Friday, October 24, 2014

Perwakilan Lampung

Oleh Udo Z. Karzi


JOKOWI memang wow. Kecuali Amien Rais, semua tokoh hadir dalam pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Joko Widodo-M. Jusuf Kalla, di gedung DPR/MPR, 20 Oktober lalu, termasuk calon presiden-wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, presiden-wakil presiden yang digantikan, Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, mantan Presiden B.J. Habibie dan Megawati Soekarnoputri, juga mantan wakil presiden sebelumnya, Tri Sutrisno dan Hamzah Haz. Yang sudah tiada, diwakili istri atau keluarganya.

"Lengkap, deh! Ini sejarah baru," kata Pithagiras.

"Semua senang. Semua hepi...," sambung Minan Tunja.

"Tak ada lagi dendam. Semua menang...," sahut Mat Puhit.

Tapi, Udien, yang belum pernah menjadi gubernur atau jenderal polisi tetap merasa perlu bertanya kepada bos partainya Jokowi di Negarabatin.   

Dan inilah jawabannya: "Saya sekarang sedang di Surabaya. Enggak ada instruksi dari Bu Mega. Jadi besok (hari ini), nyak mak ratong (saya enggak menghadiri) pelantikan Jokowi-JK. Tidak ada perwakilan dari Lampung yang akan menghadiri pelantikan Jokowi-JK," kata Ketua DPD PDI Perjuangan Lampung Sjachroedin Z.P. (Radar Lampung, [20/10/2014], hlm. 1)

Minan Tunja yang denger itu langsung nyahut, "Sudah, sudah kok, Yay. Itu Pak Zulkifli Hasan, ketua MPR, ngewakili Lampung."

Haha... hehe...

"Bangga juga bahwa orang Lampung yang melantik Jokowi," kata Andre Prayhard.

"Kan banyak anggota DPR dan DPD dari Lampung," sambung Fadilasari.

"Tapi saya ragu mereka mereka mewakili Lampung," tukas Mat Puhit.

"Yah, semoga saja. Soalnya kita sudah bosan dengan wakil kita yang tidak mewakili kita sebagai orang Lampung," ujar Mamak Kenut. 

***

Itu sudah. Sekarang, orang-orang lagi geregetan karena susunan kabinet Jokowi-JK yang belum diumumkan.

"Itu bisa mengurangi kepercayaan kepada Jokowi," ujar Pinyut.

"Ah, sok tahu aja lu, Nyut," sambar Mat Puhit.

"Masak enggak percaya sama orang sebaik Jokowi, sih?"

Jika selama ini "politik itu kotor" dan hampir semua perilaku seolah menjadi bukti empiris dari ungkapan ini, Jokowi hadir dengan segala kesantunan, kebajikan, dan kepedulian kepada khalayak dengan gaya blusukannya. 

Kekuasaan itu cenderung korup, kata Lord Acton. Tapi, Jokowi punya jawaban berbeda yang ia wujudkan dalam bentuk kata dan perbuatan yang sejalan.

"Wali kota tidak, gubernur juga tidak. Maka, saat saya mengatakan, 'Tidak mikir, tidak mikir,' itu memang benar-benar tidak memikirkannya. Banyak orang memang tidak percaya. Soalnya, secara logika dan kalkulasi politik memang tidak masuk akal. Saya harus bicara apa adanya. Saya ini kan bukan ketua umum partai. Saya menyadari itu," Joko Widodo menjawab pertanyaan “Anda tidak merencanakan untuk meraih kekuasaan?” dari Kompas (20/10/2014) hlm. 1

"Jujurkah Jokowi? Masak enggak mimpi malah terjadi, enggak kepengen justru dapat...," gugat Radin Mak Iwoh.

"Yah, semoga. Soalnya kita (saya aja kali! hehe... ) sudah bosan dengan sosok yang dipenuhi dengan syahwat berkuasa tapi mengabaikan etika, moral, atau fatsun," sahut Mamak Kenut. n


Lampung Post, Jumat, 24 Oktober 2014

No comments:

Post a Comment