Wednesday, January 23, 2013

Jimmy dan Khomeini Punya Cerita

Oleh Udo Z. Karzi


JIMMY Alibaba. Jangan macam-macam ini orang penting di kantor Udien. "Saya nggak pernah takut kalau ada serangan. Soalnya ada Jimmy yang bertindak sebagai pengaman dan pendamai," kata Udien tentang komputer jangkriknya yang suka hang, error, atau ngadat.

Bukan Jimmy ini yang dimaksud, melainkan Jimmy Carter Presiden Amerika Serikat (AS) ke-39 (1977-1981) dari Partai Demokrat. Lahir sebagai James Earl Carter, Jr. di Plains, Georgia, 1 Oktober 1924, Jimmy Carter adalah penerima Nobel Perdamaian 2002. Sebelum menjadi presiden, Carter selama dua periode menjabat Senat Georgia dan Gubernur Georgia yang ke-76 (1971 - 1975).

Salah satu kejadian kontroversial semasa ia menjabat presiden adalah penyanderaan warga Amerika selama kurang lebih 450 hari di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Teheran, Iran dan berakhirnya perselisihan antara Mesir dan Israel.

***

Ayatullah Khomeini yang bernama lengkap Sayyid Ayatollah Ruhollah Khomeini lahir di Khomein, Provinsi Markazi, 24 September 1902 – meninggal di Teheran, Iran, 3 Juni 1989. Ia adalah tokoh Revolusi Iran dan merupakan Pemimpin Agung Iran pertama (1979-1989). Ia belajar teologi di Arak dan kemudian di kota suci Qom. Di sinilah ia mengambil tempat tinggal permanen dan mulai membangun dasar politik untuk melawan keluarga kerajaan Iran, khususnya Shah Mohammed Reza Pahlavi. Dibuang ke Turki, pindah ke Irak, lalu ke Paris sembari terus menggelorakan perlawanan sampai kemudian menjadi Pemimpin Spiritual Iran pada 1979.

***

Nah, M. Jimmy Khomeini Erchan, anggota DPRD Bandar Lampung (2009-2014) dari Partai Gerindra menggabungkan dua nama dahsyat ini. "Orang tua saya ingin saya seperti Jimmy Carter dan Ayatullah Khomeini," kata Jimmy Khomeini kepada wartawan suatu kali.

Pria kelahiran Bandar Lampung, 7 April 1980 ini pekan-pekan terakhir ini bikin cerita seru. Tidak ada kaitannya dengan fungsi dan perannya sebagai legislator, tetapi sisi lain yang membuatnya layiknya selebrintik.

Seperti dilaporkan Udien, Satuan Reserse Narkoba menangkapnya anggota Komisi A bersama tiga orang lainya tengah pesta narkoba di sebuah tempat, Jumat, 11 Januari 2013.

Kisahnya bertambah menarik karena sehari setelah ditangkap, Polresta Bandar Lampung melepas tiga (salah satunya Jimmy) dari empat tersangka pengguna narkoba. Badan Kehormatan (BK) DPRD Bandar Lampung pun bersikap ragu-ragu terhadap kasus ini.    

Lalu, pelisi menyatakan hasil tes urine Jimmy positif mengandung narkoba. Tapi Jimmy bilang, "Saya tidak pakai sabu!" Itu ditegaskannya berkali-kali.

Konon,  tes urine terhadap empat orang itu dinyatakan positif mengandung narkoba, tetapi polisi hanya menetapkan Yan Petot sebagai tersangka.

Dan benar -- dari gelar perkara di Mapolres Bandar Lampung, Jumat, 18 Januari 2013 -- Jimmy  dan dua rekannya yang terbukti mengonsumsi narkoba tak dapat dipidana dengan alasan tak cukup bukti.

***

Bagaimana kisah selanjutnya? Biarlah Jimmy dan Khomeini yang punya cerita yang meneruskannya... n


Lampung Post, Rabu, 23 Januari 2013

Wednesday, January 16, 2013

Ungkolan Award

Oleh Udo Z. Karzi

MAT Puhit gondok luar biasa melihat reaksi banyak pihak yang masih saja mengagung-agungkan RSBI dan menyesal dunia akherat begitu Mahkamah Konstitusi (MK) membubarkan RSBI/SBI.

