Oleh Udo Z. Karzi
PINYUT baca-baca. Ya, belajar pelitik. Sebab, membaca adalah belajar. Maka, ketemulah apa itu pelitik. Pelitik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles). Pelitik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara. Pelitik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat. Pelitik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Pelitik adalah seni tentang kenegaraan yang dijabarkan dalam praktek di lapangan, sehingga dapat dijelaskan bagaimana hubungan antarmanusia (penduduk) yang tinggal di suatu tempat (wilayah) yang meskipun memiliki perbedaan pendapat dan kepentingannya, tetap mengakui adanya kepentingan bersama untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya.
Definsi lain, pelitik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pelitik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
***
"Ai itu sih teori," sambar Mat Puhit.
Yang jelas, pelitik itu hak asasi warga yang terabaikan akibat tidak masuk dalam daftar pemilih tetap, bantuan sosial kematian yang diselewengkan, Bupati Lampung Utara yang dilantik 25 Maret nanti, penutupan Porprov yang berlangsung meriah, Wakil Presiden Boediono yang berpeluang menjadi tersangka skandal Bank Century, dan impor sapi siap potong yang dikurangi.
Pelitik itu suhu udara di Lampung yang di atas normal, perkembangan wisata Lampung Tengah yang jalan di tempat, warga tiga kecamatan di Lampung Selatan yang mengeluhkan tingginya harga beras, 10 rumah warga Kampung Astomulyo, Kotagajah, Lampung Tengah yang disapu puting beliung, jembatan Way Handak di Pekon Campang, Tanggamus yang nyaris putus, dan begal yang berhasil ditangkap setelah dua kali (mungkin lebih!) beraksi di Way Kanan.
***
"Jadi, pelitik itu apa dong?" tanya Udien.
"Pelitik itu sebuah upaya. Upaya agar yang tadinya sulit menjadi mudah, yang tadinya tidak ada menjadi ada, yang tadinya di bawah menjadi di atas, yang tadinya tidak punya menjadi punya, yang tadi kere menjadi berdoku, yang tadinya nggak kebagian menjadi kebagian, yang tadinya diperintah menjadi pemerintah, yang tadinya tak berkursi sekarang berkursi, ..."
Artinya, pelitik itu bagus. Sekarang sih iya. Pasti karena ada maunya. Menjelang Pemilu sih.
Usai pemilu -- begitu terpilih, apalagi kagak -- segalanya lupa. Jadi kenyataannya, karena pelitik, yang tadinya baek menjadi bejat, yang tadinya santun menjadi kurang ngajar, yang tadinya murah senyum menjadi suka marah-marah, yang tadinya suka traktir menjadi tambah pelit... tik... tik... n
Lampung Post, Rabu, 12 Maret 2014
PINYUT baca-baca. Ya, belajar pelitik. Sebab, membaca adalah belajar. Maka, ketemulah apa itu pelitik. Pelitik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles). Pelitik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara. Pelitik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat. Pelitik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Pelitik adalah seni tentang kenegaraan yang dijabarkan dalam praktek di lapangan, sehingga dapat dijelaskan bagaimana hubungan antarmanusia (penduduk) yang tinggal di suatu tempat (wilayah) yang meskipun memiliki perbedaan pendapat dan kepentingannya, tetap mengakui adanya kepentingan bersama untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya.
Definsi lain, pelitik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pelitik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
***
"Ai itu sih teori," sambar Mat Puhit.
Yang jelas, pelitik itu hak asasi warga yang terabaikan akibat tidak masuk dalam daftar pemilih tetap, bantuan sosial kematian yang diselewengkan, Bupati Lampung Utara yang dilantik 25 Maret nanti, penutupan Porprov yang berlangsung meriah, Wakil Presiden Boediono yang berpeluang menjadi tersangka skandal Bank Century, dan impor sapi siap potong yang dikurangi.
Pelitik itu suhu udara di Lampung yang di atas normal, perkembangan wisata Lampung Tengah yang jalan di tempat, warga tiga kecamatan di Lampung Selatan yang mengeluhkan tingginya harga beras, 10 rumah warga Kampung Astomulyo, Kotagajah, Lampung Tengah yang disapu puting beliung, jembatan Way Handak di Pekon Campang, Tanggamus yang nyaris putus, dan begal yang berhasil ditangkap setelah dua kali (mungkin lebih!) beraksi di Way Kanan.
***
"Jadi, pelitik itu apa dong?" tanya Udien.
"Pelitik itu sebuah upaya. Upaya agar yang tadinya sulit menjadi mudah, yang tadinya tidak ada menjadi ada, yang tadinya di bawah menjadi di atas, yang tadinya tidak punya menjadi punya, yang tadi kere menjadi berdoku, yang tadinya nggak kebagian menjadi kebagian, yang tadinya diperintah menjadi pemerintah, yang tadinya tak berkursi sekarang berkursi, ..."
Artinya, pelitik itu bagus. Sekarang sih iya. Pasti karena ada maunya. Menjelang Pemilu sih.
Usai pemilu -- begitu terpilih, apalagi kagak -- segalanya lupa. Jadi kenyataannya, karena pelitik, yang tadinya baek menjadi bejat, yang tadinya santun menjadi kurang ngajar, yang tadinya murah senyum menjadi suka marah-marah, yang tadinya suka traktir menjadi tambah pelit... tik... tik... n
Lampung Post, Rabu, 12 Maret 2014
No comments:
Post a Comment