Friday, March 11, 2016

Beras Siger

Oleh Udo Z Karzi


BADAN Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung membentuk asosiasi produsen beras siger. Tujuannya, menyeragamkan hasil produk dan harga pangan yang menjadi ikon daerah ini.  Dengan begitu ada standardisasi produk beras siger.

Apa itu beras siger? Mengutip Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Kusnadi, beras siger berasal dari bahan pokok bukan padi. Beras siger diproduksi sebagai makanan pokok pendamping beras padi bukan sebagai pengganti beras padi.

Kusnadi menegaskan, asosiasi ini dibentuk bukan untuk membatasi hasil produk beras siger tersebut. Selama ada pasarnya diperbolehkan bagi para produsen beras siger untuk  terus memproduksi, seperti beras siger yang berwarna hitam, karena target utamanya adalah untuk mengurangi konsumsi beras padi.
Terkait harga beras siger yang lebih mahal dari beras padi, sebenarnya harga beras siger tidak lebih
mahal. Terlihat lebih tinggi karena beras biasa disubsidi oleh pemerintah, baik dari benih maupun pupuk.

Hingga saat ini tercatat ada sekitar 30 produsen beras siger yang telah menjadi anggota asosiasi beras siger. Beras berbahan dasar singkong itu memiliki keunggulan rasa yang sama dengan beras konvensional. Termasuk kandungan protein yang tinggi, serta rendah karbohidrat.

Sampai di sini, sebenar upaya produksi beras siger sebenar cukup kreatif. Beras nonberas ini bisa jadi alternatif. Apalagi ada jaminan -- meskipun kita meragukan -- beras singkong ini memiliki rasa yang sama dengan beras konvensional. Bahkan memiliki kandungan protein dan rendah karbohindrat.

Namun persoalannya,  harganya lebih mahal dari beras dari padi. Bagaimana bisa beras ini menjadi makanan pokok pendamping. Dari segi kebiasaan dan cita rasa, masyarakat kita tentu akan tetap memilih beras dari padi yang rasanya lebih asli.

Kalau beras siger ini hendak dikembangkan dan menjadi kegemaran masyarakat, maka tidak bisa tidak harusnya harga beras ini lebih murah ketimbang beras beras.

Satu hal lagi, produsen beras siger itu tidak boleh berhenti pada produksi beras siger saja. Harus ada produk olahan dari beras siger itu, yang kemudian benar-benar bisa pengenanan khas menjadi ikon Bumilada.

Pertanyaannya, beras siger itu selain dimasak biasa seperti beras padi bisa dibikin apa saja? Dibuat kue apa saja? Bisa tidak dibuat mie sebagai alternatif mie yang biasa kita makan selama ini? Misalnya, mie khas Lampung yang terbuat dari beras singkong? Tentu dengan embel-embel harga lebih murah. Kalau lebih mahal, percuma mengembangkan beras siger!

Jadi, kreativitas tak berhenti pada bisa bikin beras siger, tetapi harus berlanjut pada beras siger mau diapakan? Tabik. []


~ Fajar Sumatera, Jumat, 11 Maret 2016

No comments:

Post a Comment