Oleh Udo Z. Karzi
SEJARAH yang kita "buat" hari ini sangat mungkin akan menjadi sejarah "hitam" atau sejarah "putih" di masa nanti tergantung bagaimana kita menyikapinya. Meminjam ungkapan Taufik Abdullah, ada berbagai cara dalam mencapai tujuan (yang sama).
"Membuat" sejarah memang lebih mudah dibandingkan "menulis" sejarah karena setiap orang mampu melakukannya. Walaupun itu belum tentu penting atau menarik untuk dituliskan.
Sebab, "menulis" sejarah bukan sekadar menulis sesuai ide yang ada di kepala karena itu bukan fiksi dan rekaan. Ada metode-metode yang harus dipatuhi serta diarahkan dengan teori-teori yang telah ada. Belum lagi penelusuran terhadap sumber-sumber sejarah itu sendiri. Lalu menelitinya apakah sumber-sumber itu valid dan bisa dipercaya. Karena sumber-sumber itu sebenarnya tidak dimaksudkan untuk menjadi sumber sejarah.
Upaya rekonstruksi sejarah ini harus dilakukan dengan penuh ketelitian agar kita bisa menggambarkan situasi masa lalu sedekat mungkin. Lain halnya jika kita sekarang berhati-hati dalam melangkah dan berbuat. Segala sesuatu dilakukan dengan cermat dan teliti kalau perlu dicatat. Dengan niat, kelak sengaja akan dijadikan sumber sejarah. Kalau begini, kita perlu tempat penyimpanan segala macam sumber sejarah (arsip, barang cetakan, rekaman, gambar, film, dsb.) yang baik. Itu pun kalau generasi kini sadar sejarah dan tak abai dengan semua hal yang kita anggap penting dalam kehidupan kita.
Tapi, tidak ada sejarah yang tunggal karena itu bisa berbahaya dan dapat membodohkan. Biarlah, orang-orang "menuliskan" sejarah (menurut versi) masing-masing, asalkan sesuai dengan metode yang berlaku. Tidak ditambah-tambahi maupun dikurangi. Dengan kata lain, upaya penulisan dengan berbagai versi justru memperkaya kita dalam memahami masa lalu. Jadi daripada ditutup untuk sementara, lebih baik biarlah "garis batas" itu dibuka sehingga masa lalu tak sekedar lewat begitu saja. Seperti diktum seorang sejarawan terkenal bahwa setiap generasi menuliskan sejarahnya.
Setiap upaya mengungkap misteri sejarah hampir selalu mengundang kontroversi. Sebab, misteri sejarah itu sendiri meninggalkan sikap ambivalen. Di satu sisi ada hasrat yang menggebu untuk ingin tahu; tetapi di sisi lain ada keraguan apakah hasrat ingin tahu itu bisa terpuaskan.
Para politisi tengah membuat sejarah. Masalahnya, rakyat hampir bosan dengan kelakuan para politisi. Sebab, kebanyakan para politisi sibuk membuat sejarah hitam melulu. Para elite lebih acap "membuat" sejarah yang akan dikenang rakyat sepanjang hayat sebagai sejarah membodohi dan menipu rakyat.
Lampung Post, Senin, 1 Juni 2009
No comments:
Post a Comment