"Sebenarnya bagaimana kekuatan hukum keputusan MK itu," tanya Pithagiras.

"Hai, masa iya MK mau dilawan," kata Udien esmosi.

"Tapi kenyataannya kok masih banyak yang justru menyalahkan keputusan MK itu," kata Minan Tunja.  

"Ya biar aja. Keputusan MK itu jelas: mengabulkan uji materi terhadap Pasal 50 Ayat 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur pembentukan sekolah bertaraf internasional. Alasannya pun jelas: Majelis hakim konstitusi menilai pembentukan SBI berpotensi mengikis rasa bangga dan karakter nasional. Hal ini bertentangan dengan konstitusi yang menganjurkan pemerintah untuk semakin meningkatkan rasa bangga dan membina karater bangsa," jelas Udien.

"Pembubaran RSBI itu kemunduran bagi dunia pendidikan. Di era global, kok kita kembali ke zaman tradisional," kata Radin Mak Iwoh.

"Ai, Radin kalo udah ngomong kek gitu kayak Pak Nuh (Mendikbud Mohammad Nuh) aja lo," ledek Udien.

"Lo, kan memang benar RSBI itu sekolah bermutu...," sahut Radin Mak Iwoh lagi.

"Ai, Radin sih enak. Banyak duit. Kerjanya duduk di belakang meja aja. Sekali-kali blusukan geh ke sekolah-sekolah biar tahu keadaan yang sebenarnya. RSBI itu nggak adil, udah dikasih sumbangan dari pusat, pemprov, pemkot/pemkab, kok masih mungut uang dari orang tua siswa...," sambar Mat Puhit.

"Eh, sekolah berkualitas itu ya memang mahal...," kata Radin lagi.

"Ah, udah ah. Kita nggak usah ungkolan (ngeyel). Sudah diputuskan MK: RSBI bubar. Mau apa lagi?"

"Ungkolan gimana, maksudnya?"

"Begini, sudah nyata-nyata pasal yang mengatur RSBI di-delete, e.. Mendikbud Mohammad Nuh ngomong, 'RSBI bukan ideologi haram. Sampai saat ini RSBI berjalan seperti biasa' atau 'RSBI akan diganti dengan menyelenggarakan sekolah berkategori mandiri' (Minggu, 13 Januari 2013)."

"Gegoh gawoh, sudah tahu MK membubarkan RSBI,  Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, menyatakan akan tetap mempertahankan RSBI di kotanya, meskipun kemudian diralatnya sendiri."

"Soal ungkolan, memang Kemendikbud memang juaranya. UN dah diminta dihentikan oleh MA, tetapi jalan terus. Begitu juga dengan BHPT dibubarkan MK, oleh Kemendikbud dibuat lagi lembaga serupa tapi tak sama."

Setelah lama diam, Mamak Kenut bersabda (hehhee...), "Memang, Kemendikbud beserta jajaran di bawahnya dengan komandan pucuknya Mohammad Nur layak mendapat Ungkolan Award. Tahu inkonstitusional, kok masih aja...."

Hahaaa....  n


Lampung Post, Rabu, 16 Januari 2013



Saturday, January 5, 2013

Daftar Penderitaan Rakyat

Oleh Udo Z. Karzi

BARU tiga hari dalam kalender baru 2013. Mamak Kenut mulai melihat sejumlah penderitaan rakyat  terpampang jelas bagi warga Negarabatin.

Membuka lembar pertama kalender, kita disodorkan kenyataan bagaimana pemerintah menaikkan tarif dasar listrik 15% yang didistribusikan secara bertahap per triwulan. PT PLN (Persero) menaikkan tarif dengan besaran penaikan yang berbeda untuk tiap-tiap golongan listrik.

Sementara infrastruktur jalan hancur di mana-mana, angka kemiskinan dan angka putus sekolah yang masih tinggi; kualitas pelayanan publik oleh aparat pemerintah yang hampir tidak pernah memuaskan.

Pertumbuhan ekonomi boleh tinggi, tetapi ketimpangan sosial kian menganga. Berikutnya ada trend peningkatan kejahatan dan aksi main hakim sendiri di kalangan masyarakat.

