Oleh Udo Z Karzi
DENGAN sangat pede-nya Mamak Kenut (MK) bilang, "Cuma Lampung yang gak kena asap," seminggu yang lalu di Sawahlunto, Sumatera Barat.
Ya, selama beberapa hari di kota ini, peserta Pansumnet yang mengikuti Seminar Internasional Kota Pusaka Indonesia Menuju Warisan Dunia dan Workshop Industrial Heritage, 21-24 Oktober; selain menikmati eksotisme alam, bangunan, dan kultural kota, terpaksa harus juga harus merasakan hembusan kabut asap Sumatera yang tak terkecuali menyelimuti wilayah ini.
Semua dibagikan masker untuk mengantisipasi keadaan. Banyak sudah cerita tentang orang-orang yang terkena dampak asap seperti ISPA dan berbagai jenis penyakit lainnya.
***
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan sebaran asap dari Sumatera dan Kalimantan semakin meluas sehingga berdasarkan laporan BMKG, pantauan satelit Himawari menunjukkan asap tipis-sedang menutup Laut Jawa dan sebagian Jakarta.
Sebelumnya, asap telah menyebabkan buruknya kualitas udara Filipina, Malaysia, Singapura, dan menimbulkan krisis kabut asap terburuk di Thailand.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho lewat pernyataan resmi badan tersebut mengatakan, ada 10 korban tewas akibat kabut asap di Sumatera dan Kalimantan, baik lewat dampak langsung maupun tidak langsung.
Dampak langsung adalah korban yang meninggal saat memadamkan api lalu ikut terbakar, sedangkan tidak langsung adalah korban yang sakit akibat asap, atau sebelumnya sudah punya riwayat sakit lalu adanya asap memperparah sakitnya.
Data BNPB juga mencatat ada 503.874 jiwa yang menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di 6 provinsi sejak 1 Juli-23 Oktober 2015.
Data terakhir menyebutkan, penderita ISPA terbanyak ada di provinsi Jambi dengan 129.229, lalu di Sumatera Selatan dengan 101.333, di Kalimantan Selatan ada 97.430 penderita ISPA, 80.263 penderita di Riau, 52.142 di Kalimantan Tengah, dan 43.477 di Kalimantan Barat.
***
Waduh, bikin malu saja ni asap. Mamak Kenut pun terpaksa harus meralat ucapannya "Alhamdulillah, saya bisa bernafas lega sepulangnya dari Sawah lunto," saat tiba di Bandara Radin Inten II, Branti, Lampung, Sabtu malam. Ia baru saja mendapat informasi betapa asap telah tiba di Lampung, mulai dari Liwa, Lampung Barat dan Mesuji hingga akhirnya sampai di Kota Tapis Berseri.
Dan warga pun mulai melihat awan yang pekat mewarnai langit dan merasakan pengabnya udara yang berasap.
Tak mau dikirain Mamak Kenut yang bawa asap dari arah utara Sumatera ke Lampung, Mamak Kenut segera bilang, "Bukan saya lo yang bawa asap ke Lampung."
Takut juga Mamak Kenut ditangkap pelisi karena dituduh bikin penyakit. n
Fajar Sumatera, Senin, 26 Oktober 2015
DENGAN sangat pede-nya Mamak Kenut (MK) bilang, "Cuma Lampung yang gak kena asap," seminggu yang lalu di Sawahlunto, Sumatera Barat.
Ya, selama beberapa hari di kota ini, peserta Pansumnet yang mengikuti Seminar Internasional Kota Pusaka Indonesia Menuju Warisan Dunia dan Workshop Industrial Heritage, 21-24 Oktober; selain menikmati eksotisme alam, bangunan, dan kultural kota, terpaksa harus juga harus merasakan hembusan kabut asap Sumatera yang tak terkecuali menyelimuti wilayah ini.
Semua dibagikan masker untuk mengantisipasi keadaan. Banyak sudah cerita tentang orang-orang yang terkena dampak asap seperti ISPA dan berbagai jenis penyakit lainnya.
***
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan sebaran asap dari Sumatera dan Kalimantan semakin meluas sehingga berdasarkan laporan BMKG, pantauan satelit Himawari menunjukkan asap tipis-sedang menutup Laut Jawa dan sebagian Jakarta.
Sebelumnya, asap telah menyebabkan buruknya kualitas udara Filipina, Malaysia, Singapura, dan menimbulkan krisis kabut asap terburuk di Thailand.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho lewat pernyataan resmi badan tersebut mengatakan, ada 10 korban tewas akibat kabut asap di Sumatera dan Kalimantan, baik lewat dampak langsung maupun tidak langsung.
Dampak langsung adalah korban yang meninggal saat memadamkan api lalu ikut terbakar, sedangkan tidak langsung adalah korban yang sakit akibat asap, atau sebelumnya sudah punya riwayat sakit lalu adanya asap memperparah sakitnya.
Data BNPB juga mencatat ada 503.874 jiwa yang menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di 6 provinsi sejak 1 Juli-23 Oktober 2015.
Data terakhir menyebutkan, penderita ISPA terbanyak ada di provinsi Jambi dengan 129.229, lalu di Sumatera Selatan dengan 101.333, di Kalimantan Selatan ada 97.430 penderita ISPA, 80.263 penderita di Riau, 52.142 di Kalimantan Tengah, dan 43.477 di Kalimantan Barat.
***
Waduh, bikin malu saja ni asap. Mamak Kenut pun terpaksa harus meralat ucapannya "Alhamdulillah, saya bisa bernafas lega sepulangnya dari Sawah lunto," saat tiba di Bandara Radin Inten II, Branti, Lampung, Sabtu malam. Ia baru saja mendapat informasi betapa asap telah tiba di Lampung, mulai dari Liwa, Lampung Barat dan Mesuji hingga akhirnya sampai di Kota Tapis Berseri.
Dan warga pun mulai melihat awan yang pekat mewarnai langit dan merasakan pengabnya udara yang berasap.
Tak mau dikirain Mamak Kenut yang bawa asap dari arah utara Sumatera ke Lampung, Mamak Kenut segera bilang, "Bukan saya lo yang bawa asap ke Lampung."
Takut juga Mamak Kenut ditangkap pelisi karena dituduh bikin penyakit. n
Fajar Sumatera, Senin, 26 Oktober 2015