Wednesday, June 11, 2014

Berdebat tentang Debat

Oleh Udo Z. Karzi


TIDAK ada debat dalam debat capres dan cawapres pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan Joko Widodo-Jusuf Kalla bertema Pembangunan demokrasi, pemerintahan yang bersih, dan kepastian hukum pada Senin (9/6) malam.

Malah, dalam beberapa bagian, Prabowo berkata, "Saya sependapat dengan Saudara Joko Widodo..."

"Itu bukan debat, tetapi wawancara...," kata seseorang.

"Iya siapa mendebat siapa, enggak jelas di situ."

"Itu debat juga. Kan tidak harus sama dengan debat kandidat ala Barat sono. Harus disesuaikan dengan budaya kita dong," kata Radin Mak Iwoh.

"Ya, ini. Apa-apa mesti dicocok-cocokkan dengan kebiasaan kita. Sekarang buka aja kamus. Di situ dikatakan, debat adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing," kata Udien.

"Kalau tak ada perbalahan, ngapain digelar acara debat presiden segala?" kata Mat Puhit.

Ya sudah tak usah terlalu risau. Pengamat politik dari Pusat Demokrasi dan HAM Universitas Airlangga, Muhammad Asfar, mengatakan debat capres sebenarnya hanya memengaruhi pilihan dari 20% pemilih di Indonesia. "Pemilih rasional itu kurang lebih sekitar 20%, yaitu yang memilih karena program dari kandidat. Hanya misalnya calon ini tidak membawa perdebatan yang berkualitas tentang positioning program dan juga sikap, orang akan kembali memilih dengan berdasarkan variabel lain, bukan variabel rasional," jelas Asfar.

"Kalau begitu. Debat presiden mubazir..." sambar Mat Puhit.

"Tetap perlu dong! Biar para pemilih tahu tentang visi dan misi para calon," sahut Pithagiras.

"Ah, itu kan karena moderatornya kurang bisa mengarahkan acaranya biar lebih hidup," bela Minan Tunja.

"Siapa sih moderatornya?"

"Bukan orang sembarangan. Zainal Arifin Mochtar. Dia direktur Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) Universitas Gadjah Mada."

"Ah enggak seru."

"Harusnya pemandunya wartawan. Najwa Shihab misalnya."

"Tapi, Najwanya kerja di TV pro-Jokowi."

"Waduh, siapa dong. Kalau yang lain ntar dibilang, pro-Prabowo pula."

"Repot juga..."

"Ya, udah. Lumayanlah masih ada debat."

"Kan masih ada empat debat lagi sampai 9 Juli nanti. Semoga debat yang kedua lebih seru."

"Ai, kenapa pula berdebat soal debat."

"Debat malah enak enggak  pake moderator."

"Mari kita membudayakan debat dan mendebatkan budaya..." (Orba banget deh!)

Mamak Kenut yang dari tadi diam, tiba-tiba bilang, "Biar seru, kita ngupi pai."

Dasar, Mamak Kenut! n


Lampung Post, Rabu, 11 Juni 2014

No comments:

Post a Comment