Tuesday, September 6, 2016

Bukit Randu Longsor

Oleh Udo Z Karzi


BANDARLAMPUNG itu manis karena berbukit-bukit dan berlembah-lembah. Namun, selalu saja ada yang merasa perlu 'menambah' keelokan kota itu dengan berbagai usaha.

Cerita tentang bukit longsor atau banjir karena tanggul bukit ambrol berkali-kali terjadi. Berkali-kali diingatkan agar tidak menggunduli atau mengganggu kelestarian bukit dengan berbagai kegiatan usaha, berkali-kali juga diabaikan.


Setiap kali menulis tentang bukit-bukit di Kota Tapis Berseri, setiap kali pula terbayang tentang bahaya yang mengancam. Dan, innalillahi wainna ilaihi rajiun, Bukit Randu yang di atasnya berdiri Hotel dan Restauran Bukit Randu pun longsor, Kamis (1/9).

Tembok rumah Syahrudin jebol akibat terkikisnya tebing dari imbah yang keluar dari Bukit Randu. Dentuman longsor yang begitu keras mengejutkan keluarga Syahrudin yang tinggal di Kelurahan Kebonjeruk RT 008 LK II, Bandarlampung. Rumahnya jebol akibat longsor dari Hotel Bukit Randu.

Longsor tersebut akibat air pembuangan limbah yang mengalir melalui tebing di belakang rumah warga. Perlahan-lahan tebing menjadi erosi akibat limbah masuk ke permukiman. Tembok rumah Syahrudin jebol akibat terkikisnya tebing dari imbah yang keluar dari Bukit Randu.

Memang tidak ada korban jiwa. Tapi, seperti dituturkan Syahrudin, longsor susulan masih menghantui. Mereka tidak menyadari jika limbah yang mengalir dari tebing selama ini bakal menghancurkan tembok rumah. Limbah memang mengalir, tetapi masuk ke sumur di samping rumah yang berada di sebelah.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Lampung Hendrawan mengecam Hotel Bukit Randu yang lalai memperhatikan dampak ingkungan di seputar bukit.

Longsor Bukit Randu ini bukan pertama kali terjadi. Tahu demikian, mesti dilakukan antipasipasi dini agar tak terulang lagi. Harus ada evaluasi menyeluruh mengenai keberadaan hotel di bukit ini.

Kalau ada pelanggaran dalam kasus ini, harus ada sanksi tegas. Keselamatan warga kota penting menjadi perhatian pemerintah kota. Jangan hanya mengutamakan pendapatan, tetapi lupa dengan masyarakat yang malah dirugikan, bahkan terancam nyawa. []


~ Fajar Sumatera, Senin, 5 September 2016

No comments:

Post a Comment