Wednesday, December 16, 2015

Membaca

Oleh  Udo Z Karzi


SUDAH jelas, manusia khalifah di muka bumi ini. Sebagai modal jadi khalifah, manusia dikasih akal. Dengan akal ini, manusia bisa mengembangkan potensi diri dan mengaktualisasikannya secara nyata dalam kehidupan sosial. Karena punya akal -- dan juga nurani -- manusia bakal diminta pertanggungjawaban atas semua usaha yang pernah ia lakukan kelak di hadapan Sang Khalik. 

Itu sudah. Terus dibilangin,  secara naluri dalam fitrahnya, manusia adalah makhluk yang memiliki couricity (rasa ingin tahu) yang sangat tinggi. Semua orang, tua-muda, laki-laki--perempuan, kecil-dewasa akan berusaha mengetahui segala sesuatu yang belum diketahuinya. Tidak aneh semua anak kecil waktu melihat atau mendengar sesuatu yang asing, pasti akan bertanya kepada orangtua atau orang dekatnya. Itu instingtif ingin tahu anak-anak.

Boleh dikatakan, pada dasarnya memang semua manusia telah 'membaca' dalam arti luas. Namun, belum terstruktur sebagai upaya untuk menghimpun pengetahuan dan mengaktualisasikannya secara nyata dalam kehidupan sosial.

***

Di sinilah letak urgensi membaca. Dalam konsep Islam, sangat jelas tentang perintah membaca ini. Wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi saw adalah Iqra' atau 'membaca'.

Secara etimologis Iqra' diambil dari akar kata qara'a yang berarti 'menghimpun', sehingga tidak selalu harus diartikan 'membaca sebuah teks yang tertulis dengan aksara tertentu'. Selain bermakna 'menghimpun', kata qara'a juga memiliki sekumpulan makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak.

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah" (Q.S. Al "Alaq).

Apa yang harus dibaca? Allah Allah menghendaki kita, umat Muhammad, membaca apa saja, selama membaca tersebut dilandasi bismirabbika (atas nama Allah), dalam arti bermanfaat untuk kemaslahatan
sosial. Bermanfaat bagi kemaslahatan sosial ini  menjadi syarat karena pembaca dituntut bukan
sekadar membaca dengan ikhlas, melainkan juga mampu memilih bahan-bahan bacaan.

Kalau begitu iqra' berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri baik yang tertulis maupun tidak. Alhasil, objek perintah iqra' mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau.

***

Benarlah, betapa berharganya perintah membaca. 'Membaca' dalam aneka maknanya adalah
syarat pertama dalam pengembangan ilmu dan tekhnologi, syaratutama membangun peradaban. Semua peradaban yang berhasil bertahan lama, justru dimulai dari satu kitab (bacaan). Peradaban Yunani dimulai dengan Iliad karya Homer pada abad ke-9 sebelum Masehi. Ia berakhir dengan hadirnya Kitab
Perjanjian Baru. Peradaban Eropa dimulai dengan karya Newton (1641-1727) dan berakhir dengan filsafat Hegel (1770-1831). Peradaban Islam lahir dengan kehadiran Alquran.

***

Itu sudah. Sekarang, apa yang dibaca? Ya, makanya harus ada yang menulis dong!


Fajar Sumatera, Rabu, 16 Desember 2015




No comments:

Post a Comment