Oleh Udo Z. Karzi
SEJARAH adalah urutan peristiwa yang saling terkait. Satu peristiwa pada masa kini tidak lepas dari peristiwa waktu sebelumnya. Perjalanan seseorang yang mencapai sukses saat ini tidak lepas dari sejarah masa lalunya. Masa lalu yang bisa jadi menyimpan kegetiran, kepahitan, dan kepedihan menjadi bagian dari proses yang harus dilalui seorang yang menggapai kesuksesan masa kini.
Kata “sejarah” itu berasal dari bahasa Arab, “syajarah” yang berarti pohon. Makna pohon sangat dekat dengan sejarah yang kita pahami selama ini. Pohon memiliki tiga bagian utama, yaitu akar, batang, dan tajuk. Tajuk terdiri dari kesatuan cabang, ranting, dan dedaunan. Tiga bagian pohon tersebut saling berhubungan satu sama lain. Satu bagian terganggu, akan mengganggu bagian lainnya.
Bagian terpenting dari pohon adalah akar. Mengaitkan peristiwa saat ini dengan masa lalu boleh dimaknai sebagai upaya menelusuri akar sejarah. Ya, sejarah erat dengan akar yang secara mudah bisa dilihat dari fungsi akar pada pohon. Akarlah pertama kali tumbuh dan kemudian perlahan-lahan memunculkan tunas dan menumbuhkan batang. Melalui akar yang makin kokoh, pohon kemudian tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan besar dan memberi banyak manfaat.
Merunut sejarah seseorang atau peristiwa, laksana merenungi keberadaan dan kehidupan pohon. Sejarah manusia yang diberi kesuksesan di masa lalu selalu menjadi inspirasi bagi manusia masa kini untuk meniru kesuksesan mereka.
Sebaliknya, manusia atau komunitas yang di masa dulu terkena musibah atau bencana besar menjadi renungan manusia zaman sekarang untuk tidak mengikuti jejak mereka agar terhidar dari kecelakaan. Pada pohon, sosok pohon yang kokoh berasal dari kuat dan kokohnya akarnya. Sebaliknya, pohon yang tumbuh dengan kerontang dan kerdil karena akar-akarnya tidak berfungsi atau bahkan rusak.
Sejarah yang kita buat hari ini sangat mungkin akan menjadi sejarah hitam atau putih di masa nanti bergantung bagaimana kita menyikapinya. Meminjam ungkapan Taufik Abdullah, ada berbagai cara dalam mencapai tujuan (yang sama).
Tidak ada sejarah yang tunggal karena itu bisa berbahaya dan dapat membodohkan. Biarlah, orang-orang menuliskan sejarah (menurut versi) masing-masing, asalkan sesuai dengan metode yang berlaku. Tidak ditambah-tambahi maupun dikurangi. Dengan kata lain, upaya penulisan dengan berbagai versi justru memperkaya kita dalam memahami masa lalu.
Daripada ditutup untuk sementara, lebih baik biarlah garis batas itu dibuka, sehingga masa lalu tidak sekadar lewat begitu saja. Seperti diktum seorang sejarawan terkenal bahwa setiap generasi menuliskan sejarahnya.
Setiap upaya mengungkap misteri sejarah hampir selalu mengundang kontroversi. Sebab, misteri sejarah itu sendiri meninggalkan sikap ambivalen. Di satu sisi ada hasrat yang menggebu untuk ingin tahu, tetapi di sisi lain ada keraguan apakah hasrat ingin tahu itu bisa terpuaskan.
