Friday, August 12, 2016

Miskin Terhormat

Oleh Udo Z Karzi


ORANG di Lampung ribut lagi. Inilah data yang bikin senewen banyak pihak: Angka kemiskinan Lampung dari penghitungan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2016 mencapai 14,29 persen. Dibanding dengan kondisi semester sebelumnya (September 2015), angka kemiskinan Lampung naik 0,76 poin dari 13,53 persen.

Lampung miskin sesungguhya sudah biasa karena 15 tahun terakhir kita memang berada level 3 besar miskin di Sumatera. Baru tahun kemarin Lampung beringsut naik menjadi 4 besar. Namun tahun ini kita kembali menempati 3 besar termiskin. Sebuah antiklimaks.


Kembali miskin ini yang sesungguhnya luar biasa. Paradoks, karena dalam perjalanan hidup manusia, naik kelas dan meningkat derajat kehidupan sesungguhnya itu yg diidamkan.

Gitu aja kok repot. Kenapa sih kok selalu ribut kalau dibilang kemiskinan meningkat kalau yang miskin hepi-hepi saja? Lihat saja kalau ada pendataan data miskin untuk mendapatkan bantuan, mestilah orang ramai-ramai mengaku miskin. Kalau gak kebagian raskin (beras untuk keluarga miskin) -- yang sekarang digenti dengan nama rastra (beras untuk keluarga prasejahtera -- orang bisa marah ke Pak RT/lurah.

Begitu juga begitu ada Bantuan Langsung Tunai (BLT), rebutan lagi mengaku miskin. Bikin pengaduan ke aparat, nulis surat pembaca, gugat sana gugat sini karena bantuan tidak merata, dan sebagainya.

Nah, Bandarlampung justru getol meningkatkan jumlah orang miskin. Adalah Program Bina Lingkungan (Biling) yang menjadi program unggulan Wali Kota Bandarlampung. Biling ini memberi tiket gratis kepada warga miskin untuk masuk sekolah-sekolah negeri. Syaratnya gampang kok: cukup minta keterangan miskin dari pihak berwewenang. Jika kita anak orang miskin, dijamin bisa kok masuk sekolah negeri. Ya, cukup dengan data miskin, nggak penting apakah anak tersebut mampu secara akademik, berprestasi atau tidak, jadilah masuk ke sekolah negeri. Seleksi ya seleksi miskin.

Rebutanlah warga Tapis Berseri mengaku miskin agar anaknya bisa sekolah negeri. Repotnya kalau ada yang benar-benar miskin malah tidak masuk. Protes dong! Terserah berhasil atau tidak.

Dalam hal ini, sukseslah Pemkot Bandarlampung meningkatkan jumlah orang miskin di kota ini. Sebenarnya, benar juga yang dilakukan Pak Wali Kota ini. Sebab, bukankah konstitusi bilang, "Orang miskin dan anak telantar dipelihara oleh negara."

Wah, kalau angka kemiskinan berkurang atau malah tidak ada, gagal dong pemerintah "memelihara kemiskinan".

Aidah, ngomong kok nggak karu-karuan. Sekarang apa solusi mengatasi kemiskinan? Repot. Lampung ini aneh, kalau jumlah orang kaya dan jumlah kekayaan orang kaya meningkat; maka jumlah orang miskin dan angka kemiskinan orang miskin bertambah kere.

Jadi gimana dong? "Kurangi jumlah orang kaya dan kekayaan orang orang kaya biar jumlah orang miskin berkurang alias angka kemiskinan menurun."

Caranya? "Entahlah." Tapi, yang jelas jangan minta tolong dengan tukang begal ya.

Nggak enak kok jadi orang kaya. Apa-apa serba-harus-bayar. Apa-apa serbamahal. Kasihan kan orang kaya. Hahaa…

Tapi sekali lagi, jangan membegal. Lebih baik miskin asal tak membegal. Percayalah miskin itu terhormat. []



~ Fajar Sumatera, Jumat, 12 Agustus 2016

No comments:

Post a Comment