Thursday, December 17, 2015

Membangun Peradaban

Oleh Udo Z Karzi


KALAU kita lihat ada pengulangan perintah membaca dalam wahyu Allah pertama ini. Pengulangan ini menunjukkan kepada kita bahwa kecakapan membaca akan diperoleh dengan mengulang-ulangi bacaan atau membaca sampai batas maksimal kemampuan. Lebih dari itu, wahyu pertama ini mengisyaratkan bahwa
mengulang-ulangi bacaan dengan bismirabbika (atas nama Allah) akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru, meskipun yang dibaca hal yang sama. Mengulang-ulang membaca tentunya akan menimbulkan penafsiran baru, pengembangan gagasan, menambah kakayaan jiwa, dan kesejahteraan batin. Berulang-ulang 'membaca' alam raya, membuka tabir rahasianya dan memperluas wawasan serta menambah kesejahteraan lahir.

Iqra' pun  kembali diulang pada ayat yang ketiga dan digandengkan dengan 'warabbukal akram'. 'warabbukal akram' mengandung pengertian bahwa Dia (Allah) swt. dapat menganugerahkan puncak dari segala yang terpuji bagi segala hambanya yang membaca.

Lalu, pada ayat keempat dilanjutkan dengan kata-kata 'Dia (Allah) swt. Dzat yang mengajari dengan (perantara) qalam'. Kata qalam tidak bisa dipahami secara sempit, tetapi harus dilihat secara lebih luas sebagai segala macam alat tulis-menulis sampai kepada mesin-mesin tulis dan cetak yang canggih. Qalam juga bukan satu-satunya alat atau cara untuk membaca atau memperoleh pengetahuan. Sebab, Allah memiliki kuasa untuk memberikan pengetahuan kepada manusia apa yang tidak ia ketahui, baik lewat wahyu, ilham, karamah, intuisi, dan sebagainya.

***

Membaca memiliki proses timbal balik antara individu secara total dan informasi yang dibaca. Seseorang yang membaca akan memperoleh pengetahuan (ilmu). Membaca alam berarti menggali pengetahuan dan alam. Membaca tidak sekadar melihat atau mengeja bacaan tanpa mengetahui arti.

Untuk bisa membaca, manusia dibekali dengan beberapa instrumen. Pertama, pancaindra seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba untuk menangkap pesan tentang benda-benda dan keadaan yang ada di lingkungan sekelilingnya. Kedua, akal, yang berfungsi pada tataran rasionalitas untuk kemampuan mengumpul data, menganalisis, mengolah, dan membuat kesimpulan dari yang telah tertangkap dan diinformasikan oleh pancaindra. Ketiga, kalbu, yang menjadi penyelaras akal.

Iqra dapat berarti bacalah, telitilah, dalamilah, bacalah alam, tanda-tanda zaman. Kita membaca dan mentafakuri suatu objek dengan akal dan kalbu kita. Dengan kemampuan iqra, kita bisa menciptakan kemaslahatan di muka bumi. Teknologi canggih di zaman sekarang merupakan bukti keberhasilan manusia iqra dengan menggunakan akalnya. Akan tetapi terkadang kita gagal meng-iqra-kan sesuatu dengan qalbu kita. Kita harus bisa menyelaraskan iqra dengan menggunakan akal dan kalbu.

***

Jika demikian, perintah membaca adalah perintah yang paling berharga bagi perkembangan kebudayaan dan peradaban umat manusia. Sebab, membaca merupakan jalan yang mengantar manusia mencapai derajat kemanusiaannya yang sempurna.

"Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang memiliki ilmu dengan beberapa derajat yang tinggi" (Q.S. Al-Mujadilah: 11). Benar geh, membaca adalah syarat utama guna membangun peradaban. Semakin luas pembacaan semakin tinggi peradaban, begitu pula sebaliknya. Tak ayal upaya menggalakkan budaya membaca menjadi urgen. Bolehlah kita sebut manusia sebagai makhluk membaca, selain makhluk sosial, makhluk berpikir, dan lain-lain.

Ada dua periode dalam kehidupan manusia di dunia, yaitu sebelum penemuan tulis-baca (prasejarah) dan 'priode sesudahnya' (sejarah) sekitar lima ribu tahun yang lalu. Penemuan tulis-baca membuat  peradaban manusia tidak lagi lamban, jalan merambat jalan, dan merangkak-rangkak, tetapi telah telah berhasil melahirkan tidak kurang dari 27 peradaban dari peradaban Sumaris sampai peradaban Amerika masa kini. Peradaban yang datang mempelajari peradaban yang lalu dari apa yang ditulis oleh generasi yang lalu dan dapat dibaca oleh generasi yang kemudian. Manusia tidak lagi memulai dari titik nol, berkat kemampuan tulis-baca itu.

Kejayaan peradaban Romawi, peradaban Islam, peradaban Eropa saat ini tentunya semua dibangun dari tradisi membaca dan menulis. Beribu-ribu karya intelektual dan penemuan-penemuan yang original yang muncul pada zamannya. Intelektual bukanlah komunitas manusia yang hanya bergelut dengan tulis menulis, tetapi lewat berbagai macam eksperimentasi sehingga melahirkan suatu teori baru, begitu seterusnya hingga kini. 

Dengan ilmu yang yang diberikan Allah swt, Adam (manusia) memiliki kelebihan dari malaikat, yang tadinya meragukan kemampuan manusia untuk membangun peradaban. Dengan ibadah yang didasari ilmu yang benar, manusia menduduki tempat terhormat, sejajar, bahkan dapat melebihi kedudukan umumnya malaikat. Ilmu, baik yang kasby (acquired knowledge) maupun yang ladunny (abadi, perennial), tidak dapat dicapai tanpa terlebih dahulu melakukan qira'at - bacaan dalam arti yang luas.

Jadi, jelas kok membaca -- menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak -- menjadi syarat pertama dan utama bagi keberhasilan manusia dalam membangun kemanusiaan dan peradabannya.


Fajar Sumatera, Kamis, 17 Desember 2015

No comments:

Post a Comment