Oleh Udo Z Karzi
ANEH juga kenapa pemimpin ini tiba-tiba begitu panas dengan keberadaan pungli. Bukankah yang berlaku selama ini justru aneh kalau tidak ada pungli dalam segala jenis urusan di tingkat mana pun, dari birokrasi terbawah seperti RT sampai ke birokrasi yang tertinggi.
Pungutan liar (pungli) atawa meminta sesuatu (uang dsb) kpd seseorang (lembaga, perusahaan, dsb) tanpa menurut peraturan yang lazim, kata kamus, adalah sebuah kebiasaan. Boleh jadi mentalitas kita itu bernama pungli.
Kasihan orang-orang kecil di pasar atau di kantor-kantor pemerintah yang justru memanfaatkan pungli ini sebagai cara untuk hidup. Coba sebutkan di mana tempat yang ramai yang tidak dikutip uang dengan sebutkan uang parkir? Siapa pula coba yang menolak 'tanda terima kasih' setelah kepentingan orang tersebut dia urus?
Meski kecil-kecilan, pungli itu jelas korupsi juga kok! Tapi, kalau ini yang dikatakan, jelas orang-orang yang mengutip uang dari orang-orang akan membela diri, "Kami hanya meminta sedikit dari orang kebetulan berlebih."
Tapi, kutipan-kutipan kecil ini lumayan besarnya kalau dikumpulkan. Tukang pungli suka marah-marah juga ketika seseorang kasih uang besar. "Ai Bapak ini ngeledek benar. Masa uang parkir Rp2.000, kok dikasih Rp100.000. Yang bener geh, Pak."
Kadang-kadang, saat belanja, ada kembalian Rp150, kasirnya bilang, "Maaf ya, nggak ada uang ada uang kecil."
Rasanya mau marah. Masa Rp150 dianggap bukan uang. Ini kan pungli juga. Tapi gimana coba, jangan-jangan kita dibilang orang aneh.
Kadang, antara pungli, minta-minta, dan sedekah memang susah dibedakan. Pungli kalau orang yang dipunli ikhlas, gimana tuh. Kadang memang terpaksa ikhlas karena kasihan juga dengan 'orang miskin' yang suka cari penghasilan dengan cara minta-minta. Lebih baik ikhlas daripada marah-marah mulu karena uang kecil; ntar cepat tua. Kalau ikhlas, pungutan liar itu bisa dianggap sedekah.
Aih, mumet. Lebih baik kita berdoa saja semoga program pemerintah (daerah) memberantas pungli sukses! []
~ Fajar Sumatera, Selasa, 1 November 2016
ANEH juga kenapa pemimpin ini tiba-tiba begitu panas dengan keberadaan pungli. Bukankah yang berlaku selama ini justru aneh kalau tidak ada pungli dalam segala jenis urusan di tingkat mana pun, dari birokrasi terbawah seperti RT sampai ke birokrasi yang tertinggi.
Pungutan liar (pungli) atawa meminta sesuatu (uang dsb) kpd seseorang (lembaga, perusahaan, dsb) tanpa menurut peraturan yang lazim, kata kamus, adalah sebuah kebiasaan. Boleh jadi mentalitas kita itu bernama pungli.
Kasihan orang-orang kecil di pasar atau di kantor-kantor pemerintah yang justru memanfaatkan pungli ini sebagai cara untuk hidup. Coba sebutkan di mana tempat yang ramai yang tidak dikutip uang dengan sebutkan uang parkir? Siapa pula coba yang menolak 'tanda terima kasih' setelah kepentingan orang tersebut dia urus?
Meski kecil-kecilan, pungli itu jelas korupsi juga kok! Tapi, kalau ini yang dikatakan, jelas orang-orang yang mengutip uang dari orang-orang akan membela diri, "Kami hanya meminta sedikit dari orang kebetulan berlebih."
Tapi, kutipan-kutipan kecil ini lumayan besarnya kalau dikumpulkan. Tukang pungli suka marah-marah juga ketika seseorang kasih uang besar. "Ai Bapak ini ngeledek benar. Masa uang parkir Rp2.000, kok dikasih Rp100.000. Yang bener geh, Pak."
Kadang-kadang, saat belanja, ada kembalian Rp150, kasirnya bilang, "Maaf ya, nggak ada uang ada uang kecil."
Rasanya mau marah. Masa Rp150 dianggap bukan uang. Ini kan pungli juga. Tapi gimana coba, jangan-jangan kita dibilang orang aneh.
Kadang, antara pungli, minta-minta, dan sedekah memang susah dibedakan. Pungli kalau orang yang dipunli ikhlas, gimana tuh. Kadang memang terpaksa ikhlas karena kasihan juga dengan 'orang miskin' yang suka cari penghasilan dengan cara minta-minta. Lebih baik ikhlas daripada marah-marah mulu karena uang kecil; ntar cepat tua. Kalau ikhlas, pungutan liar itu bisa dianggap sedekah.
Aih, mumet. Lebih baik kita berdoa saja semoga program pemerintah (daerah) memberantas pungli sukses! []
~ Fajar Sumatera, Selasa, 1 November 2016
No comments:
Post a Comment