospek jurusan...?" (jurusannya sengaja dirahasiakan takut ada yang protes hehe).
"Bagus, kok! Yang pentingkan kita siapkan jalan ke masa depan. Tak selalu apa yang kita rencanakan sekarang akan seperti itulah di masa depan. Ada banyak sarjana pertanian yang jadi wartawan, ada insinyur yang memilih menjadi pencipta lagu, ada dokter yang lebih sering menulis fiksi, dan seterusnya. Itu jalan hidup masing-masing."
Minan Tunja yang mencuri dengar ocehan Mamak Kenut di telepon langsung nyeletuk, "Mamak, Mamak... ngomong doang. Mamak sendiri gimana?”
“Memang saya kenapa?”
“Dari dulu Mamak Kenut ya begitu-begitu saja. Tetap miskin bin kere. Itukah jalan hidup Mamak Kenut?"
Agui, kok malah jadi serangan balik ke Mamak Kenut. Nyengir, deh! n
Lampung Post, Senin, 25 Agustus 2014
SEJAK Indonesia merdeka 69 tahun lampau, hanya anggota elite politik dan militer yang terpilih sebagai presiden. Joko Widodo (Jokowi) adalah pemimpin pertama dari luar dua golongan tersebut yang terpilih sebagai orang nomor satu di Indonesia. Kemenangannya dalam Pilpres 9 Juli pun telah dikukuhkan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak seluruh gugatan Prabowo-Hatta, 21 Agustus lalu.
Jokowi berangkat dari keluarga kelas bawah, tumbuh di bantaran kali, dan hidup dengan serbakurangan. Lahir di Solo, 21 Juni 1961, sebagai anak sulung dari empat bersaudara keluarga Noto Miharjo-Sujiatmi, Jokowi sempat kuliah di Jurusan Teknologi Kayu Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dan lulus tahun 1985.
Bekerja di sebuah BUMN lalu mengembangkan usaha mebel, kemudian terpilih menjadi wali kota Solo, gubernur DKI Jakarta, dan kini tinggal menunggu pelantikan menjadi presiden RI pada 20 Oktober nanti.
"Inilah jalan hidup Jokowi," kata Mat Puhit.
"Kalau begitu, jalan hidup pula yang menyebabkan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa belum bisa melangkah ke kursi kepresidenan," celetuk Pithagiras.
"Ya, begitulah," sahut Mat Puhit.
Udien membaca profil 50 sosok dalam buku Inspirasi: Merajut Lampung Bermartabat yang diterbitkan Lampung Post, 2014. Bisa disimak kisah-kisah: Abdul Roni yang tunanetra berkali-kali menjadi juaran Musabaqah Tilawatil Quran, Ari Pahala Hutabarat yang "bengal" menjadi penyair dan sutradara andal, Budi Kadaryanto yang buruh tani kemudian menjadi pakar linguistik, Emed yang orang biasa saja yang berhasil menerangi Suoh, dan Fitri Yani yang bingung membalas pantun dari seorang meranai dalam nyambai kemudian bisa meraih Hadiah Sastra Rancage 2014.
Lalu, ada I Wayan Sumerta Dana Arya yang orang Bali tetapi begitu mencintai Lampung dan mengembangkan musik tradisionalnya, ada Syapril Yamin yang mendedikasikan hidupnya untuk musik tradional seperti gamolan, ada Najiha Julia Arifin yang hanya dari TKI kemudian mampu membangun usaha mandiri.
Ada nama-nama pengusaha, politikus, bupati, akademisi, dan artis. Termasuk, M. Ridho Ficardo yang muda, bahkan kemudian menjadi gubernur termuda di Asia. Satu lagi, Heri Wardoyo, yang wartawan Lampung Post kini menjadi wakil bupati Tulangbawang.
"Apakah nama-nama itu menginspirasi?" gugat Minan Tunja.
"Setiap orang punya kisah hidup. Sekecil apa pun cerita bisa menjadi bahan renungan, bisa untuk ditiru, atau bisa juga untuk jangan dicontoh," jawab Mamak Kenut.
Tiba-tiba ada yang telepon Mamak Kenut menanyakan, "Anak saya pengen masuk SMK. Tapi, saya khawatir tentang masa depannya. Bagaimana prospek jurusan...?" (jurusannya sengaja dirahasiakan takut ada yang protes hehe).
"Bagus, kok! Yang pentingkan kita siapkan jalan ke masa depan. Tak selalu apa yang kita rencanakan sekarang akan seperti itulah di masa depan. Ada banyak sarjana pertanian yang jadi wartawan, ada insinyur yang memilih menjadi pencipta lagu, ada dokter yang lebih sering menulis fiksi, dan seterusnya. Itu jalan hidup masing-masing."
Minan Tunja yang mencuri dengar ocehan Mamak Kenut di telepon langsung nyeletuk, "Mamak, Mamak... ngomong doang. Mamak sendiri gimana?”
“Memang saya kenapa?”
“Dari dulu Mamak Kenut ya begitu-begitu saja. Tetap miskin bin kere. Itukah jalan hidup Mamak Kenut?"
Agui, kok malah jadi serangan balik ke Mamak Kenut. Nyengir, deh! n
Lampung Post, Senin, 25 Agustus 2014