Monday, December 26, 2011

Candide

Oleh Udo Z. Karzi


"SEMUA yang terjadi di dunia dimaksudkan untuk tujuannya yang terbaik," tulis Voltaire dalam satire berjudul Candide.

Candide, seorang pria baik hati tapi lugu, merasa resah dan bertanya kepada gurunya mengenai nasib sial yang terus dialaminya.

"Tentu saja ada rangkaian peristiwa dalam dunia yang terbaik ini. Pertimbangkan saja, seandainya kau tidak ditendang keluar dari kastel indah itu karena mencintai Nona Cunegonde, seandainya saja kau tidak dihukum oleh inkuisisi, seandainya kau tidak melakukan perjalanan sepanjang Amerika berjalan kaki, seandainya kau tidak menusuk Baron, seandainya kau tidak kehilangan dombamu yang kau peroleh di negeri impian El-Dorado—kau tidak akan berada di sini sekarang, makan manisan sitrun dan kacang pistachio." Begitu sang guru dr. Pangloss sering berkata kepada Candide.

Voltaire, filsuf Perancis yang sangat brilian pada abad ke-18. Melalui Candide, ia menggugat Filosofi Optimisme (terhadap kehendak Tuhan) yang mengatakan semua bencana dan penderitaan manusia adalah bagian dari rencana kosmis yang baik hati.

Filosofi Optimisme yang digugat Voltaire, melalui satirenya itu, merupakan perkara filsafati yang tidak pernah selesai diperdebatkan dalam sejarah umat manusia yaitu mengenai hakikat kehendak Tuhan terhadap makhluknya.

***

"Allah mencintai orang-orang yang sabar (Alquran).” Memang, tetapi kesabaran ini jangan disalahartikan sebagai kesabaran dan kepasrahan untuk menerima keadaan secara pasif. Kesabaran itu harusnya dalam bentuk tak henti melakukan perbaikan untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang berkeadilan, disertai optimisme bahwa Tuhan kelak akan berkehendak mewujudkannya setelah upaya dan perjuangan manusia baik secara individu maupun kolektif yang sungguh-sungguh.

Kita tidak dapat menutup mata terhadap sederet fakta permasalahan yang tengah melanda negeri: berbagai kasus korupsi, ketidakadilan hukum, mafia peradilan, illegal logging, penggelapan pajak, sempitnya lapangan pekerjaan, kemiskinan, minimnya layanan kesehatan, tingginya tingkat kematian ibu dan bayi, gizi buruk, rendahnya kualitas pendidikan, kerusuhan dan konflik sosial, dan seterusnya.

Masih bisa ditambahkan: model kebijakan pembangunan yang eksploitatif tanpa kearifan ekologi, telah menyebabkan kerusakan lingkungan hidup seperti kerusakan hutan, hancurnya wilayah tangkapan dan daerah aliran sungai (DAS) sebagai sumber pemasok air bersih, pencemaran udara pada tingkat yang membahayakan, hancurnya wilayah pesisir, sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah bencana ekologis.

Sungguh dibutuhkan kesabaran seluas samudera untuk menghadapi berbagai fakta pahit tersebut. Bukan untuk menerimanya, tetapi untuk dilawan dengan segala kesabaran. Saya kira itulah maksud Voltaire melalui Candide.


Lampung Post, Senin, 26 Desember 2011

No comments:

Post a Comment