Tuesday, April 2, 2019

Miskin Terlalu!

Oleh Udo Z Karzi


Bukan kumenolakmu untuk mencintaiku
tetapi lihat dulu siapakah diriku
karena engkau dan aku sungguh jauh berbeda
Kau orang kaya, aku orang tak punya

Sebelum terlanjur pikir-pikirlah dulu
Sebelum engkau menyesal kemudian

ANAK milenial mungkin asing dengan lagu dangdut "Termiskin di Dunia" ciptaan Endang Raes, yang dirilis tahun 1987, yang melambungkan nama Hamdan ATT ini. Tapi, tanya dengan Orla (orang lama), terutama penggemar dangdut sejati, mestilah dia akan terlonjak-lonjak langsung joget sambil menyenandungkan lagu ini.

Saya berusia 17 tahun saat lagu ini sedang di puncak ketenarannya. Boleh jadi, seorang remaja SMA seperti saya sangat sebel juga dengan lagu ini. Bukan apa, miskin kok kelewatan. Coba saja simak reff-nya:

Jangankan gedung gubuk pun aku tak punya
Jangankan permata uang pun aku tiada
Aku merasa orang termiskin di dunia
Yang penuh derita bermandikan airmata
Itulah diriku kukatakan padamu
Agar engkau tahu siapa aku

Benar-benar miskin deh. Kesian! Tapi, anehnya lagu yang seharusnya membuat kita -- eh, yang merasa miskin geh -- sedih, malah mengajak orang bergoyang dan bergembira. Meskipun penyanyinya, Hamdan ATT, kurang bisa joged, anehnya kalau mendengarkan lagu semacam ini kepengennya goyang aja.

Aneh memang lagu ini. Ini jadi bahan ledekan-ledekan.

“Tahu ATT?” tanya teman di tahun 1980-an itu.

“Enggak,” jawab saya.

“ATT itu anak tukang tahu,” kata teman itu sok tahu.

“Ah, yang benar?”

“Benarlah!”

Saya kemudian tahu nama lengkap penyanyinya, Hamdan Attamimi. Penyanyi kelahiran Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, 27 Januari 1949 ini pernah meraih AMI Award untuk Artis Solo Pria Dangdut (2004), AMI Award untuk Album Dangdut/Dangdut Kontemporer Terbaik dengan Album Hamdan ATT & Monata (2015), dan AMI Award untuk Artis Solo Pria Dangdut Kontemporer Terbaik dengan lagu "Ilusi Cinta" (2015).

Maafkan teman saya, Pak Hamdan atas kekurangajarannya itu.

Balik lagi ke lagu “Termiskin di Dunia”. Sempurnalah lagu ini meledek kemiskinan. Lagu ini bersama lagu-lagu sezamannya seperti Senyum Membawa Luka dan Gubuk Bambu (Meggy Z), Tembok Derita (Asmin Cayder), Sepiring Berdua (Ida Laila), dan Pak Hakim dan Pak Jaksa (Jaja Miharja) cenderung vulgar menggambarkan bagaimana orang tak berpunya begitu enjoy menikmati kepapaan mereka.

Hadapi kemiskinan itu dengan bernyanyi dan joged!

Repotnya buat saya, yang miskin terlalu sih enggak, kaya juga enggak. Ditambah lagi, saya gak bisa nyanyi, apalagi joget. Hehee… Paling-paling saya jadi pendengar lagu-lagu Doel Sumbang, Iwan Fals, Ebiet G Ade, Ahmad Albar, Nicky Astria, dll yang disetel teman kos di kamar sebelah. Jadi, susah sekali saya menikmati lagu-lagu dangdut yang 'jualan kemiskinan' itu.

Kala itu!

Sekarang, saya mulai belajar menggemari --sebagai pendengar saja, hihiii-- semua jenis lagu. Dari dangdut, saya belajar tentang perjuangan, cinta, dan prinsip hidup yang kemudian saya rumuskan menjadi "Biar miskin asal sombong!"

Ah, dangdut selalu menggairahkan!  []


Fajar Sumatera, Selasa, 2 April 2019

No comments:

Post a Comment