Tuesday, March 29, 2011

Suara-Suara

Oleh Udo Z. Karzi


KARENA tak punya dana, Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Unila gagal mengikuti kompetisi paduan suara internasional di Vietnam.

Tapi, Luna Maya berusaha tegar. Lewat dunia tarik suara, kekasih Ariel "Peterpan" ini berencana merilis single duet bersama grup band Killing Me Inside dengan judul Biarlah.

Siapa bilang harus sepenuhnya jadi laki-laki atau perempuan biar terkenal? Nantita Khumpiramon, seorang transgender dari Thailand, tenar justru karena gendernya, selain suaranya yang memukau.

Kalau ini bisnis suara. Operator GSM Tri menghadirkan pilihan konten membangun jejaring sosial melalui pesan suara. Namanya Tri Celoteh.

Suara memang mahal. Bayang pun dana sekitar Rp100 triliun hanya digunakan untuk membeli kertas, kotak suara, menyewa tenda saat pemilihan, dan lainnya.

Setelah selesai merekrut panitia pemilihan kecamatan (PPK), KPU Pringsewu merekrut panitia pemungutan suara (PPS) untuk tingkat pekon.

Lalu, Komisi Nasional HAM (Komnas HAM) mendesak pemerintah mempermudah warga Moro-moro dalam mendapatkan hak politiknya. Komnas menilai pemerintah tidak menjalankan kewajiban jika sampai warga Moro-moro tidak bisa mengikuti Pilkada Mesuji 2011.

Sementara itu, pemilihan umum di Mesir akan berlangsung setelah 77% dari 18 juta suara dalam referendum pada Sabtu (19-3) lalu mendukung amendemen konstitusi.

Lagi-lagi ribut. Pemilik 78 suara sah PSSI tetap akan menggelar Kongres Pemilihan Komite Eksekutif PSSI (termasuk memilih ketua umum) periode 2011—2015 meskipun induk organisasi sepak bola yang dipimpin Nurdin Halid itu tidak mengakui hasil kongres mereka.

Lihat saja, pelaksanaan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi kembali ditunda untuk kelima kali. Tajuk Lampung Post (24/3) pun berjudul Suara Tokek Pembatasan BBM.

Nah, kalau ini akibat fobia bom buku—mengutip nuansa Sri Agustina: Terdengar suara ledakan cukup menggelegar. "Duarrr!..." Semua berlari. "Ada bom ya!"... Ternyata, suara ban mobil meletus.

Hidup mahasiswa! Ini sih suara mahasiswa lagi narsis. Tapi, kok sekarang jarang-jarang kedengeran ya. Ah, kalau mahasiswa tidur, jangan-jangan itu suara mahasiswa ngelindur atawa ngorok.

Ah, Mat Puhit Puhit memang sedang kurang kerjaan menghimpun suara-suara selama sepekan.


Lampung Post, Selasa, 29 Maret 2011

Thursday, November 4, 2010

Macet di Mana-mana

Oleh Udo Z. Karzi


RAPAT sudah lama dimulai. Tapi, Pithagiras baru nongol.

"Jalannya macet," katanya ketika diledek.

Memang sih lalu-lintas Negarabatin pagi dan petang saat jam-jam sibuk macet luar biasa. Maka kalau sudah tahu, bangun lebih pagi agar tidak telat sampai di tujuan.

***

Mat Puhit membaca para kepala daerah mengeluhkan tersendatnya dana penanganan bencana Gunung Merapi. Wakil Bupati Magelang Zaenal Arifin mengatakan hingga kini dana dari Pemerintah Pusat belum mengucur, masih tertahan di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan dana untuk pengungsi di daerahnya juga cekak.... (Koran Tempo, 3-11).

Artinya, dana untuk korban bencana itu macet juga.

Memang sih butuh dana besar untuk membantu korban meletusnya Gunung Merapi. Tapi, kalau memang sudah mempunyai sistem antisipasi bencana yang baik, dana itu bisa lebih cepat diberikan kepada mereka yang memang sangat membutuhkannya.

