Saturday, November 15, 2014

Sinetron, Harimau, Umpu Nyerupa...

Oleh Udo Z Karzi



Sejak Gumara tiba di desa Kumayan, dia sudah diberitahu. Bahwa desa Kumayan adalah biang dari segala ilmu hitam. Tetapi Gumara sudah diajari orang tuanya bagaimana mesti bersikap rendah hati. Dia tahu, bahwa dia tidak akan sebentar tinggal di Kumayan. Begitu dia menerima tugas untuk mengajar di desa ini, dia telah menyelidiki lebih dahulu siapa orang-orang yang diakui sebagai “Tetua” di sini. Lepas waktu maghrib setelah menempati rumah jabatan dari Guru Yunus, Gumara berkata “Saya akan pergi sebentar, Pak Yunus."

“Menghadap kepala sekolah?”

“Tidak. Itu besok. Saya akan ke rumah Lebai Karat,” sahut Gumara.

“Lho, anda mengenal nama itu di mana?” Yunus tercengang.

“Sebelum saya menerima tugas mengajar di sini."

“Dia orang sakti, lho,” kata Pak Yunus.

“Saya tahu.”

“Dan jika anda salah masuk padanya, anda celaka.”

“Itu saya juga tahu.”

“Hati-hatilah. Desa Kumayan ini sering membuat penghuninya celaka.”

Gumara disalami oleh Pak Yunus. Ujar lelaki itu pada Gumara, “Semoga selamat anda menghuni rumah ini, juga selamat menjadi guru selama di sini. Saya hanya petugas yang menyambut guru baru. Tapi tahukah anda, setiap penghuni baru di sini dicoba oleh juara-juara?”

INILAH pembuka bab awal "Kumayan Negeri Ilmu Hitam" dari novel Tujuh Manusia Harimau (1): Pantang Berdendam. Novel inilah yang kini diadaptasi dan produksi oleh SinemArt menjadi sinetron serial berjudul "7 Manusia Harimau" (7MH). Serial ini tayang setiap malam pukul 20.30 sejak 8 November lalu.

Saya gak kepengen membahas sinetron ini. Soale saya gak bisa mengikuti ceritanya tiap malam karena lebih sering pulang kemalaman.

Saya tertarik dengan sinetron ini setelah melihat iklan di RCTI, Sabtu (8/11) yang bilang pukul 20.30 akan ada 7MH. Saya penasaran karena 7MH itu seingat saya judul novel karya Motinggo Busye, yang sempat saya baca.

"Ini sinetron orang Liwa, Dil," kata saya ke anak saya Aidil.

Maka, jadilah saya dan keluarga menonton tayangan perdana 7MH malam itu.

Saya ingat anak saya yang kedua, Wan Agung (5 tahun), nyeletuk, "Atuk kan di Liwa."

Saat itu ada dialog antara Karina (diperankan Syahnaz Sadiqah) dan Gumara (Samuel Zylgwyn). Karina bilang, kalau ada apa-apa Gumara agar minta tolong dengan kekeknya, Atuk Lebai alias Lebai Karat (Adjie Pangestu).

"Ya, Gung. Datuk di Liwa," kata saya tertawa.

Anak-anak memang memanggil kakek mereka di Liwa dengan datuk atau atuk.

Sebelumnya, novel ini juga difilmkan dengan judul yang sama pada 1986 yang disutradarai Imam Tantowi. Para pemerannya antara lain Ray Sahetapy, Anneke Putri, El Manik, dan Shinta Kartika Dewi.

Film ini cukup membekas dalam ingatakan saya karena shootingnya dilakukan di Liwa. Tahun itulah saya yang cuma siswa kelas 1 SMA,  pertama kali menyaksikan bintang film berakting. Walaupun tak berani menyapa apalagi minta tanda tangan dengan Imam Tantowi, Ray Sahetapy, Anneke Putri, aktor dan aktris, serta kru film yang lainnya, saya berbangga-bangga ke teman-teman.

"Film ini dibuat di Liwa lo. Sutingnya di sekolah saya, SMPN Liwa yang disulap menjadi SMPN Kumayan Liwa, di tangsi (Polsek Balik Bukit), dekat rumah saia, itu sungainya di Sabah Pasuk...." Hadeuh, lebay juga ya saya.

***

Lalu, saya membaca status FB Carl Bond. "Lampung Barat: Hujan = Longsor + Mati Lampu," tulisnya kemarin.

Saya komentari: "wah, lengkaplah. ditambah ...ada harimau masuk kota. makanya cepat-cepat tobat, bond."

