Monday, August 5, 2013

Hidup adalah Puasa

Oleh Udo Z. Karzi


HIDUP adalah puasa. Puasa itu menahan diri, menjaga nafsu, dan menuju ketakwaan. Karena itu, kaum muslim menyambut Ramadan dengan senang hati, perbuatan baik, dan dengan hati yang penuh khusyuk.

Ramadan menjadi waktu yang paling tepat untuk kita melakukan refleksi atas apa yang telah kita lakukan selama ini. Semua ibadah yang kita lakukan dalam Ramadan menjadi sarana paling ampuh untuk mengingatkan kita, bahwa kita, selain seorang individu dengan sifat individual, memiliki hak asasi, dan kepentingan pribadi; juga merupakan makhluk sosial yang wajib peduli dengan hak, kebutuhan, dan kepentingan orang lain.

Kita senang, seharusnya teman kita senang. Kita bahagia, semestinya tetangga kita ikut bahagia. Kita gembira, sepatutnya orang lain tidak merasa terpinggirkan.

Ramadan mengajak kita bersabar. Menahan diri dari makan-minum, serta perkataan dan perbuatan yang mengumbar hawa nafsu adalah bentuk dari konkrit dari hakikat dari puasa. Melalui puasa, kita diingatkan untuk selalu mengendalikan emosi. Hidup memang penuh tantangan, tetapi tantangan tidak mengharuskan kita lemah. Hidup terkadang membuat kita sedih, tetapi kesedihan tidak boleh membuat kita cengeng.

Hidup butuh perjuangan, tetapi perjuangan tidak bisa membuat kita frustasi. Hidup penuh kekerasan, tetapi kekerasan tidak mesti dilawan kekerasan. Hidup bisa saja membuat kita marah, tetapi kemarahan tidak menyelesaikan masalah.

Hidup boleh saja membuat kita jengkel, tetapi kejengkelan tidak mampu membuat kita lupa diri. Hidup silakan saja membuat kita pesimistis, tetapi kita tidak mungkin bunuh diri.

Ya, hidup adalah puasa. Puasa adalah pengendalian diri. Dengan mengendalikan diri, kita mampu memandang segala sesuatu secara jernih. Dengan mengendalikan diri, kita bisa berbuat kebajikan bagi sesama.

Puasa mengingatkan kita tentang nilai-nilai kemanusiaan. Nilai ini begitu penting. Sebab, jika kita telah kehilangan kemanusiaan, maka kita tidak ubahnya seperti hewan, atau bahkan setan. Kemuliaan manusia terletak pada hati yang terasah dan kemampuan berpikir jernih.


Lampung Post, Senin, 5 Agustus 2013

No comments:

Post a Comment