Pada gilirannya, ada kecenderungan menipisnya soliditas warga, hilangnya kepercayaan pada nilai-nilai budaya, dan mudahnya terjadi letupan konflik, kekerasan, dan kerusuhan.  

Mengiring musim penghujan, bencana alam mulai mengancam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi akan terjadi bencana hidrometeorologi yang lebih dominan ketimbang bencana geologis, seperti gempa bumi dan gunung meletus, pada tahun ini.

Bencana yang sifatnya hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, puting beliung, kekeringan, kebakaran lahan, dan hutan, serta gelombang pasang mendominasi sampai 80% dari total bencana bila dibandingkan bencana geologi, sosial, serta biologis.

Rumah, sekolah, jalan, sawah, dan infrastruktur lain yang rusak akibat bencana alam mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat, mengurangi produktivitas, dan ancaman gagal panen bagi petani. Sempat pula berjangkit wabah flu burung.

Berikutnya, korban demam berdarah dengue (DBD) terus berjatuhan di Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan. Setelah dua bocah di Desa Sripendowo meninggal dunia, tiga bocah di Desa Legundi mengalami nasib sama.

Daftar penderitaan rakyat ini boleh jadi akan bertambah-tambah manakala kaum pelitisi mulai turun dan mulai jualan kecap dengan menjadikan "kususahan rakyat" sebagai komoditas. Sementara pemerintah (daerah) sulit diharapkan untuk meringankan beban rakyat karena justru minta dilayani. Tinggal Minan Tunja bersama rakyat yang bersenandung, "Ya nasib, ya nasib..."  


Lampung Post, Sabtu, 5 Januari 2013

Thursday, January 3, 2013

Idiot-logi

Oleh Udo Z. Karzi

SIAP-SIAP, 2013 adalah tahun pelitik. Orang-orang tambah mabuk kuasa. Kalau tahun-tahun sebelumnya sudah banyak pelitikus kagetan -- pinjam omongannya Garin Nugroho -- maka tahun ini semakin banyak pelitikus kagetan.

Ciri-ciri pelitikus kagetan, menurut Garin, adalah pelitikus yang tidak siap menghidupi negara besar ini. Pelitikus ini hanya menghidupi kepentingan kecil kekuasaan itu sendiri untuk dirinya sendiri sehingga pekerjaan rumah mereka hanya sibuk dengan politik menyelamatkan kekuasaan mereka.

"Itulah kalau ber-pelitik tanpa ideologi," kata Jum'an Farozi.

"Ah, nggak juga. Ideologi mereka jelas kok," bela Radin Mak Iwoh.

"Apa? Duit?" sahut Minan Tunja sinis.

"Adalah Daniel Bell yang menyatakan "kematian ideologi" (the end of ideology) pada 1060-an," kata Mat Puhit.

"Sok pandai niku. Memang, apa kata Daniel," sambar Pithagiras.

"Mamak Daniel bilang, kapitalisme saat ini telah menggurita dan menghegemoni. Artinya, ideologi lain telah dianggapnya mati dan tak berdaya."

"Tu kan, apa saya bilang, pelitikus-pelitikus kagetan ini mestilah berhitungnya untung rugi melulu," kata Minan Tunja.

"Cilaka betul. Masa main pelitik kok cuma cari sumber daya belaka," sambar Udien.

"Tapi, itu kan faktanya. Mana mungkin orang rebutan jadi pemimpin kalau nggak soal duit. Buat ngerebut juga pakai duit juga. Kalau jadi, ya harus bisa mengembalikan dana yang sudah dikeluarkan," terang Radin Mak Iwoh.

"Akibatnya pelitik-nya kotor."

"Namanya juga pelitik. Mana bisa main lurus..."

"Kalau ber-pelitik yang sopanlah, kalau bertindak pakai etikalah, kalau berdemo yang tertiblah..."

"Dasar idiot!" maki Mat Puhit.

"Nah, itu... Pelitikus kebanyakan pakai idiot-logi," kata Mamak Kenut.

Agui kidah!


Lampung Post, Kamis, 3 Januari 2013