Oleh Udo Z Karzi
KALAU mau dihitung-hitung, mungkin separuh lebih hidup saya berada di kendaraan mengadakan perjalanan. Tidak mengenal waktu!
Di sisi lain, seorang muslim wajib menjalankan salat lima waktu. Waktu-waktu salat yang sering datang saat dalam perjalanan biasanya Zuhur, Asyar, dan Magrib.
Sedianya, begitu azan berkumandang, kita harus segera bergegas ke masjid. Tapi, ampuni hamba ya Allah, saya tidak terlalu disiplin menunaikan tugas-Mu. Sering menunda-nunda salat. Bahkan tak jarang lupa salat.
Seharusnya, begitu azan, langsung menghentikan kendaraan di masjid wterdekat dan langsung ikut salat berjamaah. Tapi, tidak dengan saya.
Saya tidak bisa langsung berhenti di masjid terdekat.
Saya harus memilih masjid. Bukan karena menganut aliran tertentu (huss... Islam itu mestinya sama), melainkan saya takut kekhusukan salat saya terganggu.
Ini semua gegara tukang parkir!
Ya, tukang parkir di masjid yang mengganggu kekhusukan orang mau salat.
Benaran. Saya keberatan ada tukang parkir di masjid. Masa orang mau beribadah, kok dimintai duit.
Dan, si tukang parkir, tidak berpikir bahwa kehadirannya di masjid membuat orang enggan ke masjid.
Keterlaluan tukang parkir ini!
Kadang saya mampir ke masjid, cuma untuk numpang tidur. Kan --semestinya-- tidak dilarang karena masjid juga tempat peristirahan orang yang dalam perjalanan.
Masa musafir yang mampir istirahat ke masjid dimintai uang parkir pula.
Benar-benar terlalu si tukang parkir!
Sabtu, 11 Mei 2019
KALAU mau dihitung-hitung, mungkin separuh lebih hidup saya berada di kendaraan mengadakan perjalanan. Tidak mengenal waktu!
Di sisi lain, seorang muslim wajib menjalankan salat lima waktu. Waktu-waktu salat yang sering datang saat dalam perjalanan biasanya Zuhur, Asyar, dan Magrib.
Sedianya, begitu azan berkumandang, kita harus segera bergegas ke masjid. Tapi, ampuni hamba ya Allah, saya tidak terlalu disiplin menunaikan tugas-Mu. Sering menunda-nunda salat. Bahkan tak jarang lupa salat.
Seharusnya, begitu azan, langsung menghentikan kendaraan di masjid wterdekat dan langsung ikut salat berjamaah. Tapi, tidak dengan saya.
Saya tidak bisa langsung berhenti di masjid terdekat.
Saya harus memilih masjid. Bukan karena menganut aliran tertentu (huss... Islam itu mestinya sama), melainkan saya takut kekhusukan salat saya terganggu.
Ini semua gegara tukang parkir!
Ya, tukang parkir di masjid yang mengganggu kekhusukan orang mau salat.
Benaran. Saya keberatan ada tukang parkir di masjid. Masa orang mau beribadah, kok dimintai duit.
Dan, si tukang parkir, tidak berpikir bahwa kehadirannya di masjid membuat orang enggan ke masjid.
Keterlaluan tukang parkir ini!
Kadang saya mampir ke masjid, cuma untuk numpang tidur. Kan --semestinya-- tidak dilarang karena masjid juga tempat peristirahan orang yang dalam perjalanan.
Masa musafir yang mampir istirahat ke masjid dimintai uang parkir pula.
Benar-benar terlalu si tukang parkir!
Sabtu, 11 Mei 2019
No comments:
Post a Comment