Sunday, November 23, 2014

Ada Apa dengan Angka 19?

Oleh Udo Z Karzi


DI Kafe Dawiel, Tanjungkarang, sekali waktu saya sempat berbincang dengan Arman AZ. Yah, iseng-iseng aja ngomongin angka 19.


"Kan gak sembarangan nenek moyang orang Lampung memilih angka 19. Kayaknya ini angka mistik," ujar Arman.

Dan, ... saya menemukannya dalam novel Motinggo Busye, Tujuh Manusia Harimau, yang kini diadaptasi dan diproduksi menjadi sinetron serial di RCTI.
Kutipannya:

Di depan kelas, Guru Gumara sedang menerangkan pelajaran “Berdasarkan penjabaran secara matematis, angka 19 merupakan yang tertinggi. Dan itu penemuan saya, bukan Wagner dan bukan Einstein. Angka 19 adalah pilar tertinggi dari semua angka!”

Pita Loka unjuk telunjuk “Bukannya angka 7 yang tertinggi, Pak?

“Menurut saya, bukan angka 7. Menurut penelitian saya secara pribadi, angka 7 masih mengandung unsur relativitas. Tetapi angka 19 adalah angka konkrit yang benar-benar tinggidan tak bisa dibagi. Kalau kamu tak percaya, Pita Loka, tanyakan saja kepada ayahmu”.

Semua murid tertawa. Mereka mentertawakan Pita Loka, sebab selama ini Pita Loka mampu menjawab, namun kali ini dia terbengong-bengong.Dan dia pun tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang kagum dan jatuh cinta itu, seketika dia memberi komentar “Pak Guru lebih pandai dan sarjana dunia mana pun”.

“Aku cuma menemukan teori matematika yang kusebut tadi itu berdasarkan ayat Kitab Suci yang berbunyi Di atas itu, ada 19. Apa maksud ayat ini kecuali sebuah teori berdasarkan matematika? Ingatlah jika ayat itu berbunyi dalam Bahasa Inggerisnya Over it are nineteen. Diatas itu ada sembilanbelas. Nah, kini ada baiknya kita membuat soal”.

“Wuuuuu”, gerutu murid di kelas, sebab mereka kurang senang apabila soalan matematika dibuat dalam kelas.

Sumber: Motinggo Busye. 1985. Tujuh Manusia Harimau (1): Pantang Berdendam. Jakarta: Lokajaya. Hlm. 31-32.

***

Nah, meneruskan komentar Novan. Ini yang kami maksud angka 19:


Jumlah aksara Lampung adalah 19 sebagaimana dicatat oleh William Marsden. 2008. Sejarah Sumatra. Terjemahan: Tim Komunitas Bambu. Depok: Komunitas Bambu hlm. 190.

Sehingga, agak mengherankan kami (saya?) bahwa jumlah huruf Lampung menjadi 20; ditambahkan huruf ke-20, yaitu gha/kha seperti gambar ini.



Pertanyaannya, kalau cukup 19 -- apalagi angka 19 itu mempunyai makna tertentu, bahkan mungkin mistik -- kenapa mesti ditambah? n


Minggyu, 23 November 2014

No comments:

Post a Comment