Monday, August 4, 2014

Kata-Kata Sejuk

Oleh Udo Z. Karzi


SPIRIT Idulfitri menghendaki kita menjadi manusia-manusia yang terbebaskan dari segala bentuk belenggu. Mulai dari belenggu dosa, dendam antarsesama, ketertindasan, sampai pada belenggu kelaparan (Q.S. 3: 133-134). Idulfitri membebaskannya melalui rangkaian ajaran: saling memaafkan, berzakat, bersedekah, dan berbagai rasa bahagia terhadap kaum fakir dan miskin.

Inilah waktu untuk memasuki kehidupan baru yang bersifat autentik sekaligus bekal pada tahun-tahun mendatang. Indikasinya terpancar dari kesalehan spiritual yang berjalan beriringan dengan kesalehan sosial, kesalehan manajemen, kesalehan politik, kesalehan organisasi, dan kesalehan birokrasi.

Berbagai kesalehan itu kemudian menjadi etika publik yang terobjektivikasi ke berbagai ruang kehidupan. Manusia yang dilahirkan dari rahim Idulfitri adalah manusia yang tercerahkan. Ia mampu untuk mengobjektifikasi kesalehan personal dan spiritual kepada kesalehan publik secara luas.

***

Ya, Lebaran adalah hari kemenangan atas peperangan melawan hawa nafsu selama sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadan. Tapi, Ramadan dan Lebaran ternyata tak membuat suasana menjadi lebih damai dan tenteram.

Benar, 3 Syawal terjadi bentrok massa di Tanggamus dan Lampung Selatan. Kerusuhan di Pekon Sukaraja, Kecamatan Semaka, Tanggamus, terjadi pada Rabu (30/7) malam. Saat itu, warga Pekon Sukaraja mendapat telepon warga Pekon Tugupapak, Semaka, terkait adanya seorang pencuri yang lari ke arah Sukaraja. Sebab itu, berkumpullah warga Sukaraja untuk mencegat orang yang dilaporkan mencuri tersebut.

Warga pun berhasil menangkap pelaku dan tak ayal menjadi bulan-bulanan massa dan tewas di tempat kejadian. Tidak terima warganya menjadi korban main hakim sendiri, massa dari Pekon Karangagung mendatangi Pekon Sukaraja. Mereka melampiaskan amarah dengan membakar empat rumah. 

Kerusuhan massa juga meletus di Desa Way Galih, Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan, Rabu (30/7) malam. Bentrok bermula ketika pukul 17.00, beberapa pemuda, di antaranya Rga (19), warga Dusun 2A, Way Galih, bersama Bgs mengendarai sepeda motor secara ugal-ugalan melintasi Dusun 2A.

Mereka melaju kencang hingga ke Dusun 5B, Desa Way Galih. Saat itu, Niko, yang masih duduk di kelas IX, tengah bersantai di depan rumah. Tanpa sebab, tiba-tiba Rga menghunuskan parang dan melukai perut Niko. Setelah itu, Rga dan Bgs kabur.

Kejadian itu memicu emosi para pemuda di sana sehingga terjadi saling lempar batu dan mercon antara Dusun 2A dan 5B, sekitar pukul 21.00. Keadaan sedikit mereda setelah anggota DPRD Lamsel dari Fraksi PDI Perjuangan, Nanang Hermanto, menjanjikan Rga akan ditangkap. 

***

Jumat pertama di bulan Syawal 1435 H bertepatan dengan 1 Agustus 2014, ada khatib yang justru membakar-bakar hati jemaah dengan khutbahnya yang berapi-api tentang pembantaian Israel di Jalur Gaza: "Tak cukup memboikot produk Yahudi. Tapi kita lupa dengan produk Yahudi yang sangat berbahaya, yaitu sekularime. Sekularisme inilah yang melahirkan liberalisme, kapitalisme... demokrasi. Selama kita masih menganut demokrasi, negara kita tetap akan tergadaikan.... dst."

Dan, Mamak Kenut hanya duduk terpaku di antara barisan jemaah jumat dengan pikiran tak tenang. Ya, Allah, mohon maaf jika salat jumatnya Mamak Kenut pun mungkin tak khusyuk.

Sungguh, Mamak Kenut hanya membutuhkan kata-kata yang sejuk di tengah panasnya suhu politik yang tak juga turun-turun. n


Lampung Post, Senin, 4 Agustus 2014

No comments:

Post a Comment