Monday, June 6, 2016

Yang Sabar ya Bos!

Oleh Udo Z Karzi


PUASA itu menahan diri. Selain menahan dari makanan dan air pada siang hari, semua umat Islam diminta menahan diri dari bicara sia-sia, pertengkaran dan perkelahian, atau dari pekerjaan seperti di bawah martabat seorang mukmin sejati. Tidak mengumbar kesenangan duniawi diperbolehkan, bahkan suami dan istri di siang hari menjalani kehidupan yang terpisah, kecuali untuk hubungan manusia formal yang umum untuk semua orang.

"Yang sabar ya Bos!" Ucapan Sopo kepada Jarwo dalam serial kartun Adiet Sopo Jarwo ini menemukan konteksnya dalam ritual puasa Ramadan -- dan tentu seharusnya mesti mewujud dalam perilaku kita dalam keseharian setelah Ramadan.

Ya, Ramadan yang di dalamnya ada menahan diri dari berbagai kegiatan yang membatalkan atau minimal mengurangi pahala puasa menjadi media untuk melatih kesabaran kita.

Al-Ghazali berujar, sabar adalah meninggalkan segala macam pekerjaan yang digerakkan hawa nafsu, dan tetap pada menegakkan agama meskipun bertentangan dengan kehendak hawa nafsu. Semuanya karena mengharapkan kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Maka, sabar merupakan sebuah perjuangan (jihad) untuk mengekang hawa nafsu dan kembali ke jalannya Allah.

Melaksanakan sabar tidak gampang. Hanya orang yang khusuk hanya sanggup mengerjakannya. Orang yang khusuk adalah orang yang benar-benar mempunyai keyakinan yang kuat, niat yang ikhlas, itikad baik, dan tujuan yang benar seseuai dengan tuntunan agama.

Boleh dibilang, kesabaran adalah sumber kekuatan yang diberikan Allah untuk melewati berbagai macam ujian hidup.  Dengan sabar, manusia tak gampang menyerah, putus asa dan berhenti bergerak untuk menuju cita-citanya.

Yang sabar ya, Bos! []


~ Fajar Sumatera, Senin, 6 Juni 2016

No comments:

Post a Comment