Ini kutipan berita harimau masuk kota di Liwa:

"HARIMAU liar yang kerap keluar-masuk kawasan perkebunan di wilayah Pekon Kubuperahu, Kecamatan Balikbukit, Lampung Barat, sebulan terakhir sangat meresahkan warga. Satu per satu ternak milik warga, seperti kambing dan sapi, dimangsa hewan dilindungi itu. Apalagi, permukiman warga itu memang berdekatan dengan kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) membuat hewan berbahasa latin Panthera tigris sumatrae itu leluasa memangsa ternak warga." ("Harimau Resahkan Warga Liwa", Lampost, 8/11/2014)

Lalu, "PETUGAS Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Wilayah II Liwa, Lampung Barat, berupaya menghalau harimau yang merangsek permukiman warga. "Tadi malam, sekitar pukul 00.30, harimau kembali berusaha memangsa ternak kambing milik Pak Katno (37), tapi pemiliknya mengetahui sehingga berhasil digagalkan," kata Kepala TNBBS Resort Balik Bukit, Sadatin, Senin (10/11)." ("Harimau Masih Meneror Warga", Lampost, 11/11/2014)

Dan, "GENCARNYA serangan harimau liar yang keluar dari kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), warga Lingkungan Taman Indah, Liwa, Lampung Barat, diminta tak keluar malam. "Selain meminta warga memindahkan ternaknya di satu lokasi, kami mengimbau agar warga sekitar tidak keluar malam. Soalnya harimau liar itu keluar pada malam hari. Khawatir mencelakai warga," kata Kepala TNBBS Resort Balikbukit Sadatin, kemarin." ("Serangan Harimau, Warga Diimbau Tidak Keluar Malam", Lampost, 12/11/2014)

***

Tentang novel Tujuh Manusia Harimau, Heri Wardoyo dkk. menulis: "Novel Tujuh Manusia Harimau sempat difilmkan era 80-an dengan judul Tujuh Manusia Harimau, mengambil latar peristiwa Lampung. Novel ini juga menegaskan kedekatan Motinggo dengan kosmologi masyarakat Indonesia kebanyakan yang masih lekat dengan mitos dan legenda. Inilah salah satu kekayaan yang senantiasa digali Motinggo dan telah menginspirasi sekian banyak ceritanya.

Tegangan antara hasrat dan naluri-naluri alamiah manusia dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, perubahan, dan kekuatan yang lebih besar yang menguasai alam semesta menjadi adonan cerita yang senantiasa mampu memompa adrenalin pembaca untuk terus hanyut dengan karyanya yang nikmat-memikat itu." (Heri Wardoyo dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung. Bandar Lampung: Lampung Post. hlm. 136-137)

Di manakah Desa Kumayan yang dimaksud Motinggo Busye dalam novel 7MH? Entahlah. Di Liwa atau Sukau hanya ada pekon (desa) bernama Kunyayan.

Mungkin juga hanya kebetulan jika tayangan perdana 7MH, 8 November didahului dengan serangan harimau di Liwa sehari sebelumnya, 7 November. Wallahu 'alam. (Namanya juga cuma upaya otak-atik gatuk hehhee....)

Di luar novel, film, dan sinetron. Orang Liwa dan Sukau memang suka didekatkan dengan legenda harimau. Entah, saya hanya mendapat cerita bahwa orang Balik Bukit (sekarang Liwa dan Sukau) adalah keturunan Umpu Nyerupa.

Umpu Nyerupa adalah salah satu dari empat serangkai umpu (Pernong, Lapah Diway, Belunguh, dan Nyerupa). Setiap tokoh mempunyai kesaktian masing-masing sesuai nama mereka.

Nyerupa, seperti namanya memang suka menyamar (menyerupai) macam-macam, bisa orang, bisa juga binatang -- yang paling sering berubah menjadi harimau dan konon punya harimau peliharaan -- selain ahli racun dan tuju (santet).

Sewaktu kecil, di rumah panggung, saya sering diwanti-wanti supaya tidak naik panggar (loteng). "Di situ ada tamong kuring (kakek belang)." Atau kalau ada suara seperti mengaum, tamong (kakek) langsung langsung bilang, "Sst, pema pai (sst, diam dulu)." Begitu juga kalau kami nakal, terus dibilang, "Awas nanti tamong kuring marah."

Mau percaya mau gak tak apa, saya cuma berkisah. Hehee... n

Tautan:
1. 7 Manusia Harimau Bakal Hadir di RCTI
      >> http://sinetron.net/7-manusia-harimau-bakal-hadir-di-rcti , dibuka 16/11/2014

2.  Tujuh (7) Manusia Harimau (1986)
     >> http://www.indonesianfilmcenter.com/film/tujuh-%287%29-manusia-harimau.html , dibuka 16/11/2014

3. PDF Lengkap: Kitab Serial Tujuh Manusia Harimau Karya Motinggo Busye
    >> http://www.ronggolawe.me/pdf-lengkap-kitab-serial-tujuh-manusia-h.xhtml , dibuka 16/11/2014

4. Motinggo Busye (1937-1999): Pencerita Unggul dari Telukbetung
    >> http://paratokohlampung.blogspot.com/2008/11/motinggo-busye-1937-1999-pencerita.html , dibuka 16/11/2014

5. Motinggo Busye
    >> http://arahlautlepas.blogspot.com/2008/11/motinggo-busye.html , dibuka 16/11/2014



Sabtu, 15 November 2014

No comments:

Post a Comment