Tuesday, January 5, 2016

Orang-orang Terpilih (1)

Oleh Udo Z Karzi


ENTAHLAH, tiba-tiba saya menulis ini malam-malam:

Seseorang yang Mati Menjelang Pilkada

kenapa orang-orang ini
berpesta atas kematianku
sementara selama hidupku
tak pernah berpesta

kenapa orang-orang ini
bergembira setelah kepergianku
sementara selama aku di sini
tak pernah bergembira

kenapa orang-orang ini
berkata suka-suka kala kepulanganku
sementara selama aku di sana
tak pernah mudah berkata-kata

kemiling, 8 desember 2015

Mungkin itu sajak! Saya tak tahu. Dan, entahlan beberapa bulan terakhir saya saya kok berkali-kali  menulis tentang kerinduan, memori, masa lalu, kepergian, pulang, mulang pekon yang -- salah satunya -- mengasosiasikan kepada kematian, maut, dan batas hidup.

Sebuah buku kumpulan kolom berjudul  Ke Negarabatin Mamak Kenut Kembali, yang sedang saya
persiapkan pun bisa saja dimaknai ke arah itu. Tapi, tidak, semoga tidak. Kembali dalam versi Mamak
Kenut adalah kehidupan baru, meraih kesadaran baru, yang lebih asyik, lebih penuh warna, dan tentu
saja karena itu menyenangkan.

***

Minggu pagi, 27 Desember 2015 menerima kabar tentang berpulangnya tokoh pers Lampung Harun Muda Indrajaya, Sabtu (26/12) malam.  Anak almarhum, Adolf Ayatullah Indrajaya mengabarkan ayahandanya  itu telah meninggal di RS Urip Sumoharjo,  Bandarlampung pada pukul 22.46 WIB.
Almarhum akan dimakamkan Minggu siang ini.

HMI, begitu Harun Muda Indrajaya disapa, adalah pendiri dan pimpinan koran Lampung Ekspres (LE)
Plus yang semasa hidupnya akrab disapa Buya HMI itu, lahir di Pekon Fajarbaru, Pagelaran,  Pringsewu, Lampung pada 13 Oktober 1949. Almarhum meninggalkan satu orang istri (Hj Megawani) dan lima orang anak.

Sebagai orang yang pernah menjadi wartawan Tamtama, (sekarang: Lampung Ekspres Plus) walaupun hanya  sekitar tiga bulan pada 2017, HMI tentu saja bukan orang jauh. Sedikit banyak, ia telah memberikan bekal penting bagi perjalanan kerja jurnalistik saya. Setelah itu, ia masih banyak memberi
perhatian dan dukungan pada apa-apa yang saya lakukan, baik di bidang pers, sastra, penerbitan buku
atau kerja-kerja budaya lainnnya. 

Sungguh, itu apresiasi yang luar biasa bagi saya dari HMI dan juga dari juga dari anak-anak dan
keluarga HMI. Semoga api yang terus menyalakan semangat bagi saya dan teman-teman.
Sekarang HMI sudah pergi ke keabadian. Ia orang terpilih pertama, yang saya kenal, yang diminta menghadap ke hadirat Yang Mahakuasa. Selamat jalan. Tempat terbaiklah buatmu.

***

Pagi itu, saya sedang berpikir untuk melayat ke rumah duka ketika mendapat telepon dari Silvia Diana, adik saya di Liwa. Ia mengabarkan bak (ayah) masuk RSUD Liwa sejak pukul 08.00. "Sekarang sedang dirawat di Ruang ICU. Tensinya tinggi benar. Kata dokter, bak ini harus dirujuk ke Kotabumi atau Karang (Bandarlampung)," kata Sil.

"Ya, ke Karang saja...," kata saya dengan masygul.  [] 


Fajar Sumatera, Selasa, 5 Januari 2016

No comments:

Post a Comment