Oleh Udo Z Karzi
JAUH-JAUH hari Presiden Joko Widodo sudah wanti-wanti supaya harga daging tidak lebih dari Rp80 ribu. "Tiga minggu lalu saya perintahkan menteri-menteri, caranya saya tidak mau tahu, saya minta sebelum Lebaran harga daging harus di bawah Rp80.000," kata Presiden Jokowi dalam acara Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan 2016, Senin (23/5/2016).
Yang harus digarisbawahi "harus di bawah Rp80 ribu". Dan, sebagai pemimpin, memang sudah selayaknya berkata seperti itu. Tapi, aneh bin ajaib pernyataan yang sejatinya untuk membantu masyarakat itu malah jadi bahan tertawaan kita.
"Lo, kalau begitu yang terlalu itu kita atau Presiden?"
"Terus, kalau menteri-menteri tidak mampu bikin harga daging itu Rp80 ribu, kan kita boleh dong bilang menteri-menteri gak becus ngurus ekonomi?"
Ada juga yang ngeyel. "Enggak mungkin Rp80 ribu dalam posisi seperti ini. Kecuali kita bisa mendapat suplai jauh lebih banyak dengan pilihan-pilihan yang bagus, tidak frozen meat, tapi fresh. Kalau enggak, ya tidak bisa," kata Gubernur Jateng Ganjar di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (9/6/2016).
Ya, tentu saja pedagang daging di pasar-pasar di seluruh negeri lebih ngeyel lagi: harga daging sampai tembus Rp130 ribu.
***
Itu sudah. Sekarang, pemerintah alias menteri-menteri ato pejabat dipusat sudah bisa bikin formulasi untuk membuat harga daging segitu.
Program Nasional yang diinstruksikan langsung Presiden membuat ketentuan harga daging Rp80 ribu per kg untuk menstabilkan harga daging, khususnya pada masa Ramadan dan Lebaran tahun ini. Badan Urusan Logistik (Bulog) Pusat menyalurkan daging sapi beku ke daerah-daerah.
Jatah untuk Lampung ditahap awal sebanyak 15 ton. Namun, bila stok tersebut habis, Bulog Lampung bisa memesan kembali dari Bulog pusat. Daging sapi beku ini tidak dijual bebas di pasaran dan hanya diedarkan saat operasi pasar.
***
Harusnya klir. Tapi, dasar bedul bener. Kan jelas dan nyata-nyata harganya daging gak boleh lebih dari Rp80 ribu eeh... ada aja alasan mail untuk cari untung, mesti harus melawan aturan atau perentah presiden sekalipun.
Sempet-sempetnya Bulog Lampung cari lokak di tengah sorotan banyak pihak atas mahalnya daging. Harga daging yang seharusnya Rp80 ribu per kg, mereka mau jual Rp90 ribu.
Apa alasan? Pertama, karena pertimbangan ongkos angkut daging beku dari Jakarta ke Lampung yang memakan biaya. Kedua, Bulog Lampung berupaya mengurani efek kerugian yang diderita para pedagang sapi lokal yang saat ini menjual daging di kisaran harga Rp120-Rp130 ribu.
“Kalau daging sapi beku dijual di bawah Rp90 ribu per kg, dikhawatirkan mereka (pedagang daging) akan merugi," kata Kepala Perum Bulog Divre Lampung Dindin Syamsudin, Jumat (10/6/2016).
Coba itung, 15 ton dikali Rp10 ribu kelebihannya harga daging. Besar juga tuh! Gimana pertanggungjawabannya?
Masa kasian pedagang daging, tapi bodok amat dengan pembeli alias rakyat? Masa kerja pemerintah cuma belain pedagang atau orang yang sudah kaya aja sih?
Bener-benar gak punya sense of crisis! []
~ Fajar Sumatera, Senin, 13 Juni 2016
JAUH-JAUH hari Presiden Joko Widodo sudah wanti-wanti supaya harga daging tidak lebih dari Rp80 ribu. "Tiga minggu lalu saya perintahkan menteri-menteri, caranya saya tidak mau tahu, saya minta sebelum Lebaran harga daging harus di bawah Rp80.000," kata Presiden Jokowi dalam acara Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan 2016, Senin (23/5/2016).
Yang harus digarisbawahi "harus di bawah Rp80 ribu". Dan, sebagai pemimpin, memang sudah selayaknya berkata seperti itu. Tapi, aneh bin ajaib pernyataan yang sejatinya untuk membantu masyarakat itu malah jadi bahan tertawaan kita.
"Lo, kalau begitu yang terlalu itu kita atau Presiden?"
"Terus, kalau menteri-menteri tidak mampu bikin harga daging itu Rp80 ribu, kan kita boleh dong bilang menteri-menteri gak becus ngurus ekonomi?"
Ada juga yang ngeyel. "Enggak mungkin Rp80 ribu dalam posisi seperti ini. Kecuali kita bisa mendapat suplai jauh lebih banyak dengan pilihan-pilihan yang bagus, tidak frozen meat, tapi fresh. Kalau enggak, ya tidak bisa," kata Gubernur Jateng Ganjar di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (9/6/2016).
Ya, tentu saja pedagang daging di pasar-pasar di seluruh negeri lebih ngeyel lagi: harga daging sampai tembus Rp130 ribu.
***
Itu sudah. Sekarang, pemerintah alias menteri-menteri ato pejabat dipusat sudah bisa bikin formulasi untuk membuat harga daging segitu.
Program Nasional yang diinstruksikan langsung Presiden membuat ketentuan harga daging Rp80 ribu per kg untuk menstabilkan harga daging, khususnya pada masa Ramadan dan Lebaran tahun ini. Badan Urusan Logistik (Bulog) Pusat menyalurkan daging sapi beku ke daerah-daerah.
Jatah untuk Lampung ditahap awal sebanyak 15 ton. Namun, bila stok tersebut habis, Bulog Lampung bisa memesan kembali dari Bulog pusat. Daging sapi beku ini tidak dijual bebas di pasaran dan hanya diedarkan saat operasi pasar.
***
Harusnya klir. Tapi, dasar bedul bener. Kan jelas dan nyata-nyata harganya daging gak boleh lebih dari Rp80 ribu eeh... ada aja alasan mail untuk cari untung, mesti harus melawan aturan atau perentah presiden sekalipun.
Sempet-sempetnya Bulog Lampung cari lokak di tengah sorotan banyak pihak atas mahalnya daging. Harga daging yang seharusnya Rp80 ribu per kg, mereka mau jual Rp90 ribu.
Apa alasan? Pertama, karena pertimbangan ongkos angkut daging beku dari Jakarta ke Lampung yang memakan biaya. Kedua, Bulog Lampung berupaya mengurani efek kerugian yang diderita para pedagang sapi lokal yang saat ini menjual daging di kisaran harga Rp120-Rp130 ribu.
“Kalau daging sapi beku dijual di bawah Rp90 ribu per kg, dikhawatirkan mereka (pedagang daging) akan merugi," kata Kepala Perum Bulog Divre Lampung Dindin Syamsudin, Jumat (10/6/2016).
Coba itung, 15 ton dikali Rp10 ribu kelebihannya harga daging. Besar juga tuh! Gimana pertanggungjawabannya?
Masa kasian pedagang daging, tapi bodok amat dengan pembeli alias rakyat? Masa kerja pemerintah cuma belain pedagang atau orang yang sudah kaya aja sih?
Bener-benar gak punya sense of crisis! []
~ Fajar Sumatera, Senin, 13 Juni 2016
No comments:
Post a Comment