Monday, May 16, 2011

Negeri yang Kehilangan Pegangan

Oleh Udo Z. Karzi


REFORMASI datang. Angin demokrasi dan demokratisasi pun berhembus kencang. Banyak yang berharap krisis multidimensional ini segera teratasi. Banyak upaya telah dilakukan, tetapi parahnya kerusakan pada hampir seluruh tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara mengakibatkan sulitnya perbaikan.

Krisis yang demikian kompleks ini menyebabkan semakin meluasnya rasa tidak tenteram dan tidak pasti dalam masyarakat. Rasa tidak pasti ini diperbesar dengan adanya berbagai kebijakan yang berubah-ubah, pernyataan-pernyataan dan ucapan-ucapan para pejabat dan blok-blok masyarakat yang tidak konsisten dan simpang-siur serta kesan sebagian masyarakat pemimpin nasional yang sering ragu dalam mengambil keputusan.

Masyarakat menjadi kehilangan pegangan nilai, keyakinan, dan kemampuan untuk bisa menempatkan diri secara wajar dalam konstelasi kehidupan politik, ekonomi, sosial yang sedang mengalami masa-masa paling suram sebagai dampak dari reaksi terhadap apa yang menjadi keyakinan masyarakat luas, yaitu mismanajemen negara yang telah berlangsung selama lebih dari tiga dasawarsa pada waktu pemerintahan yang lalu sebagai warisan generasi Bapak-Bapak kita terdahulu.

Kalau di Perancis tumbuh anomic suicide, yakni individu yang merasa tidak bisa mengikuti perubahan sosial yang sedang berlangsung cenderung menyendiri dan merasa tidak berharga yang akhirnya mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri, yang terjadi di Indonesia karena memiliki watak yang berbeda (entah guilt culture atau shame culture?) seseorang yang mengalami anomi, yang tak puas dengan situasi dan kondisi yang tidak menentu, malahan cenderung menyakiti atau membunuh orang lain atau anomic homicide.

Hal yang sepele saja dapat menjadi alasan orang untuk membunuh, hanya karena uang seratus rupiah saja bisa menjadi penyebab hilangnya nyawa orang. Hanya karena tersinggung karena anggota kelompoknya dipalak oleh anggota kelompok lain, cukup alasan untuk menyerang kelompok lain. Karena jagoannya kalah dalam pemilihan kepala daerah sudah lengkap alasan untuk kemudian bertindak murka.

Kondisi anomi di Indonesia menampakan karakter khas dengan munculnya kelompok-kelompok sosial. Dalam kelompok ini tumbuh solidaritas yang tinggi, kondisi ini sering memunculkan solidaritas kelompok sehingga ketika anggota kelompoknya disakiti mereka membentuk solidaritas untuk menyakiti kembali.

Kelompok-kelompok ini tidak bisa dilepaskan dari proses politik yang terjadi pada orde reformasi ini, diakui atau tidak pergantian Orde Baru ke Orde Reformasi melalui proses politik dan secara teoritis semua proses politik pada dasarnya adalah pembentukan kelompok, semakin tinggi solidaritas kelompok maka semakin baik pula proses politik yang dilakukan.

Dalam skala lebih luas, anomi kolektif disertai dengan tidak adanya kesadaran hukum juga sering memicu terjadinya anomic homicide yang dilakukan oleh sekelompok anggota masyarakat yang hanya didasarkan pada kesadaran kolektif.

Ah, reformasi kita akhirnya semakin kehilangan makna dan semakin lama semakin hilang dari ingatan kita.


Lampung Post, Senin, 16 Mei 2011

No comments:

Post a Comment