Monday, November 4, 2013

Harapan adalah...

Oleh Udo Z. Karzi


HARAPAN adalah 71.313 peserta yang mengikuti tes tertulis untuk memperebutkan 864 kursi (saja!) calon pegawai negeri sipil daerah (CPNSD) se-Lampung, Minggu (3/11). Betapa besarnya mimpi menjadi amtenar karena bayangan masa depan yang gemilang, tetapi lupa tentang birokrasi yang menjadi sarang korupsi.

"Katanya penerimaan CPNSD tahun ini bersih," kata Minan Tunja.

"Saya sih tetap enggak percaya dengan janji bersih dari pemerintah. La, Ketua Ketua Mahkamah Konstitusi aja ketangkap terima suap," Pithagiras tetap skeptis.

"Entahlah," sahut Mat Puhit.

"Tetap ada harapan. Yang penting usaha dan jangan lupa berdoa. Tuhan Mahatahu," kata Radin Mak Iwoh sok bijak.

Harapan adalah uang Rp170 miliar yang dibuang begitu saja untuk pembangunan Terminal Betan Subing di Kecamatan Terbanggibesar, Lampung Tengah. Kini, terminal agrobisnis yang diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2004 itu pun mangkrak. Dan, konon lokasi ini sekarang menjadi lokasi paling romantis bagi pemuda dan remaja...

"Itulah kalau membangun dengan semangat cari untung yang sebesar-besarnya tanpa didukung dengan studi kelayakan dan perencanaan yang benar," kata Udien.

"Ai, itu kan cuma ambisi mantan bupatinya saja...," celetuk Mat Puhit.

"Tetap saja ada harapan agar proyek ini dikaji ulang. Dan, yang penting, pihak-pihak yang terkait dengan proyek mangkrak ini bisa mempertanggungjawabkan perbuatan mereka ini. Harus ada proses hukum!" tegas Pithagiras.

Harapan adalah petani di Kecamatan Sukau, Lampung Barat, yang membiarkan hasil bumi mereka membusuk setelah harga beberapa jenis sayuran turun drastis. Biaya panen justru lebih tinggi dari harga jual di pasaran.

"Dari kebijakan pemerintah tak pernah berpihak pada petani," sesal Mat Puhit.

"Tetap saja ada harapan musim depan harga hasil pertanian membaik. Asal para petani enggak kapok bertani...," sahut Mamak Kenut sekenanya.

Harapan adalah catatan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Pusat bahwa Lampung menjadi salah satu daerah paling rawan politik uang. Hampir seluruh pemilihan umum kepala daerah dan pemilu legislatif dinodai praktik jual beli suara.

"Jangan pilih politisi busuk, yang antara lain suka bagi-bagi duit!" teriak Mat Puhit.

"Kamu ngomong apa? Rakyat udah pinter sekarang. Lagi pula, pilgub aja enggak jelas kapan digelar..."

"Masih ada harapan..."

"Masih ada harapan, masih ada harapan... gundulmu!" maki Mamak Kenut.

(Selamat Tahun Baru 1435 Hijriah). n


Lampung Post, Senin, 4 November 2013



No comments:

Post a Comment