Thursday, November 1, 2012

Mengapa?

Oleh Udo Z. Karzi


TANPA kita sangka, tanpa kita mengerti, dan tanpa kita tahu apa salah kita, kita harus menerima perlakuan yang tidak mengenakkan. Bentakan hanya karena soal biasa acap kita terima. Masih untung kalau cuma omelan, yang tak kita pahami adalah mengapa orang begitu mudah melayangkan tangan, kaki, atau bahkan senjata tajam kepada kita.

Ketidakmengertian kita ini bukan hanya milik kita sendiri. Aparat berwajib, mulai dari polisi, jaksa, dan hakim boleh jadi sekarang ini sedang kebingungan menghadapi banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia dan tindak kriminalitas yang terus menggunung.

Lihat saja statistik pencurian kendaraan bermotor yang terus membengkak. Lihat pula perkelahian massal, pembakaran orang hidup-hidup, mobil dan rumah penduduk.

Rasanya tak ada hari tanpa kekerasan, mesti LSM dan banyak pihak berkampanye antikekerasan. Hari ini kita berharap tak terjadi kerusuhan dalam pemilihan bupati, besoknya terjadi pembakaran mobil oleh massa yang merasa dikalahkan. Sebuah konser yang dimaksudkan untuk menghibur penonton malah berubah menjadi tragedi kemanusiaan. Jangan sekali-kali berbuat salah kalau tak ingin massa mengamuk dan membakar kita hidup-hidup.

Edan! Dunia macam apa ini? Apakah kita semua telah kehilangan kesabaran sehingga kalau ada persoalan kecil di antara kita, maka harus diselesaikan dengan kekerasan? Kalimat "melawan kekerasan tanpa kekerasan" menjadi kata-kata indah penghias bibir saja? Lalu, kita bertanya kemana nilai kemanusiaan kita? Kita taruh dimana hati nurani kita? Kita simpan di mana rasa persaudaraan kita?

Mengapa kita semakin tak peduli dengan harmoni kehidupan yang sebenarnya sudah tercipta dari dulu? Mengapa kita tak lagi peduli dengan orang lain? Mengapa kita seakan lebih berkuasa dari Tuhan kita? Mengapa kita menjadi abai dengan nasib saudara, sahabat, dan diri kita sendiri? Mengapa kita tak mampu menghormati hak orang lain sebagaimana kita ingin hak kita diakui orang lain? Mengapa? Mengapa?

Ada baiknya kita merenungkan kembali hakikat kemanusiaan kita. n


Lampung Post, Selasa, 1 November 2012

No comments:

Post a Comment