***

Dari Mentawai, Minan Tunja menerima kabar betapa sulitnya bantuan disalurkan. Medan yang sulit dijangkau para relawan menyampaikan bantuan kepada para korban tsunami.

Bantuan macet pula!

Memang sih Mentawai itu selama ini jauh. Apalagi kalau dari Jakarta. Hehee... Tapi, kalau memang niat negara kan punya kuasa dan infra-suprastruktur yang cukup untuk menerobos keterisolasian itu.

***

Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo—sebagaimana didengar Udien—mengingatkan agar aksi penggalangan dana bantuan untuk korban bencana alam yang dilakukan sejumlah elemen masyarakat dan mahasiswa benar-benar ditujukan untuk kemanusiaan dan tidak disalahgunakan.

Nah, bisa macet juga tuh dana.

Memang sih... tapi ya berpikir positif saja, mudah-mudahan sampai.

***

Terakhir, seperti diumumkan KPK, pelayanan publik Bandar Lampung terburuk setelah Medan.
Kalau ini jelas berarti segala urusan birokrasi macet di mana-mana. Apalagi tanpa pelicin.

Memang sih kalau bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah....

"Apologi apa lagi," bentak Mamak Kenut kesal.


Lampung Post, Kamis, 4 November 2010

Saturday, October 30, 2010

Bertemu Socrates

Oleh Udo Z. Karzi


MAT Puhit memang beruntung. Tidak seperti anggota Dewan yang jauh jalan-jalan ke Yunani, dia bisa bertemu Socrates. Padahal Socrates hidup 470 SM-399 SM.

Orang tua yang sama sekali tidak menarik. Tubuhnya gempal. Kesenangannya keleleran di pasar-pasar kayak gelandangan, berpikir aneh-aneh, dan suka berdebat, terutama kepada anak-anak muda. Ada saja bahan perdebatan.

Socrates disebut dia sebagai Sang Penanya dari Yunani kuno. Karena usilnya dia dijuluki Lalat Pengganggu Athena (Gadfly of Athena). Filsuf ini memang kayak lalat: hinggap, menggelitik, lalu terbang ke mana suka. Nulis juga enggak pernah tuh. Kisahnya yang nyentrik dapat dibaca dari karya-karya Plato yang banyak merekam gurunya yang aneh ini. Meskipun tak meninggalkan buku, Socrates dianggap "bidan" filsafat.

Filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sendiri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Yang paling terkenal, di antaranya Socrates dalam dialog Plato. Plato selalu menggunakan nama gurunya itu sebagai tokoh utama karyanya sehingga sangat sulit memisahkan mana gagasan Socrates yang sesungguhnya dan mana gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Socrates. Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri, yaitu dua kali dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus.

Socrates diadili karena tiga dakwaan: meracuni pikiran kaum muda, tidak memercayai dewa-dewa, dan membuat agama baru. Ya, keruan aja, Yunani kuno kan negeri para dewa; Zeus, Hera, Apollo, Poseidon dan sebagainya itu. Matilah Socrates karena dipaksa minum racun oleh penguasa. Socrates memilih mati, walaupun rekan-rekannya memaksanya untuk menyetujui tawaran keluar dari Athena.

Di akhir pembelaannya, dia berucap: "The hour of departure has arrived, and we go our ways�I to die, and you to live. Which is better, only God knows."

Socrates melahirkan murid yang cerdas seperti Plato. Plato melahirkan Aristoteles. Dan Aristoteles, kita tahu, adalah guru dari Iskandar Zulqarnain. Yang terakhir ini, seorang suci yang bisa kita baca kisahnya di Alquran.

Mat Puhit memang beruntung bertemu Socrates. Tapi, filsuf ini menyebalkan. Dia kan enggak suka demokrasi?


Lampung Post, Sabtu, 30 Oktober 2010