Oleh Udo Z. Karzi
MAT PUHIT uring-uringan dalam beberapa hari ini. Memang sih kepastian hanya milik Tuhan. Tapi, manusiakan harus bisa membuat kepastian. Itulah gunanya perencanaan. Itulah gunanya kerja. Itulah gunanya daya upaya. Itulah gunanya negosiasi. Itulah gunanya kearifan. Itulah gunanya pelitik.
Tapi, entahlah apa yang menyebabkan manusia melebihi Tuhan: membiarkan situasi penuh ketidakpastian, penuh ketidakmenentuan, penuh ketidakjelasan. Perekononomian nasional lagi lagi tidak jelas juntrungannya tersebab nilai rupiah yang terus merosot terhadap Dolar Amerika Serikat.
Empat paket kebijakan ekonomi sebagai antisipasi penyelamatan dari gejolak perekonomian yang dikeluarkan pemerintah — memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar, menjaga pertumbuhan ekonomi, menjaga daya beli, dan mempercepat investasi dengan mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu perizinan investasi — tak berarti banyak.
"Walau diragukan efektivitasnya setidaknya pusat punya solusi. Jadi ada harapan keluar dari dari ketidakjelasan," kata Pithagiras.
Datang-datang Udien sibuk mengumpat-ngumpat debu. "Kacau, kacau...," kata dia.
"Apa yang kacau, Dien?" sela Minan Tunja.
"Debu di mana-mana. Ini akibat perbaikan Jalan Soekarno-Hatta (bypass) yang terhenti. Kasihan pengguna jalan, warung-warung makan sepanjang bypass dipenuhi debu. Bisa kena isepa (maksudnya ISPA) nih kita-kita ini. Cilakanya tidak ada kelanjutan perbaikannya malah makin tidak jelas," lapor Udien.
"Aih kidah. Kayak pilkada aja yang makin mak jelas (tidak jelas) alias MJ," celetuk Mat Puhit.
"Jalan bypass dan pilgub sama MJ-nya kok!" kata Pithagoras.
"Induh, kok pada senang dengan yang serba-MJ ya?" kata Udien.
"Sudahlah, yang jelas-jelas saja, kita ngupi pai gawoh...," ajak Mamak Kenut. n
Lampung Post, Jumat, 30 Agustus 2013
MAT PUHIT uring-uringan dalam beberapa hari ini. Memang sih kepastian hanya milik Tuhan. Tapi, manusiakan harus bisa membuat kepastian. Itulah gunanya perencanaan. Itulah gunanya kerja. Itulah gunanya daya upaya. Itulah gunanya negosiasi. Itulah gunanya kearifan. Itulah gunanya pelitik.
Tapi, entahlah apa yang menyebabkan manusia melebihi Tuhan: membiarkan situasi penuh ketidakpastian, penuh ketidakmenentuan, penuh ketidakjelasan. Perekononomian nasional lagi lagi tidak jelas juntrungannya tersebab nilai rupiah yang terus merosot terhadap Dolar Amerika Serikat.
Empat paket kebijakan ekonomi sebagai antisipasi penyelamatan dari gejolak perekonomian yang dikeluarkan pemerintah — memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar, menjaga pertumbuhan ekonomi, menjaga daya beli, dan mempercepat investasi dengan mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu perizinan investasi — tak berarti banyak.
"Walau diragukan efektivitasnya setidaknya pusat punya solusi. Jadi ada harapan keluar dari dari ketidakjelasan," kata Pithagiras.
Datang-datang Udien sibuk mengumpat-ngumpat debu. "Kacau, kacau...," kata dia.
"Apa yang kacau, Dien?" sela Minan Tunja.
"Debu di mana-mana. Ini akibat perbaikan Jalan Soekarno-Hatta (bypass) yang terhenti. Kasihan pengguna jalan, warung-warung makan sepanjang bypass dipenuhi debu. Bisa kena isepa (maksudnya ISPA) nih kita-kita ini. Cilakanya tidak ada kelanjutan perbaikannya malah makin tidak jelas," lapor Udien.
"Aih kidah. Kayak pilkada aja yang makin mak jelas (tidak jelas) alias MJ," celetuk Mat Puhit.
"Jalan bypass dan pilgub sama MJ-nya kok!" kata Pithagoras.
"Induh, kok pada senang dengan yang serba-MJ ya?" kata Udien.
"Sudahlah, yang jelas-jelas saja, kita ngupi pai gawoh...," ajak Mamak Kenut. n
Lampung Post, Jumat, 30 Agustus 2013