Oleh Udo Z Karzi
TURUT bergembira atas dikukuhkannya Yustin Ridho Ficardo menjadi Duta Baca Lampung. Pengukuhannya dilakukan Tim Perpustakaan Nasional yang diwakili Deputi Bidang Pengembangan Sumberdaya Perpustakan dalam peringatan Hari Kunjungan Perpustakaan, di Perpusda Provinsi Lampung, Rabu (21/9/2016).
Selanjutnya, akan ada pemilihan Duta Baca Indonesia (DBI). Dua orang Duta Baca Indonesia yang telah terpilih dan telah melaksanakan tugasnya dengan baik sebelumnya adalah Tantowi Yahya untuk periode 2006--2010 dan Andi F Noya untuk peride tahun 2011 s/d tahun 2015.
Mengutip laman http://perpusnas.go.id, tugas utama Duta Baca Indonesia adalah sebagai motivator nasional peningkatan minat baca masyarakat,serta sebagai pengungkit dan/atau memperkuat kegiatan Perpusnas dalam mengkampanyekan Gerakan Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca secara sinergis dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Seorang DBI inijuga mampu menjadi panutan/idola dan memperkuat kegiatan serupa yang diselenggarakan oleh daerah, sehingga visi nasional “Indonesia Gemar Membaca 2019” optimis dapat tercapai.
Itu sudah, sekarang pertanyaannya bagaimana membangkitkan gemar membaca di Bumi Ruwa Jurai. Dan, ini menjadi PR penting Duta Baca Lampung.
Tapi, saya tak khawatir. Sebagaimana diberitakan, Aprilani Yustin selain dikenal menaruh perhatian tinggi terhadap anak-anak usia dini di Lampung ini, juga menekankan untuk bersama-sama menumbuhkembangkan minat baca anak sejak dini, sehingga anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dengan cepat.
“Yuk Kita membaca, kenalkan buku sejak dini pada anak. Kita sebagai orang tua sesibuk apapun harus care terhadap anak, karna membaca merupakan kunci untuk membuka wawasan dan kunci perkembangan anak kita,” ajak Yustin usai dinobatkan sebagai Duta Baca.
Saya pun menyambut, "Ayuuk!"
Saya sebenarnya, kepengen cerita tentang literasi. Ya, itu tadi hal membaca dan -- karena yang dibaca itu tulisan – hal menulis. Konon, katanya di Negeri Ujung Pulau ini dunia literasi cukup bergairah. Meskipun lebih sering lesu darah.
Tapi, ah, itu nanti saja kalau ada kesempatan.
Tabik! []
~ Fajar Sumatera, Kamis, 22 September 2016
TURUT bergembira atas dikukuhkannya Yustin Ridho Ficardo menjadi Duta Baca Lampung. Pengukuhannya dilakukan Tim Perpustakaan Nasional yang diwakili Deputi Bidang Pengembangan Sumberdaya Perpustakan dalam peringatan Hari Kunjungan Perpustakaan, di Perpusda Provinsi Lampung, Rabu (21/9/2016).
Selanjutnya, akan ada pemilihan Duta Baca Indonesia (DBI). Dua orang Duta Baca Indonesia yang telah terpilih dan telah melaksanakan tugasnya dengan baik sebelumnya adalah Tantowi Yahya untuk periode 2006--2010 dan Andi F Noya untuk peride tahun 2011 s/d tahun 2015.
Mengutip laman http://perpusnas.go.id, tugas utama Duta Baca Indonesia adalah sebagai motivator nasional peningkatan minat baca masyarakat,serta sebagai pengungkit dan/atau memperkuat kegiatan Perpusnas dalam mengkampanyekan Gerakan Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca secara sinergis dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Seorang DBI inijuga mampu menjadi panutan/idola dan memperkuat kegiatan serupa yang diselenggarakan oleh daerah, sehingga visi nasional “Indonesia Gemar Membaca 2019” optimis dapat tercapai.
Itu sudah, sekarang pertanyaannya bagaimana membangkitkan gemar membaca di Bumi Ruwa Jurai. Dan, ini menjadi PR penting Duta Baca Lampung.
Tapi, saya tak khawatir. Sebagaimana diberitakan, Aprilani Yustin selain dikenal menaruh perhatian tinggi terhadap anak-anak usia dini di Lampung ini, juga menekankan untuk bersama-sama menumbuhkembangkan minat baca anak sejak dini, sehingga anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dengan cepat.
“Yuk Kita membaca, kenalkan buku sejak dini pada anak. Kita sebagai orang tua sesibuk apapun harus care terhadap anak, karna membaca merupakan kunci untuk membuka wawasan dan kunci perkembangan anak kita,” ajak Yustin usai dinobatkan sebagai Duta Baca.
Saya pun menyambut, "Ayuuk!"
Saya sebenarnya, kepengen cerita tentang literasi. Ya, itu tadi hal membaca dan -- karena yang dibaca itu tulisan – hal menulis. Konon, katanya di Negeri Ujung Pulau ini dunia literasi cukup bergairah. Meskipun lebih sering lesu darah.
Tapi, ah, itu nanti saja kalau ada kesempatan.
Tabik! []
~ Fajar Sumatera, Kamis, 22 September 2016