Wednesday, August 25, 2010

Padamu Negeri...

Oleh Udo Z. Karzi


Padamu negeri kami berjanji
Padamu negeri kami berbakti
Padamu negeri kami mengabdi
Bagimu negeri jiwa raga kami

MERINDING bulu kuduk Mamak Kenut membaca syair atau apalagi mendengar lagu perjuangan, Bagimu Negeri ciptaan Kusbini ini. Sungguh, dia ingin mengenang masa kecil ketika lagu-lagu yang penuh semangat cinta Tanah Air diajarkan di sekolah-sekolah dasar.

"Mana pula ngetop lagu-lagu kek gitu," kata Mat Puhit.

"Ah, tetap kok dinyanyikan dalam koor seusai upacara HUT RI," bantah Pithagiras pula.

"Dinyanyiin sih dinyanyiin, tetapi ruhnya tidak lagi merasuk ke jiwa... terutama pemimpin-pemimpin kita," Minan Tunja ngeyel.

"Ah, ngaco. Jangan main tuduh begitu."

Mau bukti?

Pertama, Malaysia semakin semena-mena, tetapi kita, pemerintah Indonesia, tak banyak berbuat untuk membela harkat dan martabat bangsanya. Dua kasus paling tidak menunjukkan hal itu, yaitu insiden penangkapan tiga aparat Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia oleh Kepolisian Diraja Malaysia beberapa waktu laju dan kondisi memilukan tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia.

Dalam kasus pertama pemerintah tidak menunjukkan sikap yang terlampau lembek, tidak tegas, dan jauh dari nilai-nilai nasionalisme. Kedaulatan negara yang dipertaruhkan, tetapi pemerintah masih lebih suka bermain-main kata yang jauh dari menunjukkan kewibawaan dan harga diri bangsa.

Lalu, sedikitnya 177 TKI di Malaysia saat ini tengah menunggu hukuman mati atas tuduhan kejahatan narkoba dan pembunuhan. Dalam kasus ini�lagi-lagi�pemerintah seperti tidak berbuat apa-apa. Presiden baru sebatas meminta penjelasan dari Menteri Luar Negeri.

Bukti kedua, betapa jauhnya rasa cinta Tanah Air itu adalah bagaimana justru pada peringatan HUT ke-65 RI, tidak kurang dari 341 dari 778 terpidana korupsi mendapatkan remisi alias pengurangan masa tahanan.

"Bayang pun, hukuman pun dikorup," kata Mat Puhit.

Padamu negeri, kami korupsi. Atau, jangan-jangan bukan lagi padamu negeri, bagimu negeri; tetapi padamu keluarga dan kroni-kroniku, bahkan bagi diri sendiri. Ah, patriotisme, nasionalisme, heroisme kita ternyata sangat individualis, pragmatis, dan sarat kepentingan pribadi.

Lampung Post
, Rabu, 25 Agustus 2010

Friday, July 16, 2010

Para Camat Asyik Nonton Video Porno

Oleh Udo Z. Karzi

ORANG-ORANG Negarabatin memang aneh-aneh. Kalau orang kecil yang aneh sih mungkin harap maklum. Tapi, kalau pejabat yang berbuat aneh --lebih tepatnya melakukan hal yang tak terpuji -- ya memalukan sekali.

Saat Bupati Way Kanan Tamanuri sedang membacakan laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPj.) akhir masa jabatan, enam oknum camat asyik menonton video porno yang diperankan artis Indonesia, Senin (12-7).

Keenam oknum camat yang duduk di deretan ruang bawah, di sebelah kanan para anggota Dewan itu, asyik dengan sendirinya menonton adegan porno di telepon genggam mereka masing-masing.

Bagaimana komentar kalian?

"Terlalu. Benar-benar... terlalu!"

"Kelakuan! Nonton video porno kok di tempat umum dan dalam acara formal pula."

"Ya, kalau begitu cara kerja mereka, ya gimana urusan bisa diselesaikan. La, yang ngomong di depan orang nomor satu, atasan langsung mereka, kok ya bukannya memperhatikan, malah asyik mengerjakan hal tidak senonoh kayak gitu."

"Masak mereka enggak melihat keadaan..."

"Mereka kan cuma korban saja..."

"Korban gundulmu!"

"Mereka kan cuma menonton. Yang salah kan pelaku dan pengedar video porno itu."

"Enak aja. Mereka ya tetap salah. Nonton pornografi sudah salah. Lebih salah lagi, mereka nonton di tempat yang rame. Lebih salah lagi, nontonnya di gedung lembaga negara. Dan yang lebih parah, mereka nonton selagi pimpinan mereka sedang menyampaikan LKPj. Bukannya mendengar dan menyimak, mereka malah asyik sendiri dengan kegiatan yang jauh dari nilai-nilai kepantasan. Bukankah yang dipertanggungjawabkan itu termasuk kinerja para camat itu?"

"Kasian juga tuh."

"Apanya yang kasian?"

"Ya, salah sendiri."

"Bukan salah mereka sendiri. Banyak yang salah..."

"Terus?"

Entahlah... Capek mengomentari kelakuan orang-orang di Negarabatin. Mak ngenah-ngenah juga.


Lampung Post, Jumat, 16 Juli 2010

Wednesday, July 14, 2010

Aidil Mau Jadi Juara

Oleh Udo Z Karzi


"AIDIL duduk di depan atau di belakang?"

"Di di depan," kata Aidil.

"Ah, masa di depan. Kalau di depan, menghalangi yang lain melihat."

"Ah, nggaklah. Ibu Gurunya menyuruh dia di belakang," ujar Mamanya.

Siapa namanya? Muhammad Aidil Affandy Liwa. Umor emopat tahun kurang tiga bulan. Kata Bu Guru, sebenarnya Aidil masuk play group saja. Tapi kasian. Umurnya memang belum empat tahun. Tapi badannya yang paling besar di kelompok A Kelas 0 kecil Taman Kanak-Kanak Putri Azizah.

Jumat, 9 Juli lalu kami tiga anak-beranak ke sekolahnya hendak mengambil baju seragam. Tapi baju Aidil -- ukuran XL -- belum jadi. Menurut pihak TK, nanti diantar ke rumah. Tapi, ditunggu-tunggu, baju tak diantar juga. Hari, 12 Juli hari pertama Aidil memakai baju dari rumah. Pulangnya saya lihat Aidil sudah memakai seragam.

Tadi, Rabu, 14 Juli, Aidil memakai baju bebas lagi dari rumah. Kabarnya teman-temannya yang lain, sudah mendapatkan seragam olahraga (dipakai setiap hari Sabtu). Aidil belum. Ukuran XL-nya belum ada.

Sabar ya Dil. Yang penting rajin belajar. Semangat!

"Aidil mau jadi juara!" kata Aidil.

Hahaa... iya begitu dong Dil.


Rabu, 14 Juli 2010