Akhirnya, apa pun yang saya, Anda, mereka... kita semua lakukan atau tuliskan hari ini dapat pula kita maknai sebagai usaha untuk memperkuat atau malah membusukkan akar sejarah masa depan. Soalnya, kini kita tengah membuat atau menulis sejarah dikemudian hari. Senyatanya kemarin, hari ini, dan esok adalah rangkaian sejarah yang tak terputus sampai akhir zaman tiba. n
Lampung Post, Senin, 13 April 2015
SEJARAH adalah urutan peristiwa yang saling terkait. Satu peristiwa pada masa kini tidak lepas dari peristiwa waktu sebelumnya. Perjalanan seseorang yang mencapai sukses saat ini tidak lepas dari sejarah masa lalunya. Masa lalu yang bisa jadi menyimpan kegetiran, kepahitan, dan kepedihan menjadi bagian dari proses yang harus dilalui seorang yang menggapai kesuksesan masa kini.
Kata “sejarah” itu berasal dari bahasa Arab, “syajarah” yang berarti pohon. Makna pohon sangat dekat dengan sejarah yang kita pahami selama ini. Pohon memiliki tiga bagian utama, yaitu akar, batang, dan tajuk. Tajuk terdiri dari kesatuan cabang, ranting, dan dedaunan. Tiga bagian pohon tersebut saling berhubungan satu sama lain. Satu bagian terganggu, akan mengganggu bagian lainnya.
Bagian terpenting dari pohon adalah akar. Mengaitkan peristiwa saat ini dengan masa lalu boleh dimaknai sebagai upaya menelusuri akar sejarah. Ya, sejarah erat dengan akar yang secara mudah bisa dilihat dari fungsi akar pada pohon. Akarlah pertama kali tumbuh dan kemudian perlahan-lahan memunculkan tunas dan menumbuhkan batang. Melalui akar yang makin kokoh, pohon kemudian tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan besar dan memberi banyak manfaat.
Merunut sejarah seseorang atau peristiwa, laksana merenungi keberadaan dan kehidupan pohon. Sejarah manusia yang diberi kesuksesan di masa lalu selalu menjadi inspirasi bagi manusia masa kini untuk meniru kesuksesan mereka.
Sebaliknya, manusia atau komunitas yang di masa dulu terkena musibah atau bencana besar menjadi renungan manusia zaman sekarang untuk tidak mengikuti jejak mereka agar terhidar dari kecelakaan. Pada pohon, sosok pohon yang kokoh berasal dari kuat dan kokohnya akarnya. Sebaliknya, pohon yang tumbuh dengan kerontang dan kerdil karena akar-akarnya tidak berfungsi atau bahkan rusak.
Sejarah yang kita buat hari ini sangat mungkin akan menjadi sejarah hitam atau putih di masa nanti bergantung bagaimana kita menyikapinya. Meminjam ungkapan Taufik Abdullah, ada berbagai cara dalam mencapai tujuan (yang sama).
Tidak ada sejarah yang tunggal karena itu bisa berbahaya dan dapat membodohkan. Biarlah, orang-orang menuliskan sejarah (menurut versi) masing-masing, asalkan sesuai dengan metode yang berlaku. Tidak ditambah-tambahi maupun dikurangi. Dengan kata lain, upaya penulisan dengan berbagai versi justru memperkaya kita dalam memahami masa lalu.
Daripada ditutup untuk sementara, lebih baik biarlah garis batas itu dibuka, sehingga masa lalu tidak sekadar lewat begitu saja. Seperti diktum seorang sejarawan terkenal bahwa setiap generasi menuliskan sejarahnya.
Setiap upaya mengungkap misteri sejarah hampir selalu mengundang kontroversi. Sebab, misteri sejarah itu sendiri meninggalkan sikap ambivalen. Di satu sisi ada hasrat yang menggebu untuk ingin tahu, tetapi di sisi lain ada keraguan apakah hasrat ingin tahu itu bisa terpuaskan.
Akhirnya, apa pun yang saya, Anda, mereka... kita semua lakukan atau tuliskan hari ini dapat pula kita maknai sebagai usaha untuk memperkuat atau malah membusukkan akar sejarah masa depan. Soalnya, kini kita tengah membuat atau menulis sejarah dikemudian hari. Senyatanya kemarin, hari ini, dan esok adalah rangkaian sejarah yang tak terputus sampai akhir zaman tiba. n
Lampung Post, Senin, 13 April 2015