Saturday, December 31, 2011

Akhir Tahun

Oleh Udo Z. Karzi


PADA hari terakhir perdagangan 2011 ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil menguat sebanyak 13 poin seiring dengan euforia akhir tahun.

Lalu, tingkat konsumsi komoditas sembilan bahan pokok (sembako) yang makin tinggi pada libur akhir tahun ini membuat harga sembako di beberapa pasar tradisional merangkak naik. Diperkirakan kenaikannya terus berlangsung hingga pertengahan Januari 2012.

Akibatnya, Bank Indonesia memperkirakan kebutuhan uang selama akhir tahun periode Desember, termasuk untuk Natal dan Tahun Baru 2012, mencapai Rp 48,4 triliun atau meningkat Rp 6 triliun, sekitar 14,1%, dibandingkan dengan realisasi kebutuhan uang bulan Desember 2010 sebesar Rp42,4 triliun.

Kalau mau merayakan Tahun Baru 2012 bagus juga ke Kuta, Bali. Namun, bersiap-siaplah untuk kecewa, karena hingga akhir tahun nanti hotel di Kuta sudah penuh.

***

"Pusing!" kata Mamak Kenut, "Yang kubaca tadi kabar dari orang-orang berduit."

Sekarang kita baca ini yang lain: Alih fungsi lahan pertanian padi menjadi lahan permukiman dan lahan ubi kayu di Lampung marak. Akibatnya, produksi padi menurun. Wajar saja, petani di Indonesia semakin terpinggirkan. Jumlah petani yang beralih profesi pun kian meningkat.

Akhir tahun 2011. Segudang masalah belum terselesaikan. Pertumbuhan ekonomi tak berdampak langsung pada kehidupan masyarakat. Angka pengangguran dan kemiskinan relatif tak berubah, kesenjangan sosial makin menganga...

Baca lagi: Megaskandal Bank Century, mafia pajak, cek pelawat, wisma atlet, lumpur Lapindo. Baca lagi: ribut-ribut pilkada, kepala daerah-wakil kepala daerah pecah kongsi, legislator lebih senang keluyuran ke luar daerah atau malah ke luar negeri, pejabat atau birokrat... apa pula kerjaan mereka. Kebanyakan cuti bersama!

***

"Sama juga: buat pening aja," kata Mat Puhit. "Apa tidak ada kabar gembira?"

"Jangan memaksakan diri gembira kalau memang tidak ada yang perlu digembirakan," ujar Udien.

"Enak aja. Tahun baru setahun sekali ya harus senang-senang," sambar Minan Tunja.

"Jangan terlalu larut dengan rasa riang," Pithagiras nimbrung.

"Aduh, harus ada resolusi nih...," kata Radin Mak Iwoh.

"Jangan terlalu serius. Banyak orang jadi luwangan karena kelewat serius," tutup Mamak Kenut.


Lampung Post, Sabtu, 31 Desember 2011

No comments:

Post a Comment