Thursday, January 2, 2014

Jangan Terlalu Gembira

Oleh Udo Z Karzi


"SAYA tidak tahu, apa yang bisa membuat saya gembira malam ini," ujar Mamak Kenut, yang memutuskan mengurung diri sepanjang malam Tahun Baru.

Walaupun omongan dan sikap Mamak Kenut ini sempat mendapat tanggapan negatif dari karib-kerabatnya, kalau dipikir-pikir, tetap saja ada benarnya.

"Gua syukurin hujan," kata Mat Puhit, tanpa bermaksud membela Mamak Kenut. Meskipun hujan kemudian berhenti, tetap saja semangat sebagian orang untuk meneruskan pesta Tahun Baru sedikit berkurang. Agaknya malaikat lewat cuma untuk mengingatkan jangan terlalu gembira karena terlalu gembira hanya akan membuat kemudaratan di muka bumi. Hehee...

***

Ya, apa sih yang bisa kita gembirakan di malam tahun ini? Sepanjang 2013, kita lebih banyak mencatat kejadian-kejadian kelam yang makin menjauhkan kita dari peradaban dan keadaban. Konflik tiada henti. Kriminalitas makin meningkat. Korupsi makin menggila. Kaum elite hanya sibuk memikirkan diri sendiri dan makin jauh dari kepentingan rakyat.

Kebijakan pemerintah tidak pernah berpihak kepada petani, buruh, dan nelayan. Benar kok. Cerita tentang sayuran yang dibiarkan membusuk di lahan Pak Tani—karena lebih mahal biaya petik ketimbang harga jual—kembali terulang. UMP Negarabatin memang sudah sesuai KHL, tetapi sikap ogah-ogahan dan lamanya penetapan menunjukkan betapa Dewan Pengupahan, pemerintah di dalamnya, memang tidak serius memperjuangkan kesejahteraan buruh. Jelas juga, kebijakan pemerintahan yang tidak berpihak kepada nelayan telah menyebabkan kemiskinan pesisir makin meluas.

Akan halnya rakyat, makin tersungkur pada ketidakberdayaan di saat harga-harga makin melangit, kemiskinan yang katanya makin menurun, tetapi yang kelihatan makin menyata, sekolah juga makin mahal, kesehatan tambah sulit dijangkau, meskipun katanya berobat gratis.

***

"Ah, kok pesimistis amat sih?" seru Radin Mak Iwoh.   

"Bukan, cuma mencoba lebih realistis," sahut Udien.

"Tenang, Bung. Ada banyak hal menggembirakan di akhir tahun lalu. Ada rekonsiliasi dari pihak yang bersengketa, ada resolusi dari pihak yang berkonflik, ada reformasi buat pihak yang suka mandeg, buat ada restorasi bagi pihak yang sudah rusak, ada solusi (insya Allah!) untuk pihak yang sedang dirundung masalah," Pithagiras mencoba sedikit bijak.

"Ya, santai saja sih. Kita pesimistis karena kita masih punya banyak harapan. Kita juga optimistis karena toh hidup tetap berjalan...," ujar Minan Tunja.

Api muneh? n


Lampung Post, Kamis, 2 Januari 2013

No comments:

Post a Comment