Oleh Udo Z Karzi
LANGIT Bandarlampung beberapa hari ini seperti diselimuti asap. Cuaca agak gelap mulai pagi-sore hari. Kadang-kadang hujan turun. Tapi kabut ini bukan itu deh. Pas benar dengan kata Ella dan Deddy Dores, Mendung Tak Berarti Hujan.
Ada apa? Kasi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudi Harianto bilang, kondisi cuaca berkabut yang menyelimuti wilayah Bandar Lampung dan sekitarnya terjadi akibat gangguan cuaca yang disebut konvergensi.
Konvergensi itu merupakan gerakan angin yang masuk ke wilayah tertentu, dan terjadinya pengumpulan masa udara, sehingga mambantu dalam pembentukan awan tebal.
Konvergensi terjadi karena adanya daerah bertekanan rendah di sebelah barat Sumatera, yang ternyata sangat memengaruhi wilayah Lampung, khususnya Lampung bagian tengah dan Lampung bagian selatan.Kondisi ini yang menyebabkan adanya penumpukan massa udara. Sehingga, timbullah awan tebal bahkan sampai berkabut.
Oh, fenomena alam!
Namun, menyimak beberapa isu hangat beberapa hari ini, rupanya tak hanya cuaca yang berkabut. Ada kabut yang menyertai penutupan SMKN 9 Bandarlampung. Ada kabut yang mengiringi gerakan mahasiswa di IAIN Raden Intan yang memperjuangkan kebebasan berpendapat, berekspresi, dan berorganisasi. Ada kabut yang sedikit mengganggu mata kita melihat banyak kejanggalan, penyimpangan, dan penyalahgunaan wewenang yang masih saja terjadi. Masih ada kabut yang menutupi berbagai upaya penegakan demokrasi, hukum, dan hak asasi manusia. Terdapat kabut yang menjelagai nurani kita untuk mengasah etika, moralitas, dan rasa kemanusiaan kita.
Berbahayakah kabut itu? BMKG sih bilang, cuaca berkabut di Bandarlampung belum berpengaruh secara signifikan terhadap penerbangan. Baru sedikit mengganggu jarak pandang (visibilitis). Jarak pandang di bandara minimal tiga km. Tapi, beberapa hari ini tadi pagi masih lima km. Jadi masih aman.
Meskipun demikian, ada imbauan agar warga mewaspadai cuaca, terutama saat hendak bepergian. Nah, di sinilah: Waspadalah terhadap kabut! []
~ Fajar Sumatera, Senin, 30 Mei 2016
LANGIT Bandarlampung beberapa hari ini seperti diselimuti asap. Cuaca agak gelap mulai pagi-sore hari. Kadang-kadang hujan turun. Tapi kabut ini bukan itu deh. Pas benar dengan kata Ella dan Deddy Dores, Mendung Tak Berarti Hujan.
Ada apa? Kasi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudi Harianto bilang, kondisi cuaca berkabut yang menyelimuti wilayah Bandar Lampung dan sekitarnya terjadi akibat gangguan cuaca yang disebut konvergensi.
Konvergensi itu merupakan gerakan angin yang masuk ke wilayah tertentu, dan terjadinya pengumpulan masa udara, sehingga mambantu dalam pembentukan awan tebal.
Konvergensi terjadi karena adanya daerah bertekanan rendah di sebelah barat Sumatera, yang ternyata sangat memengaruhi wilayah Lampung, khususnya Lampung bagian tengah dan Lampung bagian selatan.Kondisi ini yang menyebabkan adanya penumpukan massa udara. Sehingga, timbullah awan tebal bahkan sampai berkabut.
Oh, fenomena alam!
Namun, menyimak beberapa isu hangat beberapa hari ini, rupanya tak hanya cuaca yang berkabut. Ada kabut yang menyertai penutupan SMKN 9 Bandarlampung. Ada kabut yang mengiringi gerakan mahasiswa di IAIN Raden Intan yang memperjuangkan kebebasan berpendapat, berekspresi, dan berorganisasi. Ada kabut yang sedikit mengganggu mata kita melihat banyak kejanggalan, penyimpangan, dan penyalahgunaan wewenang yang masih saja terjadi. Masih ada kabut yang menutupi berbagai upaya penegakan demokrasi, hukum, dan hak asasi manusia. Terdapat kabut yang menjelagai nurani kita untuk mengasah etika, moralitas, dan rasa kemanusiaan kita.
Berbahayakah kabut itu? BMKG sih bilang, cuaca berkabut di Bandarlampung belum berpengaruh secara signifikan terhadap penerbangan. Baru sedikit mengganggu jarak pandang (visibilitis). Jarak pandang di bandara minimal tiga km. Tapi, beberapa hari ini tadi pagi masih lima km. Jadi masih aman.
Meskipun demikian, ada imbauan agar warga mewaspadai cuaca, terutama saat hendak bepergian. Nah, di sinilah: Waspadalah terhadap kabut! []
~ Fajar Sumatera, Senin, 30 Mei 2016