ENTAHLAH, tiba-tiba saya menulis ini malam-malam:
Seseorang yang Mati Menjelang Pilkada
kenapa orang-orang ini
berpesta atas kematianku
sementara selama hidupku
tak pernah berpesta
kenapa orang-orang ini
bergembira setelah kepergianku
sementara selama aku di sini
tak pernah bergembira
kenapa orang-orang ini
berkata suka-suka kala
kepulanganku
sementara selama aku di sana
tak pernah mudah berkata-kata
kemiling, 8 desember 2015
Mungkin itu sajak! Saya tak tahu. Dan, entahlan beberapa bulan terakhir
saya saya kok berkali-kali menulis
tentang kerinduan, memori, masa lalu, kepergian, pulang, mulang pekon yang -- salah satunya -- mengasosiasikan kepada
kematian, maut, dan batas hidup.
Sebuah buku kumpulan kolom berjudul
Ke Negarabatin Mamak Kenut Kembali,
yang sedang saya
persiapkan pun bisa saja dimaknai ke arah itu. Tapi, tidak, semoga
tidak. Kembali dalam versi Mamak
Kenut adalah kehidupan baru, meraih kesadaran baru, yang lebih asyik,
lebih penuh warna, dan tentu
saja karena itu menyenangkan.
***
Minggu pagi, 27 Desember 2015 menerima kabar tentang berpulangnya tokoh
pers Lampung Harun Muda Indrajaya, Sabtu (26/12) malam. Anak almarhum, Adolf Ayatullah Indrajaya
mengabarkan ayahandanya itu telah meninggal
di RS Urip Sumoharjo, Bandarlampung pada
pukul 22.46 WIB.
Almarhum akan dimakamkan Minggu siang ini.
HMI, begitu Harun Muda Indrajaya disapa, adalah pendiri dan pimpinan
koran Lampung Ekspres (LE)
Plus yang semasa hidupnya akrab disapa Buya HMI itu, lahir di Pekon
Fajarbaru, Pagelaran, Pringsewu, Lampung
pada 13 Oktober 1949. Almarhum meninggalkan satu orang istri (Hj Megawani) dan lima orang anak.
Sebagai orang yang pernah menjadi wartawan Tamtama, (sekarang: Lampung
Ekspres Plus) walaupun hanya sekitar
tiga bulan pada 2017, HMI tentu saja bukan orang jauh. Sedikit banyak, ia telah
memberikan bekal penting bagi perjalanan kerja jurnalistik saya. Setelah itu,
ia masih banyak memberi
perhatian dan dukungan pada apa-apa yang saya lakukan, baik di bidang
pers, sastra, penerbitan buku
atau kerja-kerja budaya lainnnya.
Sungguh, itu apresiasi yang luar biasa bagi saya dari HMI dan juga dari
juga dari anak-anak dan
keluarga HMI. Semoga api yang terus menyalakan semangat bagi saya dan
teman-teman.
Sekarang HMI sudah pergi ke keabadian. Ia orang terpilih pertama, yang
saya kenal, yang diminta menghadap ke hadirat Yang Mahakuasa. Selamat jalan.
Tempat terbaiklah buatmu.
***
Pagi itu, saya sedang berpikir untuk melayat ke rumah duka ketika
mendapat telepon dari Silvia Diana, adik saya di Liwa. Ia mengabarkan bak
(ayah) masuk RSUD Liwa sejak pukul 08.00. "Sekarang sedang dirawat di
Ruang ICU. Tensinya tinggi benar. Kata dokter, bak ini harus dirujuk ke
Kotabumi atau Karang (Bandarlampung)," kata Sil.
Fajar Sumatera, Selasa, 5 Januari 2016
No comments:
Post a Comment