Oleh Udo Z Karzi
SEMENA-MENA! Betapa saya kesal-sekesalnya. Mentang-mentang bawa roda empat, ngasal saja bawanya dan sama sekali tak memperhatikan orang lain yang lebih senang mengendarai motor.
Kejadian pertama dan berkali-kali, adalah bagaimana hampir sepanjang jalan mobil di belakang saya memencet kelakson berulang-ulang. Biasanya saya melirik kaca spion, untuk melihat mobil yang hobinya tak tek tok begitu. Kalau bukan mobil dinas, biasanya mobil dari luar kota.
Tak berani ambil resiko ditabrak saya mengumpat untuk supri (supir pribadi) kendaraan dinas, "Dasar. Memangnya lu aja yang perlu cepat."
Untuk mobil luar kota, makiannya (walau tak didengar si sopir), "Wuah... udik! Tumbur aja kendaraan yang di depan kalo mau cepat."
Kejadian kedua dan beberapa kali, saat hujan atau setelah hujan reda. Melewati genangan air di jalan raya, saya biasanya mengambil jalan paling kiri yang tidak terlalu dalam genangan dan menjalankan dengan gas kecil saja agar tidak kecipratan air genangan.
Sudah berhati-hati begitu, ee... ada mobil lewat main tancap gas saja. Ya, tentu saja saya dan yang dibonceng jadinya mandi hasil kerja mobil yang ngebut di genangan air tadi. Saya yang memakai jas hujan tak seberapa. Tapi, yang dibonceng jelas kuyup dan tentu saja memaki, "Mobil jelek!"
Memang sih semakin jelek mobilnya, semakin semau-maulah yang pengemudinya. Barangkali. Hehee...
Sementara seisi mobil yang dimaki boleh jadi ketawa-ketiwi melihat kita sengsara. Benar-benar gak punya rasa perikemanusiaan deh!
Kejadian ketiga, betapa tak tahu etikanya si pengendara mobil. Saat saya melaju di sebuah turunan dengan kecepatan sedang, tiba-tiba ada sebuah mobil berputar balik arah. Keruan saja saya yang bawa motor jadi kelabakan. Laju motor memang bisa diminimalkan, tetapi terpaksa saya banting setangnya. Kalau tidak kena deh itu mobil tertabrak. Akibatnya, motor yang saya kendaraan jatuh.
Untungnya, motor, saya, dan yang dibonceng tidak apa-apa. Motornya cuma terbalik. Tapi, tak urung kesel juga dengan mobil yang belok semau-maunya di tempat dan waktu yang tidak tepat. Keluarlah makian, "Yang benar dulu geh Pak kalau bawa mobil!"
Saya tulis ini untuk peringatan buat pengendara roda empat: "Jangan mentang-mentang! Memangnya jalan raya ini milik nenek-moyang lu orang?" []
Fajar Sumatera, Senin, 30 April 2018
SEMENA-MENA! Betapa saya kesal-sekesalnya. Mentang-mentang bawa roda empat, ngasal saja bawanya dan sama sekali tak memperhatikan orang lain yang lebih senang mengendarai motor.
Kejadian pertama dan berkali-kali, adalah bagaimana hampir sepanjang jalan mobil di belakang saya memencet kelakson berulang-ulang. Biasanya saya melirik kaca spion, untuk melihat mobil yang hobinya tak tek tok begitu. Kalau bukan mobil dinas, biasanya mobil dari luar kota.
Tak berani ambil resiko ditabrak saya mengumpat untuk supri (supir pribadi) kendaraan dinas, "Dasar. Memangnya lu aja yang perlu cepat."
Untuk mobil luar kota, makiannya (walau tak didengar si sopir), "Wuah... udik! Tumbur aja kendaraan yang di depan kalo mau cepat."
Kejadian kedua dan beberapa kali, saat hujan atau setelah hujan reda. Melewati genangan air di jalan raya, saya biasanya mengambil jalan paling kiri yang tidak terlalu dalam genangan dan menjalankan dengan gas kecil saja agar tidak kecipratan air genangan.
Sudah berhati-hati begitu, ee... ada mobil lewat main tancap gas saja. Ya, tentu saja saya dan yang dibonceng jadinya mandi hasil kerja mobil yang ngebut di genangan air tadi. Saya yang memakai jas hujan tak seberapa. Tapi, yang dibonceng jelas kuyup dan tentu saja memaki, "Mobil jelek!"
Memang sih semakin jelek mobilnya, semakin semau-maulah yang pengemudinya. Barangkali. Hehee...
Sementara seisi mobil yang dimaki boleh jadi ketawa-ketiwi melihat kita sengsara. Benar-benar gak punya rasa perikemanusiaan deh!
Kejadian ketiga, betapa tak tahu etikanya si pengendara mobil. Saat saya melaju di sebuah turunan dengan kecepatan sedang, tiba-tiba ada sebuah mobil berputar balik arah. Keruan saja saya yang bawa motor jadi kelabakan. Laju motor memang bisa diminimalkan, tetapi terpaksa saya banting setangnya. Kalau tidak kena deh itu mobil tertabrak. Akibatnya, motor yang saya kendaraan jatuh.
Untungnya, motor, saya, dan yang dibonceng tidak apa-apa. Motornya cuma terbalik. Tapi, tak urung kesel juga dengan mobil yang belok semau-maunya di tempat dan waktu yang tidak tepat. Keluarlah makian, "Yang benar dulu geh Pak kalau bawa mobil!"
Saya tulis ini untuk peringatan buat pengendara roda empat: "Jangan mentang-mentang! Memangnya jalan raya ini milik nenek-moyang lu orang?" []
Fajar Sumatera, Senin, 30 April 2018
No comments:
Post a Comment