Oleh Udo Z Karzi
SUDAH jelas, manusia khalifah di muka bumi ini. Sebagai
modal jadi khalifah, manusia dikasih akal. Dengan akal ini, manusia bisa
mengembangkan potensi diri dan mengaktualisasikannya secara nyata dalam
kehidupan sosial. Karena punya akal -- dan juga nurani -- manusia bakal diminta
pertanggungjawaban atas semua usaha yang pernah ia lakukan kelak di hadapan
Sang Khalik.
Itu sudah. Terus dibilangin,
secara naluri dalam fitrahnya, manusia adalah makhluk yang memiliki couricity (rasa ingin tahu) yang sangat
tinggi. Semua orang, tua-muda, laki-laki--perempuan, kecil-dewasa akan berusaha
mengetahui segala sesuatu yang belum diketahuinya. Tidak aneh semua anak kecil
waktu melihat atau mendengar sesuatu yang asing, pasti akan bertanya kepada orangtua
atau orang dekatnya. Itu instingtif ingin tahu anak-anak.
Boleh dikatakan, pada dasarnya memang semua manusia telah
'membaca' dalam arti luas. Namun, belum terstruktur sebagai upaya untuk
menghimpun pengetahuan dan mengaktualisasikannya secara nyata dalam kehidupan
sosial.
***
Di sinilah letak urgensi membaca. Dalam konsep Islam, sangat
jelas tentang perintah membaca ini. Wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi
saw adalah Iqra' atau 'membaca'.
Secara etimologis Iqra' diambil dari akar kata qara'a yang
berarti 'menghimpun', sehingga tidak selalu harus diartikan 'membaca sebuah
teks yang tertulis dengan aksara tertentu'. Selain bermakna 'menghimpun', kata qara'a juga memiliki
sekumpulan makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui
ciri sesuatu dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak.
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah" (Q.S. Al
"Alaq).
Apa yang harus dibaca? Allah Allah menghendaki kita, umat Muhammad,
membaca apa saja, selama membaca tersebut dilandasi bismirabbika (atas nama
Allah), dalam arti bermanfaat untuk kemaslahatan
sosial. Bermanfaat bagi kemaslahatan sosial ini menjadi syarat karena pembaca dituntut bukan
sekadar membaca dengan ikhlas, melainkan juga mampu memilih
bahan-bahan bacaan.
Kalau begitu iqra' berarti bacalah, telitilah, dalamilah,
ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah,
diri sendiri baik yang tertulis maupun tidak. Alhasil, objek perintah iqra'
mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau.
***
Benarlah, betapa berharganya perintah membaca. 'Membaca'
dalam aneka maknanya adalah
syarat pertama dalam pengembangan ilmu dan tekhnologi,
syaratutama membangun peradaban. Semua peradaban yang berhasil bertahan lama,
justru dimulai dari satu kitab (bacaan). Peradaban Yunani dimulai dengan Iliad
karya Homer pada abad ke-9 sebelum Masehi. Ia berakhir dengan hadirnya Kitab
Perjanjian Baru. Peradaban Eropa dimulai dengan karya Newton
(1641-1727) dan berakhir dengan filsafat Hegel (1770-1831). Peradaban Islam
lahir dengan kehadiran Alquran.
***
Itu sudah. Sekarang, apa yang dibaca? Ya, makanya harus ada
yang menulis dong!
Fajar Sumatera, Rabu, 16 Desember 2015
No comments:
Post a Comment